Share

BAB 2 | Pria Asing

Geisha merintih perlahan, seiring dengan kelopak matanya yang mulai terbuka. Gadis itu menyapukan pandangannya sejenak. Kemudian, ia teringat akan aktivitas panasnya semalam bersama seorang pria asing yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar hotel ini.

Gadis itu menoleh ke samping. Namun, tak mendapati siapa pun di sana, kecuali ruang kosong. Ia pun menyadari bahwa tubuhnya masih polos tanpa sehelai pakaian. Hanya sebuah selimut tebal yang menutupinya.

"Argh! Sial!" umpatnya seraya mencoba untuk bangun. Ia dapat merasakan ngilu yang teramat dalam kala mencoba menggerakkan tubuh bagian bawahnya. Noda darah terlihat mengotori sprei putih dari kasur yang menjadi alas tidurnya. Gadis tersebut menggigit bibir bawahnya.

Geisha kembali meringis saat dirinya berhasil turun dari atas ranjang. Ia memungut pakaiannya, kemudian membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Dirinya butuh mandi.

"Seharusnya, setelah ini hutang-hutang itu sudah lunas, bukan? Jadi, orang-orang sialan itu tidak akan menggangguku lagi," gumamnya di depan cermin. Ia meratapi tubuhnya yang kini tak lagi suci. Mahkotanya telah terenggut. Apa lagi yang bisa diharapkan dari seorang gadis yatim piatu yang harus menjadi korban pemerkosaan demi melunasi hutang yang ditinggalkan oleh kedua mendiang orang tuanya?

Geisha membasuh wajahnya dengan air. Masih di depan cermin, ia menatap nanar pada pantulan tubuhnya. Beberapa tanda kemerahan memenuhi pundak serta dadanya. Hal itu membuat dirinya semakin terhina karena harus teringat akan kejadian semalam di mana pria itu menggauli dirinya tanpa ampun.

Selesai dengan kegiatan membersihkan tubuh, Geisha keluar dari dalam kamar mandi. Ia mengikat rambutnya secara asal sembari berjalan menghampiri ranjang. Sebuah benda tipis berwarna biru tergeletak di lantai. Gadis itu memungutnya.

"Ganesha Indo Global?" gumamnya kala membaca tulisan yang tertera pada benda yang merupakan kartu nama tersebut.

Geisha lantas berjalan ke arah pintu keluar. Ia berniat untuk pulang ke rumah kontrakannya. Lagi pula, semua sudah selesai. Setelah ini, ia akan kembali menjalani hidup dengan normal, meski tanpa mahkotanya.

Gadis itu membuka pintu, lalu mendapati dua orang bertubuh kekar yang menghadangnya. Para penagih hutang itu datang lagi. "Mau apa, kalian?"

"Di mana pria yang bersamamu semalam?" tanya salah seorang penagih hutang tersebut.

"Dia sudah pergi! Untuk apa bertanya padaku?! Wanita itu kemarin bilang, jika aku sudah melayani seorang pria, maka bayarannya cukup untuk melunasi seluruh hutangku!"

Plak!

Wajah Geisha terlempar ke arah kiri ketika salah satu pria itu menampar pipi kanannya. Ia memegangi pipinya yang terasa panas.

"Dia belum membayar! Seharusnya, kau menahannya sebelum dia pergi!" gertak pria menyeramkan itu.

"Ap-apa?!" pekik Geisha dengan mata terbelalak.

"Ikut kami!" Kemudian, kedua pria penagih hutang itu kembali menyeret Geisha untuk keluar dari hotel. Mereka kembali membawa gadis itu menuju rumah bordil.

Geisha menolak perlakuan pria-pria itu. Namun, setiap dirinya berusaha menyerang, pria-pria tersebut menamparnya. Dan itu sungguh menyakitkan.

Gadis itu ditarik dengan paksa untuk kembali memasuki rumah terkutuk tersebut. Kemudian, dirinya dihempaskan dengan begitu kasar hingga terjatuh di atas lantai.

"Pelan-pelan saja, Tuan-tuan. Atau kalian akan membuatnya lecet," peringat seorang wanita yang baru saja menghampiri mereka.

Geisha mendongak menatap pada wanita itu dengan sepasang bola mata yang berkaca-kaca. Itu adalah Felly. Wanita yang menampungnya kemarin sebelum akhirnya ia dibawa ke hotel.

