Share

Part 9 Makan malam

Penulis: El Zarra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 13:16:42

"Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu." Azka mengikatkan gelang berwarna pink dan biru laut di pergelangan tangan Syifa.

"Janji?" Syifa melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Azka.

"Janji." Tanpa sadar Azka sudah membuat janji yang sulit baginya. Saat Ia berusia dua puluh tahun. Ibunya memintanya untuk ke Jakarta karena ayahnya sedang sakit. Waktu itu Azka juga berjanji untuk mengantar Syifa makan malam pada acara kelulusan SMA nya bersama teman-temannya. Azka tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan kepada Syifa karena asisten ayahnya memaksa membawanya ke bandara. Pak Roni membawa dua bodyguard yang membawa paksa Azka menuju mobil. Azka yang sudah siap menjemput Syifa akhirnya ikut dengan asisten ayahnya. Karena ia memberontak dan pikirannya kacau, ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya di kolam ikan hias yang ada di depan rumahnya. Azka sangat menyesal tidak bisa menghubungi Syifa. Ia merasa bersalah padanya. Setelah hari itu, Azka tidak diperbolehkan kembali lagi kedesa dan baru beberapa minggu yang lalu ia bisa bertemu dengan Syifa. Terapi ia terlambat. Syifa sudah berubah dan sudah memiliki seorang pria dihatinya. 

Disebuah salon kecantikan, Syifa sedang memanjakan dirinya dengan beberapa perawatan. Ia sedang di make over oleh seorang penata rias terkemuka dikota itu. Ia juga menggunakan gaun yang didesain khusus oleh designer terkenal. Gaun panjang berwarna hitam dengan belahan di samping kirinya yang memperlihatkan jenjang panjang kakinya. Kainnya sangat halus seperti sutra. Raka mengirimkan gaun untuknya tadi siang atas permintaan Zain. Kini ia terliat bak putri raja yang sedang menunggu pangeran berkuda putih. Ia menatap dirinya dicermin. Sempurna.

"You are so beutiful, Honey?" Suara khas bariton Zain mengejutkan Syifa.

'Honey' Pipi Syifa memerah seperti kepiting rebus karena Zain memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Zain, sejak kapan kamu disini?" Ucap Syifa.

"Baru saja." Zain tersenyum dan mengulurkan tangannya dan disambut oleh tangan mungil Syifa. Syifa merasa ditas awan sekarang. hatinya berbunga-bunga berada disamping kekasih yang entah sejak kapan ia mencintainya. Zain memperlakukannya seperti seorang putri raja. Ia membukakan pintu mobil untuknya.

"Silahkan,Tuan Putri."

"Terimakasih, Pangeran tampan."

Zain melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menikmati pemandangan malam kota yang indah. 

"Apakah kau gugup?" 

"Aku sedikit gugup. Bagaimana kalau orang tuamu tidak menyukaiku?"

"Tidak ada yang tidak menyukai gadis cantik dan menawan sepertimu, Honey"

"Gombal." Syifa melemparkan tisu didepannya ke wajah Zain.

"Aww" 

"Ups, maaf. Apakah itu sakit?" Syifa mengusap wajah Zain. Tanggannya yang lembut membuat Zain berdesir. Ia memegang tangan Syifa dan menciumnya. Jantung Syifa berdegup kencang seperti ingin keluar dari raganya. Ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ia memandang wajah Zain dengan perasaan tak menentu.

"Aku tahu aku tampan. Apakah kau sudah puas memandangi wajahku?"

"Apa.. Aku.. Aku tidak sedang memangdang wajahmu. Aku hanya...." Syifa merasa malu dengan dirinya yang tanpa sadar mengagumi wajah tampan pria yang sedang berada di sampingnya. Ia mengubah pandangannya ke samping dengan perasaan kesal.

"Aku hanya bercanda. Kau boleh melihatku sampai kau puas. Aku tidak melarangmu."

"Huh. Narsis sekali." 

Mereka sampai dirumah megah Zain. Terdapat ukiran berpola kelopak bunga yang bernuansa klasik, dengan perpaduan warna hitam, silver dan emas pada pintu gerbangnya. Seorang pelayan membukakan pintu gerbangnya. Mereka berjalan melewati taman bunga yang luas dan panjang. Sesampainya di dalam rumah, mereka disambut oleh para pelayan yang berbaris rapi dengan membungkukkan setengah badannya.

"Silahkan, Tuan dan Nona." Kata kepala pelayan. 

