“Kenapa kau malah repot-repot mau menyingkirkan berita pertunangan itu?”
Amanda duduk menyilangkan kaki pada sofa di ruangan kerja Zack. Sorot matanya diam-diam menggoda Zack yang saat itu tengah sibuk di meja kerja, memandangi kertas berisikan projek baru.Nadanya terdengar datar saat menjawab.“Karena itu berita palsu.”Dahi Amanda mengernyit seketika. Dia menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, seolah terusik akan jawaban yang baru saja Zack berikan.“Berita palsu yang memberimu keuntungan,” balas Amanda, diiringi sedikit deheman. “Akui saja. Dengan adanya berita itu, banyak perempuan yang mundur mendekatimu karena merasa takut padaku. Karena, hanya aku yang sepadan denganmu.”Amanda sengaja bersolek habis-habisan demi menemui Zack. Berharap kali ini, pria itu melihatnya dengan cara yang berbeda. Lagipula, lelaki itu sendiri yang mengundangnya untuk bertemu dan membahas masalah ini.Tanpa disuruh pun, Amanda rela datang walau hanya dengan merangkak ke pangkuan pria itu.“Jangan terlalu percaya diri,” ucap Zack, diikuti dengusan pelan. Jelas sekali dia tidak sedang bercanda.Rona merah seketika menjalar ke wajah Amanda yang dilapisi blush. Deheman maskulin dari pria di hadapan membuatnya sedikit tersipu.“Saham hotelmu dan perusahaan ayahku juga mendapat banyak keuntungan. Tidak ada yang dirugikan dari berita pertunangan kita. Lalu, untuk apa kau menyingkirkannya?”Zack diam beberapa saat, tidak memberikan jawaban saat itu juga.Pria itu memilih diam sejenak, seolah tenggelam dalam kepalanya sendiri.Meski Amanda sudah menyajikan sederet keuntungan untuknya, tapi sangatlah jelas bahwa Zack terlihat tidak sedikit pun tertarik untuk melanjutkan berita palsu yang sudah terlanjur beredar. Tubuh yang tegak itu tidak bergerak, hingga beberapa saat kemudian lelaki itu pun menatap Amanda tajam seakan hendak menguliti.“Aku bisa menaikkan saham hotel ini berkali-kali lipat tanpa memakai sensasi murahan seperti itu, dan aku bukan laki-laki yang takut kepada wanita-wanita yang mengerubuniku seperti semut. Jadi, Nona Harlot, kita tidak perlu mempertahankan rumor ini.”Amanda bungkam. Namun, bukan berarti dia gentar karena sikap dingin yang tidak bersahabat itu. Kedatangannya ke kantor pria itu penuh akan persiapan hati dan mental untuk menghadapi Zack Lawson yang terkenal begitu keras. Dan jika bisa menjebak pria itu dalam sebuah ikatan, tentulah akan semakin menguntungkan.“Kalau begitu, silahkan buat konfrensi press dan mengklarifikasinya sendiri agar tidak beredar rumor yang semakin liar. Aku tidak suka membuang waktu untuk hal yang tidak penitng, Mr. Lawson. Seharusnya kau membicarakan masalah ini di pertemuan kita kemarin. Kupikir kau sudah merindukanku sampai memanggilku lagi hari ini.”Zack tahu betul gestur memegang leher dan mengibas rambut itu sebagai tanda rayuan. Namun, ia tidak tergerak sedikit pun. “Aku tidak suka mencampur banyak topik dalam satu pertemuan. Kemarin kita mesti fokus ke perpanjangan kontrak Moon Light Hotel dan XG Company, bukan rumor pertunangan palsu yang beredar di luar sana.”Amanda mengangguk sambil memamerkan senyum seakan mengerti. “Baiklah, jadi apa yang kau inginkan?”Zack menyingkirkan lembaran kertas berisi pekerjaannya ke samping, dan dengan tatapan fokus ke depan, dia pun memberikan perhatian yang sejak awal Amanda inginkan.“Kita klarifikasi ke publik bersama-sama dan menyatakan bahwa berita yang beredar hanyalah rumor.”Senyum Amanda nyaris saja lenyap, namun dengan cepat wanita itu memperbaikinya. Pembawaannya tampak tenang, walaupun kuku jemarinya sedikit bergerak tanpa control di sisi sandaran sofa, wanita itu pun bertanya, “lalu apa yang akan kudapat?”Zack tidak langsung memberikan jawaban. Hanya wajahnya yang mengeras dan ada sekelebat tatapan dingin yang terpancar dari sorot matanya.Alih-alih mundur, Amanda malah semakin menantang lelaki itu. “Apa kau sadar, pembatalan pertunangan sama saja dengan mempermalukan pihak wanita? Aku yang akan kena imbasnya. Kau tahu kenapa?”Amanda memajukan tubuh, menyayangkan mengapa jarak