Geisha merintih perlahan, seiring dengan kelopak matanya yang mulai terbuka. Gadis itu menyapukan pandangannya sejenak. Kemudian, ia teringat akan aktivitas panasnya semalam bersama seorang pria asing yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar hotel ini.
Gadis itu menoleh ke samping. Namun, tak mendapati siapa pun di sana, kecuali ruang kosong. Ia pun menyadari bahwa tubuhnya masih polos tanpa sehelai pakaian. Hanya sebuah selimut tebal yang menutupinya."Argh! Sial!" umpatnya seraya mencoba untuk bangun. Ia dapat merasakan ngilu yang teramat dalam kala mencoba menggerakkan tubuh bagian bawahnya. Noda darah terlihat mengotori sprei putih dari kasur yang menjadi alas tidurnya. Gadis tersebut menggigit bibir bawahnya.Geisha kembali meringis saat dirinya berhasil turun dari atas ranjang. Ia memungut pakaiannya, kemudian membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Dirinya butuh mandi."Seharusnya, setelah ini hutang-hutang itu sudah lunas, bukan? Jadi, orang-orang sialan itu tidak akan menggangguku lagi," gumamnya di depan cermin. Ia meratapi tubuhnya yang kini tak lagi suci. Mahkotanya telah terenggut. Apa lagi yang bisa diharapkan dari seorang gadis yatim piatu yang harus menjadi korban pemerkosaan demi melunasi hutang yang ditinggalkan oleh kedua mendiang orang tuanya?Geisha membasuh wajahnya dengan air. Masih di depan cermin, ia menatap nanar pada pantulan tubuhnya. Beberapa tanda kemerahan memenuhi pundak serta dadanya. Hal itu membuat dirinya semakin terhina karena harus teringat akan kejadian semalam di mana pria itu menggauli dirinya tanpa ampun.Selesai dengan kegiatan membersihkan tubuh, Geisha keluar dari dalam kamar mandi. Ia mengikat rambutnya secara asal sembari berjalan menghampiri ranjang. Sebuah benda tipis berwarna biru tergeletak di lantai. Gadis itu memungutnya."Ganesha Indo Global?" gumamnya kala membaca tulisan yang tertera pada benda yang merupakan kartu nama tersebut.Geisha lantas berjalan ke arah pintu keluar. Ia berniat untuk pulang ke rumah kontrakannya. Lagi pula, semua sudah selesai. Setelah ini, ia akan kembali menjalani hidup dengan normal, meski tanpa mahkotanya.Gadis itu membuka pintu, lalu mendapati dua orang bertubuh kekar yang menghadangnya. Para penagih hutang itu datang lagi. "Mau apa, kalian?""Di mana pria yang bersamamu semalam?" tanya salah seorang penagih hutang tersebut."Dia sudah pergi! Untuk apa bertanya padaku?! Wanita itu kemarin bilang, jika aku sudah melayani seorang pria, maka bayarannya cukup untuk melunasi seluruh hutangku!"Plak!Wajah Geisha terlempar ke arah kiri ketika salah satu pria itu menampar pipi kanannya. Ia memegangi pipinya yang terasa panas."Dia belum membayar! Seharusnya, kau menahannya sebelum dia pergi!" gertak pria menyeramkan itu."Ap-apa?!" pekik Geisha dengan mata terbelalak."Ikut kami!" Kemudian, kedua pria penagih hutang itu kembali menyeret Geisha untuk keluar dari hotel. Mereka kembali membawa gadis itu menuju rumah bordil.Geisha menolak perlakuan pria-pria itu. Namun, setiap dirinya berusaha menyerang, pria-pria tersebut menamparnya. Dan itu sungguh menyakitkan.Gadis itu ditarik dengan paksa untuk kembali memasuki rumah terkutuk tersebut. Kemudian, dirinya dihempaskan dengan begitu kasar hingga terjatuh di atas lantai."Pelan-pelan saja, Tuan-tuan. Atau kalian akan membuatnya lecet," peringat seorang wanita yang baru saja menghampiri mereka.Geisha mendongak menatap pada wanita itu dengan sepasang bola mata yang berkaca-kaca. Itu adalah Felly. Wanita yang menampungnya kemarin sebelum akhirnya ia dibawa ke hotel."Bagaimana bisa klienmu itu enggan membayar?! Kami menjadi rugi karenanya!" ucap salah satu penagih hutang itu dengan nada tinggi.Felly membuang napas perlahan. "Maafkan aku. Itu kesalahan kami. Pria tersebut tak lagi bisa ku