Share

Wanita Penghibur sang Presdir
Wanita Penghibur sang Presdir
Penulis: Jihan Fahrira

BAB 1 | Dijual Rentenir

"Kami sudah kehilangan kesabaran! Kau selalu bersembunyi jika kami datang! Bayar dengan uang, atau dengan tubuhmu?!"

Geisha membelalakkan mata begitu mendengar gertakan bernada keras dari salah satu di antara dua orang pria yang kini berdiri di depan pintu kamar kontrakannya. "B-beri aku waktu–"

"Waktumu sudah habis! Kami sudah memberimu waktu cukup lama! Kau bahkan sama sekali tidak berniat membayar tagihan bunganya!" gertak pria itu lagi. Tubuhnya tinggi besar, berkulit sawo matang, dengan tato naga di lengannya yang kekar.

Geisha menelan ludahnya dengan susah payah. "Kalau begitu, aku ...." Gadis itu mundur dua langkah sebelum akhirnya meraih gagang pintu dan berniat menutup pintu kayu tersebut. Namun, pria-pria tadi dengan cepat menahannya.

Geisha berusaha mati-matian mendorong pintu dengan kekuatannya yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan kedua pria yang ia kenal sebagai penagih hutang tersebut.

BRAK!

Gadis itu terpelanting dan jatuh membentur lantai ketika pria-pria tadi berhasil mendorong pintu. Ia meringis kala merasakan ngilu di sekujur tubuhnya, terutama pada kepalanya yang sempat terantuk ke lantai.

Sebelum Geisha benar-benar kehilangan kesadaran, ia melihat salah seorang pria itu mendekati tubuhnya. Lalu, semua menjadi gelap dan mati rasa baginya.

Saat terbangun, Geisha mendapati suasana yang asing dari kamar kontrakannya. Ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan yang tampak luas tersebut. Tangannya sedikit menekan kasur empuk yang menjadi alasnya berbaring. Tidak. Ini bukanlah kamar kontrakannya. Tempat ini jelas jauh lebih mewah.

Geisha meringis pelan ketika kepalanya terasa berdenyut saat ia mencoba untuk duduk. "Di mana ini?" gumam gadis itu dengan kebingungan.

"Sial. Apa penagih hutang tadi benar-benar menculikku?" Geisha kembali memijat pelipisnya yang masih terasa sedikit pening.

Gadis itu mencoba menginjakkan kakinya ke lantai. Ia sedikit limbung dan memerlukan pegangan agar tubuhnya tak terjatuh. Kepalanya sungguh pusing. Dirinya ingat tentang kejadian di kamar kontrakannya tadi. Kepalanya terbentur cukup keras saat terjatuh.

Cklek!

Seseorang membuka pintu. Membuat Geisha lantas menolehkan kepala ke ambang pintu, di mana seorang wanita berambut sebahu dengan gaun merah seksi terlihat mendekat ke arahnya.

"Sudah sadar?" Wanita itu tersenyum.

"S-siapa, kau?" tanya Geisha dengan terbata-bata.

Wanita itu mencengkeram dagu Geisha dengan lembut, memerhatikan wajah gadis itu dengan saksama dari sisi kanan dan kirinya. Lalu, ia kembali tersenyum. "Aku Felly. Dan Tuan Black ingin agar aku membantunya untuk menjualmu."

Geisha terperanjat mendengarkan penuturan wanita bernama Felly itu. "M-menjual? Apa salahku? Siapa Tuan Black? Kenapa dia harus menjualku?"

Tubuh Geisha bergemetar ketakutan kala pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang dirinya yang dijual untuk dijadikan budak seks atau penyumbang organ dalam, mungkin?

"Bukankah kau sudah tahu, jika mendiang orang tuamu memiliki hutang yang nominalnya tidak sedikit pada rentenir kondang itu?" Felly melipat kedua lengannya di depan dada seraya memerhatikan penampilan Geisha mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Aku sudah katakan sebelumnya. Aku akan membayarnya. Hanya perlu sedikit waktu saja," ucap Geisha dengan tatapan mengiba.

Felly memberikan gesture yang mengisyaratkan kepada gadis di hadapannya itu untuk diam. Lalu, dengan sebuah tepukan tangan yang ia buat, datang dua orang wanita berpakaian pelayan. Di tangan pelayan itu terdapat sebuah benda yang mirip dengan bentuk gaun berwarna hitam.