"Bagaimana bisa klienmu itu enggan membayar?! Kami menjadi rugi karenanya!" ucap salah satu penagih hutang itu dengan nada tinggi.

Felly membuang napas perlahan. "Maafkan aku. Itu kesalahan kami. Pria tersebut tak lagi bisa ku hubungi. Dia baru membayar uang muka sebesar dua juta di awal transaksi."

"APA?! Apa kau bilang?! Hutangnya mencapai dua ratus juta, dan orang itu hanya memberi dua juta?!" Pria tadi mengumpat.

"Maafkan aku," sesal Felly, "hal tersebut baru sekali ini terjadi."

"Apa kau ingin Tuan Black menghabisimu?!"

"T-tidak! Aku punya solusi lain!" Felly melirik pada tubuh gadis yang masih merunduk di dekat kakinya. "Aku bisa menjualnya kembali pada pria lainnya. Tetapi, harganya memang tidak semahal ketika ia masih tersegel kemarin."

Geisha kembali mengangkat kepalanya. Ia menatap Felly dengan wajahnya yang sudah hampir dipenuhi oleh air mata. "Jangan, Nyonya. Kumohon ...," lirihnya.

Pria-pria tadi berdecak. "Lakukan saja! Asal itu bisa membayar hutang yang ditinggalkan orang tuanya, beserta bunganya!"

"Mungkin butuh waktu dua bulan sampai benar-benar terlunasi seluruhnya. Anak-anakku hanya boleh 'keluar' dua minggu sekali," ucap Felly.

Geisha terperangah mendengar penuturan wanita itu. Tidak mungkin bila ia harus menjadi pelayan pria hidung belang selama dua bulan lamanya. Ia bisa hamil atau menderita penyakit menular seksual lainnya. Gadis itu tidak menginginkan hal tersebut sampai terjadi padanya.

"N-Nyonya," panggil Geisha dengan suara bergetar. "Jika pria itu membayar ... apa aku bebas?"

Felly menatap pada Geisha, sementara salah seorang penagih hutang kini berjongkok di depan gadis itu.

Pria itu mencengkeram pipi Geisha dengan kuat. "Jika pria itu membayar?! Apa kau tahu ke mana perginya pria itu, hah?! Bukankah tadi kau mengatakan jika kau tidak tahu-menahu?!"

Geisha meringis pelan. Ia menahan pergelangan tangan pria yang masih mencengkeram pipinya dengan kuat tersebut. "Aku tahu– di mana dia bekerja."

Pria tadi lantas melepaskan cengkeramannya, kemudian kembali berdiri dan melempar pandangan secara bergantian antara temannya dan juga Felly. "Katakan, di mana itu?"

"Ganesha ... Indo Global."

Tanpa membuang waktu lama, pria-pria penagih hutang itu segera membawa Geisha ke tempat yang disebutkan oleh gadis itu. Mereka berniat mencari pria semalam untuk menagih pembayaran.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang wanita yang merupakan pegawai front office.

"Aku ingin bertemu dengan seorang pria ... yang ... bekerja di sini," ucap Geisha dengan ragu-ragu. Ia sedikit melirik ke belakang dengan resah. Pria-pria menyeramkan itu masih mengamatinya dari pintu keluar gedung.

"Siapa namanya?" tanya pegawai wanita tadi lagi.

"Aku tidak tahu .... Dia tinggi, kulitnya pucat, yah ... sedikit tampan." Geisha menggigit bibir bawahnya sejenak sembari mencoba mengingat. "Bibirnya tebal, rambutnya ...."

"Selamat pagi, Pak Ganesh." Wanita tadi menyapa seorang pria yang baru saja memasuki gedung kantor dengan dua orang pria lain sebagai pengawalnya.

Geisha ikut menolehkan kepalanya pada pria yang bahkan tidak menjawab sapaan pegawainya tersebut. Jika ia menebak, itu pasti bossnya. 'Sombong sekali,' pikir gadis itu.

"Oh?" Geisha memerhatikan dengan seksama pria yang baru saja melintas di depannya itu. "Berhenti di sana! Kau pria brengsek!" teriaknya.

Seluruh orang yang berada di lantai itu lantas menghentikan aktivitasnya masing-masing, termasuk pria yang disapa Ganesh tadi. Mereka menatap ke arah Geisha dengan tatapan aneh.

"Kau!" Geisha menuding tepat ke arah Ganesha yang ia yakini sebagai pria yang menidurinya semalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status