Syifa terkejut dengan penyambutan mereka. Ia tidak menyangka bahwa dirumah megah itu terdapat banyak sekali pelayan yang memberikan hormat kepada mereka. Zain mempersilahkan Syifa duduk di sampingnya. Terdapat banyak hidangan dimeja makan yang menggugah selera, sangat menggiurkan lidah. Hidangan itu dibuat khusus oleh koki terbaik di restoran Zain.

Papa dan Mama Zain berdampingan turun dari lantai dua. Mereka terlihat mesra dan serasi. Tubuh yang proporsional dan gaun yang simpel namun elegan, membuat kesan keanggunan seorang Nyonya Surya. Disampingnya seorang lelaki paruh baya dengan aura yang dapat memikat siapa saja yang memandangnya. Hidungnya yang mancung dan matanya yang jernih sangat menawan hati. Mereka duduk berdampingan didepan Zain dan Syifa. 

"Pa, Ma,  Perkenalkan ini Syifa. Wanita yang sudah kupilih sebagai pendamping hidupku."

"Syifa Perkenalkan ini Papa Surya dan Mama Ratih. Kuharap kalian bisa menjadi lebih dekat." Ucap Zain.

"Syifa? Bukankah ia wanita tukang pijat itu? Apa kamu tidak salah mengenalkan seseorang kepada kami, Sayang?" Ucap Ratih. Ia terkejut bahwa wanita didepannya bukanlah wanita yang sederajat dengannya.

"Ma, Syifa adalah wanita yang baik dan mandiri. Aku tidak mempermasalahkan apapun pekerjaannya." Jawab Zain.

"Hai Nak, berapa banyak pria yang sudah kau pijat dengan tangan kotormu itu?" Tanya Ratih dengan sedikit mengejek.

"Maksud anda?" Ucap Syifa.

"Bukankah kamu pernah datang kesini untuk memijat anakku? Mengapa kamu sangat terkejut?"

Syifa seolah bagai disambar petir. Entah mengapa hatinya terasa sesak dengan perkataan dari mulut tajam Ratih. Mata Syifa berkaca-kaca. Air mata mungkin saja bisa jatuh bila ia tidak menahannya.

"Maaf, Tante. Saya hanya melayani pelanggan perempuan ditempat saya bekerja. Zain lah satu satunya pria yang pernah saya pijat dan itu bukan atas kemauan saya." Jawab Syifa.

"Bagaimana mungkin aku tahu kalau kamu berbohong." Ucap Ratih.

"Ma, Kenapa Mama berbicara seperti itu pada Syifa. Aku percaya padanya dan Mama jangan pernah berkata seperti itu lagi." Kata Zain dengan menahan amarahnya.

Makam malam yang seharusnya mempererat hubungan malah membuat kerenggangan antara mereka.

"Sudah sudah. Kalian jangan ribut. Makanan sudah hampir dingin. Ayo silahkan dimakan, Nak. Jangan kau ambil hati perkataan Mama Zain. Kalau kalian saling mencintai, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menerimamu, Nak." Ucap Tuan Surya.

Makanan yang terlihat lezat didepan Syifa sudah tidak lagi nikmat baginya. Kata-kata pedas Ratih membuatnya kehilangan selera. Ia hanya memakan sedikit seafood dan makanan penutup. Suasana diruang makan menjadi hening, hanya suara sendok dan piring yang bersahutan terdengar tanpa ada percakapan lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 28 Wedding (Tamat)

    Keesokan harinya Sherly membelikan ponsel baru kepada Syifa. Ponsel Syifa sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Iya dengan berat hati memberikannya kepada Syifa. Sherly : "Sorry atas kejadian kmrn Fa, ni ponsel buat kamu."Syifa : "Thanks."Syifa duduk di kursi kerjanya dan mencoba memasukkan kartu nya tetapi kartunya telah rusak. " Kok nggak bisa sih, jangan jangan kartunya rusak lagi, oh my God." Keluh Syifa.Sepulang kerja ia terpaksa membeli nomor baru dan ia mencoba menghubungi Zain.Syifa : "Hallo Zain, ini aku Syifa, hp ku rusak kmrn jadi aku ganti hp dan nmr baru. Are you okey today?."Zain : "Hallo honey. I'm fine."Syifa : "Hari ini aku mau izin cuti lalu aku mau ke apartemen kamu setelah ini."Zain: "Tidak honey, aku akan jemput kmu hari ini."Syifa : "Beneran? Kamu Uda bisa nyetir sekarang?"Zain :" Udah dong. Kamu tenang aja "Tak lama kemudian Zain sudah berada di depan gedung tempat Syifa bekerja. Syifa datang menghampiri Zain. Di mobil Zain bercerita tentang kejadian aneh

