Share

Wanita Rahasia Billionaire
Wanita Rahasia Billionaire
Author: Blezzia

BAB 1 - HAMIL

“Ada apa, Rania?”

Gadis itu memuntahkan semua makan malamnya di wastafel. Tanpa Rania sangka, Zack memeluk perutnya dari arah belakang sembari memberikan tatapan menilai. Lelaki itu memperhatikan wajah Rania yang pucat lewat cermin wastafel dengan sangat lekat.

Kepala Rania terangkat sedikit. Sembari membalas tatapan Zack lewat cermin, dia tidak menemukan kekhawatiran di mata pria itu, yang ada hanya pertanyaan basa-basi pada partner yang kebetulan sedang sakit. Sekadar formalitas, mengingat sikap Zack selama ini.

“Hanya mual. Sepertinya aku salah makan hari ini,” jawabnya dengan suara serak dan lemah.

Mata pria itu sedikit mengeras, dan dia pun memberikan tatapan yang begitu intens padanya.

“Seharusnya kau memperhatikan makananmu, Rania. Makanlah makanan yang sehat.”

Rania mengangguk sembari menahan diri agar tidak meringis, akan tetapi Zack belum juga melepaskan pelukan di perutnya. Lelaki itu malah semakin merapatkan dadanya yang bidang dan hangat itu ke punggung Rania. Dan secara tiba-tiba lelaki itu pun menghirup aroma tubuhnya yang feminim sambil memejamkan mata.

“Kau sangat wangi. Aku merindukan aromamu selama di kantor,” bisik Zack dengan nada yang rendah.

Rania luar biasa gugup. Mereka tidak sedang berada di ranjang, tapi terkadang pria itu akan melakukan hal seperti ini sebagai sentuhan yang wajar bagi sepasang kekasih.

“Bukan, Rania. Bukan kekasih,” ujar Rania dalam hati.

Zack Lawson tidak butuh cinta dari seorang wanita. Rania ingat setahun lalu saat Zack menawarinya sesuatu yang gila, membujuk dengan uang dan segala macam kemewahan dengan syarat dirinya mau menjadi kekasih yang tidak boleh diketahui oleh siapa pun. Dia benar-benar dimanjakan oleh Zack. Apartemen mewah, mobil yang manis tapi mahal. Segala perhiasan dan pakaian dengan merek ternama. Sekarang Rania bisa menikmati semua kemewahan itu.

Rania tersihir pada apa pun yang ada dalam diri Zack, pada setiap tindakan pria itu. Dirinya selalu saja terpesona. Gadis itu tidak mampu berkedip dan mengalihkan pandangan dari cermin.

“Kau sudah selesai?” Lelaki itu berbisik di pucuk kepala Rania sembari menempelkan bibir di rambut brunnetnya yang panjang. “Kalau begitu keluarlah dan minum obat apa pun yang bisa meredakan rasa sakitmu.”

Rania keluar dari kamar mandi dengan langkah sedikit tertatih. Dia masih merasa mual, dan bahkan aroma parfumnya sendiri tiba-tiba membuat perutnya kembali bergejolak. Rania segera berlari menuju dapur dan memilih menumpahkan isi perutnya di wastafel cuci piring. Dia tidak pernah merasakan perasaan aneh seperti ini. Rasa sakit, melilit, sesak, haru dan mual terus-terusan adalah kombinasi yang tidak pernah dia rasakan. Ini menyiksanya.

Padahal sebentar lagi Zack akan keluar dari kamar mandi dan menagih jatahnya setiap malam.

“Apa yang harus kulakukan?”

Perutnya seperti mendidih dan dia mulai pusing. Bahkan tubuhnya harus bertumpu di pinggir wastafel agar tetap berdiri. Kembali dia merasa mual lagi, tapi kepalanya terasa berat untuk sekadar menunduk di wastafel.

Ketika dirinya mendengar suara samar di balik tubuhnya, penglihatan Rania mulai menggelap dan tiga detik kemudian, dia pun ambruk ke lantai.

Rania terbangun dalam keadaan kamar yang masih terang. Dia menyipitkan mata saat pandangannya kabur. Rasa sakit menyengat kepala ketika dia hendak bergerak.

Apa yang terjadi? Kenapa pria itu memeluknya semesra ini?

Dalam kepala yang penuh akan pertanyaan, tiba-tiba saja kelopak mata dari pria di hadapannya pun terbuka perlahan. Dan tatapannya yang sayu tampak memandangi dirinya dengan lembut.

“Perutmu masih sakit?”

“Ah, i-iya sedikit,” jawabnya, sembari menarik selimut hingga menutupi setengah wajah.

“Apa lagi yang sakit sampai kau pingsan di dapur, Rania?”

Mendengar pertanyaan pria itu, Rania pun menggigit sudut bibirnya. Dia tidak menyangka telah pingsan di dapur.

“Aku … hanya pusing dan mual.”

“Aku akan menyuruh Huges mengantarmu ke rumah sakit besok pagi.”

Kepala Rania menggeleng pelan. Jelas sekali bahwa gadis itu keberatan.

“Tidak perlu. Ini akan sembuh besok. Percayalah, ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Kurasa, aku hanya terkena flu.”

Mendapati tatapan Zack yang tajam, Rania merasa tidak suka, sehingga dia pun mencoba untuk memalingkan wajah dan memutus kontak mata dari pria di sisinya.

“Aku bisa pergi sendiri kalau begitu.”

Bibir Zack mengetat, menandakan bahwa Rania tidak boleh membantahnya lagi. “Aku akan mendapatkan laporan yang lebih detail jika kau bersama Huges.”

………..

“Nona Camerry,” panggil Huges dengan ekspresi datar. Pria itu menatap Rania beberapa saat, sebelum akhirnya mengulurkan tangan, meminta lembar pemeriksaan yang berada dalam genggaman Rania. “Berikan laporannya, Saya ingin membuat laporan kepada Mr. Lawson.”

Lelaki itu membaca dengan raut serius, sedangkan dahinya berkerut cukup dalam. Rania tak membuka mulut sedikit pun, tapi dia yakin bahwa Huges sudah memahami situasinya.

“Anda … hamil?”

Mendengar kata itu, Rania merebut laporannya kembali. “Aku akan meneleponnya,” ucap Rania dengan suara bergetar. “A-aku sendiri yang akan memberitahukan berita ini padanya.”

Malam selanjutnya, tepat setelah dia kembali dari kerjaan, jantung Rania terasa diremas begitu mendapatkan sebuah pesan dari Asisten Pribadi Zack, yang berbunyi;

Huges : Mr. Lawson meminta laporan kesehatan Anda, Nona Camerry, dan Saya tidak bisa menolaknya. Sehingga, Saya memberitahukan kebenarannya pada Mr. Lawson. Tampaknya dia sangat marah dan tidak senang akan kejutan ini.

Huges : Saya akan menyampaikan pesan dari Mr. Lawson untuk Anda, Nona Camerry. Tolong disimak baik-baik.

Tangan Rania berguncang hebat, hingga dia kesulitan menggenggam ponselnya dengan baik dan nyaris menjatuhkan benda itu ke lantai.

Matanya nanar begitu dia membaca pesan susulan yang Huges kirimkan.

Huges: Mr. Lawson meminta Saya untuk menyampaikan agar anda menggugurkan kandungan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
knp harus di gugurin sih..kalo gak mau anak ya GK usah di bikin..kalo cm mau enaknya aja..dasar ni si lowson
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status