"Segera rias gadis ini. Ada panggilan yang menunggu," ucap Felly kepada kedua pelayan wanita yang kemudian membungkuk hormat padanya tersebut.

Felly berjalan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Geisha bersama dua orang pelayan yang kini mulai menggiring gadis itu ke depan meja rias.

Geisha berkali-kali melakukan perlawanan ketika para pelayan itu berniat menggantikan pakaiannya dengan gaun yang mereka bawa tadi. "Biar aku pakai sendiri! Jangan menyentuhku!" serunya seraya berusaha menutupi bagian tubuhnya yang kini hanya terbalut pakaian dalam.

Salah satu dari kedua pelayan itu segera menyerahkan pakaian yang sebelumnya memang mereka siapkan untuk dipakai oleh Geisha.

Gadis itu segera memakai pakaian yang berupa gaun mini seksi tersebut. Gaun itu sangat ketat dan terlihat mencetak bentuk lekuk tubuh si pemakai. Gaun tanpa lengan tersebut juga memiliki model punggung yang cukup terbuka. Membuat Geisha mau tak mau juga menanggalkan branya, dan menggantinya dengan sepasang nipple cover pad yang diberikan oleh pelayan tadi.

"Silakan duduk, Nona," titah pelayan itu. Wanita tersebut menunjuk pada sebuah kursi di depan meja rias dengan cermin besar.

Geisha segera mendudukkan diri di sana. Membiarkan kedua pelayan wanita tadi merias wajah dan rambutnya. Gadis itu sempat sedikit takjub melihat pantulan wajahnya yang cukup cantik. Namun, rasa takjubnya sirna sudah begitu ia kembali sadar bahwa dirinya hendak dijual oleh orang-orang ini.

"Sudah selesai?" tanya Felly yang baru saja kembali masuk ke dalam ruangan tadi.

Wanita itu bergumam. "Good job." Ia tersenyum puas melihat hasil kerja para pelayannya.

"Kau akan bertemu dengan seorang tamu sebentar lagi. Jangan lupa melayaninya dengan sepenuh hati. Biaya sewa untuk seorang virgin cukup untuk melunasi tagihan hutang orang tuamu." Felly mengerling ke arah Geisha yang kini terlihat mendelik ketakutan.

Tak lama setelahnya, dua orang pria bertubuh menyeramkan kembali menyeret Geisha untuk masuk ke dalam mobil. Mereka membawa gadis itu ke sebuah hotel, di mana tamu mereka sudah menyewanya.

"Tunggu! Tunggu! Jangan menarikku! Akh!" pekik Geisha saat dua pria itu mencekal lengannya dan menyeretnya dengan paksa untuk masuk ke dalam kamar yang sudah dipesan sebelumnya.

"Hei, tunggu!"

BRAK!

Pintu di depan Geisha itu pun tertutup dengan suara berdebum yang cukup keras. Ia sudah berusaha membukanya. Namun, sepertinya orang-orang tadi menguncinya dari luar.

Geisha mendesah pasrah. Kemudian, ia duduk di tepi ranjang dengan perasaan tak menentu.

Di tengah-tengah rasa gugup yang melandanya dengan hebat, Geisha mendengar suara pintu hotel yang kembali terbuka. Lalu, ia segera berlari mendekati seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kamar yang sama dengan tempatnya berada tersebut. "Tuan! Tuan, tolong aku! Mereka menculik–"

"Oh .... Kebetulan sekali." Pria itu merengkuh pinggang Geisha. Membuat gadis tersebut terbelalak menerima perlakuannya. Bau alkohol menyeruak memenuhi indra penciuman Geisha.

"T-Tuan, apa Anda sedang mabuk?"

Pria itu tak menjawab. Ia justru menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Geisha, dan menghirup dalam-dalam aroma parfum yang menguar dari tubuh gadis itu.

Geisha menggigit bibir bawahnya kala sebuah lenguhan hampir saja lolos darinya. Ia merasakan suhu tubuh dari pria itu yang agaknya cukup tinggi. Entah karena demam atau apa. Wajah pria itu memerah, tatapannya sayu saat menatap Geisha.

"Tolong aku," bisik pria itu tepat di telinga Geisha.

"M-maksud Tuan?"

"Aku membutuhkan tubuhmu."

"Ap–" pekikan Geisha tertahan begitu pria itu menyambar bibirnya dengan penuh nafsu. Pria asing tersebut seperti bergerak di luar kendali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status