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 27 Rekayasa

    Satu minggu kemudianKaki zain sudah sembuh. Ia bisa berjalan seperti sedia kala. Hanya ada sedikit bekas luka di kakinya. Ia berencana menemui dokter kulit di luar negeri sekaligus honeymoon setelah hari pernikahannya. Zain merasa lega atas kesembuhannya. Lima hari lagi adalah hari pernikahan Zain dan Syifa. Didepan gedung apartemen, Bella berjalan dengan tergesa-gesa. Ini adalah hari terakhirnya untuk memeriksa Zain. Terdengar suara asing yang memanggilnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Azka disana. "Bella." Panggil Azka. "Azka." Ucap Bella heran. Ia tidak menyangka dipanggil oleh laki-laki yang dikaguminya. "Kebetulan saya lewat dan membeli beberapa sarapan. Ini untukmu dan satu lagi untuk pasienmu." Azka menyodorkan dua kotak berisi makanan dan 2 botol minuman. Bella hanya diam menatap Azka. Ia mengagumi wajah tampan dan rupawannya. "Kok, bengong. Ayo ambil." "Eh, iya terimakasih." Azka berlalu mening

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 26 Undangan Pernikahan

    Didepan rumah Syifa, Raka sudah berdiri didepan mobilnya dan menunggu lebih dari lima belas menit untuk menjemput Syifa. Ia melihat arloji ditangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. Syifa keluar dari rumahnya mengenakan baju sepertiga lengan dengan warna biru polos dan rok sepanjang lutut. Terdapat kalung asesoris dilehernya. Ia terlihat rapi dan stylish. "Nona, Silahkan masuk." Raka membukakan pintu mobil. "Terima kasih." Mobil Rolls Royce hitam itu melesat meninggalkan rumah Syifa menuju apartemen Zain. Entah mengapa Syifa masih kesal karena Zain mempekerjakan perawat wanita di apartemennya. Dia hanya seorang perawat dan mengapa Syifa cemburu. Pikiran Syifa perlu dibersihkan dari pikiran negatif tentang Zain. Mereka sampai di apartemen Zain. Zain membukakan pintu untuk Syifa dan mempersilahkannya untuk duduk. Syifa duduk di sofa ruang tamu diikuti Zain. Di atas meja terdapat album undangan pernikahan yang

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 25 Pertemuan Bella

    Di depan swalayan yang terletak dekat dari apartemen, Bella sudah menyelesaikan belanjaannya. Ia membawa dua plastik besar dengan banyak bahan makanan dan buah buahan. Keringat bercucuran dipelipisnya. "Melelahkan sekali." Ia mengusap keringat yang menetes di dahinya. Tangannya terasa pegal membawa banyak barang. "Brug" Tidak sengaja Bella menabrak dada bidang tubuh tegap di depannya. Hatinya berdegup kencang. Seorang pria mengambilkan dua kantong plastik besar berwarna hitam itu. "Apa anda baik-baik saja." Pria itu mendongakkan wajahnya. Menampakkan senyum yang menawan hati siapapun yang melihatnya. Bella tertegun sesaat. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya pada pria didepannya. Ia sulit berkata- kata. Bibirnya terasa berat mengungkapkan kekagumannya. "Tampan." Bella berkata dengan sangat pelan. Ia melongo seperti orang yang linglung."Apa?" Tanya pria itu."Tidak ada. lupakan saja. Maaf aku tidak meli

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 24 Orang yang sama

    Zain mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti mengapa ekspresi wajah Syifa mendadak masam dan pergi begitu saja. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Raka sudah siap menjemput Tuannya untuk pulang ke apartemen. Sebuah tongkat bantu jalan digunakan Zain untuk menopang bagian tubuhnya saat berjalan. Mobil lamborghini melesat melewati jalanan yang padat. Banyak kendaraan berlalu lalang membuat kemacetan yang membosankan. "Raka, apa kamu sudah menyelidiki suruhan siapa preman-preman yang berani mencelakaiku kemarin?" "Aku sudah menyuruh orang-orang kita menyelidikinya. Namun plat mobil mereka palsu. Kami sedikit kesulitan menyelidiki mereka karena mereka tidak meninggalkan jejak apapun." "Selidiki lagi lebih lanjut. Aku tidak mau mereka lolos begitu saja." "Baik Tuan Muda." Sesampainya di apartemen kelas atas yang megah dan luas miliknya. Zain merebahkan tubuhnya di ranjang king size yang lembut. Kakinya terasa p