hubungi. Dia baru membayar uang muka sebesar dua juta di awal transaksi.""APA?! Apa kau bilang?! Hutangnya mencapai dua ratus juta, dan orang itu hanya memberi dua juta?!" Pria tadi mengumpat."Maafkan aku," sesal Felly, "hal tersebut baru sekali ini terjadi.""Apa kau ingin Tuan Black menghabisimu?!""T-tidak! Aku punya solusi lain!" Felly melirik pada tubuh gadis yang masih merunduk di dekat kakinya. "Aku bisa menjualnya kembali pada pria lainnya. Tetapi, harganya memang tidak semahal ketika ia masih tersegel kemarin."Geisha kembali mengangkat kepalanya. Ia menatap Felly dengan wajahnya yang sudah hampir dipenuhi oleh air mata. "Jangan, Nyonya. Kumohon ...," lirihnya.Pria-pria tadi berdecak. "Lakukan saja! Asal itu bisa membayar hutang yang ditinggalkan orang tuanya, beserta bunganya!""Mungkin butuh waktu dua bulan sampai benar-benar terlunasi seluruhnya. Anak-anakku hanya boleh 'keluar' dua minggu sekali," ucap Felly.Geisha terperangah mendengar penuturan wanita itu. Tidak mungkin bila ia harus menjadi pelayan pria hidung belang selama dua bulan lamanya. Ia bisa hamil atau menderita penyakit menular seksual lainnya. Gadis itu tidak menginginkan hal tersebut sampai terjadi padanya."N-Nyonya," panggil Geisha dengan suara bergetar. "Jika pria itu membayar ... apa aku bebas?"Felly menatap pada Geisha, sementara salah seorang penagih hutang kini berjongkok di depan gadis itu.Pria itu mencengkeram pipi Geisha dengan kuat. "Jika pria itu membayar?! Apa kau tahu ke mana perginya pria itu, hah?! Bukankah tadi kau mengatakan jika kau tidak tahu-menahu?!"Geisha meringis pelan. Ia menahan pergelangan tangan pria yang masih mencengkeram pipinya dengan kuat tersebut. "Aku tahu– di mana dia bekerja."Pria tadi lantas melepaskan cengkeramannya, kemudian kembali berdiri dan melempar pandangan secara bergantian antara temannya dan juga Felly. "Katakan, di mana itu?""Ganesha ... Indo Global."Tanpa membuang waktu lama, pria-pria penagih hutang itu segera membawa Geisha ke tempat yang disebutkan oleh gadis itu. Mereka berniat mencari pria semalam untuk menagih pembayaran."Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang wanita yang merupakan pegawai front office."Aku ingin bertemu dengan seorang pria ... yang ... bekerja di sini," ucap Geisha dengan ragu-ragu. Ia sedikit melirik ke belakang dengan resah. Pria-pria menyeramkan itu masih mengamatinya dari pintu keluar gedung."Siapa namanya?" tanya pegawai wanita tadi lagi."Aku tidak tahu .... Dia tinggi, kulitnya pucat, yah ... sedikit tampan." Geisha menggigit bibir bawahnya sejenak sembari mencoba mengingat. "Bibirnya tebal, rambutnya ....""Selamat pagi, Pak Ganesh." Wanita tadi menyapa seorang pria yang baru saja memasuki gedung kantor dengan dua orang pria lain sebagai pengawalnya.Geisha ikut menolehkan kepalanya pada pria yang bahkan tidak menjawab sapaan pegawainya tersebut. Jika ia menebak, itu pasti bossnya. 'Sombong sekali,' pikir gadis itu."Oh?" Geisha memerhatikan dengan seksama pria yang baru saja melintas di depannya itu. "Berhenti di sana! Kau pria brengsek!" teriaknya.Seluruh orang yang berada di lantai itu lantas menghentikan aktivitasnya masing-masing, termasuk pria yang disapa Ganesh tadi. Mereka menatap ke arah Geisha dengan tatapan aneh."Kau!" Geisha menuding tepat ke arah Ganesha yang ia yakini sebagai pria yang menidurinya semalam.Sore itu, Ganesha baru saja selesai dengan urusan pekerjaan. Pria itu mengemudikan mobilnya seorang diri, hendak menuju rumah kekasihnya. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya ke Jepang, dan memutuskan untuk menemui kekasihnya tanpa mengabari wanita itu terlebih dahulu. Dirinya ingin memberi kejutan pada kekasihnya.Beberapa meter sebelum tiba di rumah kekasihnya, pria itu justru melihat sang kekasih sedang berjalan memasuki area minimarket bersama seorang pria lain. Ganesha tidak dapat melihat dengan jelas siapa pria itu. Namun, ia sangat mengenali sosok kekasihnya. Mereka bergandengan mesra, dengan kepala wanita itu yang menggelayuti lengan sang pria.Ganesha berdecak. "Sialan!" makinya pada angin. Ia meremas roda kemudinya, lalu kembali menginjak pedal gas. Tujuannya bukan lagi ke rumah sang kekasih, melainkan sebuah hotel bar.Pria itu duduk di sebuah kursi kosong yang ada di dalam bar. Ia menghubungi sebuah nomor milik temannya. Berharap temannya bersedia menemaninya minum
"Sayang? Kau sudah pulang?" Wanita itu memeluk tubuh pria yang berdiri di depan pintu masuk rumahnya.Ganesha. Pria itu tersenyum tipis saat mengurai pelukan mereka. "Aku merindukanmu.""Ayo, masuk," ajak wanita tersebut. Ia membawa Ganesha ke ruang tamu rumahnya. "Biar aku buatkan minum–""Tidak usah," cegah Ganesha. Pria itu menarik tangan wanita tadi untuk kembali duduk di sampingnya. Ia lantas menatap wanita yang merupakan kekasihnya itu dengan tatapan serius."Ada apa?" tanya Sandra dengan wajah bingung."Kau tidak merindukanku?" Ganesha menatap ke dalam mata wanita itu, yang berusaha menghindari kontak dengan dirinya."Tentu saja aku rindu." Sandra sedikit memalingkan wajahnya."Aku sudah pulang sejak kemarin. Aku berniat menemuimu di rumahmu saat itu," ucap Ganesha.Sandra terlihat sedikit terkejut. Meskipun wanita itu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya, tetapi Ganesha tetap menyadarinya. "Kau ke rumahku? Maafkan aku. Kemarin aku sedang pergi bersama temanku," ucap Sandra d
"Tidak mau!" jerit Geisha. Gadis itu lantas memekik saat pria bertubuh tinggi besar itu merengkuh tubuhnya dan mulai menciumi pundaknya."Sayang sekali. Ada bekas kissmark lain di tubuhmu. Tapi tidak masalah. Aku bisa menggantinya nanti." Pria dewasa berusia empat puluh lima tahunan itu berucap dengan suara beratnya."Jangan, Tuan. Aku ... berjanji akan melunasinya," ucap Geisha dengan suara bergetar. Seluruh tubuhnya bergemetar sebab ketakutan.Bayangan tentang kegiatan semalam bersama Ganesha kembali menghampiri ingatannya. Sakit di bagian bawah tubuhnya masih terasa begitu ngilu setiap ia berjalan atau berlari. Tidak mungkin jika pria dewasa ini akan memaksa dirinya kembali seperti yang dilakukan Ganesha semalam."Kau sama seperti orang tuamu. Hanya berjanji, tanpa memberi bukti nyata," ucap pria itu dengan nada sinis. Ia lantas meraih sisi wajah Geisha. Menangkup pipi gadis itu dengan tangan besarnya. Geisha terlihat begitu mungil di hadapan pria bertubuh kekar itu."Aku baru saja
Ganesha membawa Geisha keluar dari mansion. Di luar hujan deras. Ia memerhatikan tubuh gadis yang hanya terbalut sebuah gaun malam seksi tersebut. Gadis itu bergemetar. Mungkin Geisha merasa kedinginan. Jadi, Ganesha memutuskan untuk melepaskan jas yang dikenakannya, kemudian memakaikannya pada gadis itu. Geisha terkejut menerima perlakuan Ganesha. Ia menatap pria itu dengan ekspresi wajah yang lugu. "Di luar hujan deras. Kau bisa sakit jika hanya memakai pakaian seperti ini," ucap Ganesha yang seakan mengerti dengan maksud tatapan gadis itu. Pria itu lantas menuntun tubuh Geisha untuk masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan. Setelah itu, ia sendiri menyusul masuk melalui pintu seberang. "Lukamu harus diobati. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar Ganesha seraya menyalakan mesin mobilnya. "Tidak perlu," sahut Geisha. Ia merasa tidak nyaman bila harus pergi ke rumah sakit hanya dengan pakaian seperti ini. "Hanya luka kecil. Akan sembuh dengan sendirinya." "Baiklah. Te