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 23 Duduk di pangkuannya

    Syifa mengemudikan mobil menuju ke rumah sakit. Sesekali Zain melirik Syifa. Sorot matanya memancarkan kekaguman atas keindahan makhluk Tuhan yang ada didepannya.Mereka sampai di rumah sakit dan Zain segera mendapatkan pertolongan. Zain diberikan obat luar dan diberi perban. Dokter juga meresepkan beberapa obat untuk diminum. "Dokter, bagaimana keadaannya?" Tanya Syifa cemas."Untunglah lukanya tidak terlalu serius. Dua atau tiga hari lagi perban sudah bisa dibuka." Dokter memberikan penjelasan seperlunya."Syukurlah. Terima kasih, Dok.""Sama-sama."Syifa memasuki ruang pasien VIP dan duduk disebelah Zain di ranjang pasien."Kamu pasti akan segera sembuh. Apakah ini sakit?" Tangan Syifa memegang kaki Zain yang berbalut perban. "Kau sangat perhatian padaku." Syifa membalas perkataan Zain dengan tersenyum simpul. Malam semakin larut. Syifa membuka ponselnya dan membaca sebuah pesan masuk dari Hanna. Ibunya menghawat

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 22 Kawanan preman

    Sebuah mobil sedan hitam mengikuti mobil Zain dari belakang. Mereka menyadari bahwa sasaran telah mengetahui posisi mereka. Salah seorang dari mereka menelpon kawanannya untuk mengepung Zain ditempat yang sepi.Saat mobil Zain melewati jalan sepi, ia dan Syifa dikepung oleh tiga mobil yang berada di depan, samping dan belakang mobilnya. Mereka berjumlah dua belas orang dengan badan tinggi dan kokoh. Kawanan preman tersebut adalah pembunuh bayaran."Keluar kalian!" Bentak salah seorang preman sambil menggedor-gedor pintu depan."Zain, bagaimana ini, Siapa mereka? apa mau mereka?" Ada kecemasan di wajah Syifa. Mukanya menjadi pucat pasi."Tenanglah. Tetaplah disini. Aku akan keluar.""Hati-hati."Zain keluar dari mobilnya menghadapi kawanan preman yang bertubuh besar dan menakutkan.Keahlian Zain dalam berkelahi tidak diragukan namun ia hanya sendirian sedangkan mereka berjumlah belasan orang. Sepertinya mereka dikirim oleh

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 21 Fitting dress pengantin

    Syifa mengambil sepiring cah kangkung seafood untuk Zain. Memperlisahkan Zain untuk menikmati masakan buatannya. Zain yang sedang dalam mood yang buruk menjadi tidak berselera. Ia menyendokkan hidangan ke mulutnya dan rasanya sangat lembut dilidah. Manis gurihnya terasa pas. Namun Zain tidak mau mengakuinya."Rasanya biasa saja. Tidak enak sama sekali." Ucap Zain."Benarkah? Apakah lidahmu sedang bermasalah? Menurutku ini sangat lezat." Kata Syifa dengan sangat yakin."Iya. Ini begitu nikmat." Tambah Azka."Kalau kamu tidak suka, biar aku yang memakannya nanti." Ucap Syifa."Dasar rakus. Karena kamu yang memasak. Aku akan menghabiskannya walaupun rasanya sangat kacau." Ucap Zain."Bilang saja kalau sebenarnya kamu suka." Syifa bergumam pelan sehingga tidak terdengar ditelinga Zain. Senyum tipis terlihat diwajahnya. Setelah selesai menikmati masakan buatan Syifa. Zain mengajak Syifa pergi ke butik langganannya untuk fitting dress pengantin. Acara pernikahan

  • Wanita Penyelamat Tuan Muda   Part 20 Api kecemburuan

    Dibalkon rumah yang megah. Seorang pria berbadan tinggi dan tegap sedang memandang kearah luar. Sesekali ia menyesap rokok untuk menghilangkan rasa frustasinya. Pandangan matanya memancarkan api kebencian dan kecemburuam. Mengetahui wanita yang selama ini dicintainya memilih Zain yang baru dikenalnya.Hatinya tercabik-cabik. Ia merasakan sakit yang amat sangat. Azka membayangan saat Syifa tersenyum padanya. Memorinya saat masih remaja terulang dalam benaknya. Ia sangat merindukan Syifa kecil yang menggenggam tangannya, menghiburnya saat merasa sedih. Menunggunya saat hendak pergi kesekolah. Saat-saat mereka bersama dulu.Dalam hati ia berkata 'Jika aku tidak bisa mendapatkan Syifa, maka tak ada satu priapun yang bisa bersamanya.' Azka terbangun dalam lamunannya saat seseorang memanggilnya."Tuan Azka, Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu anda diruang keluarga." Kata seorang pembantu rumah tangga."Katakan kepada mereka. Aku akan segera kesana."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status