Ganesha keluar dari mobilnya, kemudian membuka pintu mobil di sisi kiri. Ia membantu Geisha untuk turun dari sana. Setelahnya, pria itu berjongkok di hadapan gadis tersebut. "Cepat, naik ke punggungku!" Geisha ingin menolak tawaran pria tersebut. Namun, tubuhnya benar-benar lemas dan pandangannya sedikit berkunang-kunang. Akhirnya, meski dengan perasaan ragu, ia naik ke punggung Ganesha. Pria itu berdiri dengan menggendong tubuh Geisha. Ia menutup pintu mobil dengan kakinya, kemudian sedikit berlari masuk ke dalam ruang IGD. Hujan sudah berhenti. Namun, rasa panik yang disebabkan oleh gadis ini belum juga reda. "Dokter, tolong!" pekik Ganesha saat ia telah mencapai ruang IGD. Beberapa orang yang tampak berjaga di dalam area tersebut pun lantas mendekati pria itu dengan langkah tergopoh-gopoh. "Ada apa, Tuan?" "Ada apa, ada apa! Kau tidak lihat, aku membawa orang sakit?!" ketus Ganesha, antara kesal bercampur panik. "B-baringkan di sini." Seorang pria berpakaian serba putih menunj
"Lagi?" Geisha menatap nanar pada langit-langit kamar tempatnya berbaring. Perasaan déjà vu menghampirinya. Ia pernah mengalami ini sebelumnya. Tepat satu minggu yang lalu. Ketika seorang pria menerobos masuk ke dalam hotel, kemudian menggaulinya tanpa ampun.Ganesha tidak akan menanggapi teriakan memohonnya. Pria itu hanya peduli pada usahanya dalam mencapai puncak kenikmatan itu sendiri. Meski Geisha meraung dan memakinya dari bawah."Aku akan melaporkanmu ke polisi!" sergah Geisha seraya berusaha bangun dari posisinya yang semula masih berbaring telentang di atas ranjang."Atas dasar apa?" Ganesha yang berdiri di samping ranjang itu pun melirik sekilas kepada gadis yang kini terlihat duduk bersandar pada kepala ranjang tersebut. Pria itu bahkan belum sempat memakai kausnya. Hanya celananya saja yang sudah ia pakai kembali."Kau memerkosaku! Sialnya aku! Aku sempat menganggapmu berhati malaikat karena mau mengurusku selama aku terbaring sakit kemarin! Tidak ku sangka, kau justru mela
Ganesha mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Ia berkejaran dengan waktu saat ini. Dirinya tidak boleh sampai kehilangan jejak Geisha. Gadis itu bisa saja melakukan hal yang mungkin merugikannya di masa depan.Bila menelaah dari informasi yang diberikan oleh orang-orang suruhannya tadi, mereka mengatakan bahwa Geisha sudah lepas dari pengawasan mereka sejak setengah jam yang lalu. Itu tandanya, ada kemungkinan bila gadis itu sudah berada cukup jauh dari lokasi kontrakannya. Jadi, datang ke kontrakan bukanlah solusi yang tepat."Sial. Bagaimana bisa gadis seperti Geisha melumpuhkan pengawal yang aku perintahkan untuk menjaganya?!" geram Ganesha seraya memukul roda kemudinya.Pria itu mencoba berpikir keras di tengah kegiatan menyetirnya. Ke mana kira-kira seorang gadis yatim piatu akan pergi? Lagi pula, Geisha tidak memegang uang sama sekali. Dompet serta ponsel, juga benda-benda berharga lain kini sudah berada di tangan anak buah Ganesha yang tadi mengantarkan gadis
"Apakah masih sakit?"Gadis itu mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang kini berdiri di hadapannya. "Maksudmu?"Ganesha menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Geisha. "Apa ...." Pria itu melirik pada kaki Geisha yang tersilang duduk di sofa ruang tamu apartemennya. "... rasanya masih sakit?""Apa yang terasa sakit? Aku tidak mengerti maksudmu." Geisha kesulitan membuka penutup botol mineral yang masih baru tersebut. Membuat Ganesha kembali merebut botol itu, lalu membukanya untuk Geisha."Genitalmu."Geisha yang tengah menenggak air mineral itu pun hampir tersedak mendengar ucapan Ganesha. Gadis itu terbatuk-batuk. Membuat sebagian air yang masih ada di dalam mulutnya tersembur dan membasahi pakaiannya."Dasar ceroboh," komentar Ganesha seraya meraih tisu di meja untuk membantu mengusap dagu, leher, serta pakaian Geisha yang basah. Ia berlutut di hadapan gadis itu."Menyingkir!" Geisha memekik kala tangan Ganesha bergerak mengusap pakaiannya di area dada. Ia bahkan menampik tan