mereka harus dipisahkan oleh meja. “Awalnya orang-orang akan kasihan padaku, lalu berbalik menyerangku ketika yang lain mengorek masa lalu dan semua tingkahku selama ini. Ah, pantas saja dia ditinggalkan, ternyata dia begini dan begitu. Setelah kupikir-pikir dia tidak secantik itu dan hanya menumpang ketenaran dari ayahnya. Orang-orang akan mencari 1001 alasan mengapa kau mencampakkanku. Sementara kau? Mereka akan senang karena kau menjadi pria single lagi, lalu orang-orang ini akan terus menerus menerorku karena aku tidak berbuat baik padamu. Tidak hanya itu, saham perusahaan ayahku akan menurun dan karirku sebagai influencer juga akan tenggelam secara perlahan.”Amanda memandangi Zack dengan mata sedikit berlinang, bibirnya sedikit bergetar, begitu pula dengan suaranya. Ketika raut wajah Zack tidak berubah sama sekali, wanita itu tetap saja memasang raut wajah yang diliputi oleh kesedihan.Namun, Zack tetaplah Zack. Karena pada akhirnya, pria itu tetap memberi jawaban yang tidak membawa perasaan.“Harusnya kau memikirkan semua itu sebelum mengambil keputusan atas dasar nama baikmu sendiri, Nona Harlot. Aku tidak punya waktu memikirkan semua kerugianmu.”Dengan sedikit rasa frustrasi, Amanda tanpa sadar meninggikan suara. “Apa kau merasa aku tidak cukup pantas bagimu?!”Seketika dia menutup mulutnya saat menyadari kesalahan yang baru saja diperbuat.Sembari mengatur napas, Amanda pun diam sejenak. Ruangan itu dipenuhi oleh keheningan untuk beberapa waktu, hingga akhirnya suara halus Amanda memecah sunyi.“Aku penasaran kenapa kau begitu bersikeras menyingkirkan rumor itu. Apakah ada hati yang harus dijaga? Mungkin … seorang perempuan simpanan, hm?”Bibir tipis dengan lipstik merah ombre itu sedikit memaksakan senyuman ketika Zack menurunkan tatapannya dan memilih bungkam.“Kupikir kau adalah tipe pria yang tidak membutuhkan wanita. Ternyata punya simpanan juga. Pastikan saja dia tidak hamil dan mencoreng nama baikmu, karena kau pasti akan rugi besar Mr. Lawson.”Gotcha. Tatapan yang pria itu berikan sudah cukup menunjukkan sebuah jawaban. Amanda merasa menang.“Kuambil kesimpulan bahwa kau sedang mengancamku.”Amanda tidak gentar pada tatapan tajam Zack. “Pintar sekali. Hotel ini akan berjaya selama mungkin karena ada kau yang menjadi CEO-nya.”Sedikit muak dengan percakapan mereka yang hanya berputar-putar di sekitar rumor dan kehidupan pribadinya, Zack seakan tidak sabar untuk meminta wanita itu keluar.“Karena keuntungan perusahaanmu dan kenaikan karirmu, kau sampai mengancamku seperti ini. Cari laki-laki lain yang setuju menyandang predikat sebagai tunangan palsumu, Nona Harlot.”Zack tahu selicik apa wanita di hadapannya. Mereka bahkan tidak dekat sama sekali, tapi Amanda selalu saja berusaha mendominasinya di setiap pertemuan mereka. Jika wanita lain terobesi pada status dan uang, Amanda tidak butuh itu. Ia selalu merasa bahwa dirinya adalah wanita satu-satunya yang pantas bersanding dengan Zack.“Itu terkesan tidak bermoral, Mr. Lawson. Putus denganmu lalu bertunangan palsu dengan lelaki lain. Bayangkan apa yang akan orang-orang pikirkan tentangku.”Zack sedikit menghela napas. “Jangan berbelit-belit. Kau tahu aku sibuk. Ini kesempatan terakhirmu untuk menyampaikan apapun yang ada di kepalamu. Setelahnya, silahkan keluar dari ruanganku. Kurasa pertemuan ini cukup sampai di sini. Sekretarisku yang akan mengirimkan semua dokumen yang XG Company butuhkan.”Amanda memutar bola matanya sedikit, sementara satu kakinya berpindah tumpuan. “Berita yang viral hari ini akan terlupakan minggu depan atau bulan depan. Kau tidak perlu repot membuat kita berdua malu.”Mendengar jawaban wanita itu, tentu saja Zack tidak setuju. Dia adalah pria yang memiliki reputasi, dan rumor liar bukanlah salah satunya.“Tidak ada masalah yang akan selesai jika dibiarkan begitu saja. Mari klarifikasi ke publik bersamaku atau⸺”“Atau apa?” Amanda berdiri menjulang di hadapan Zack, lalu menaikkan sebelah lutut ke atas meja dan membungkuk di hadapan Zack. Tatapan itu jelas menantang Zack habis-habisan.“Jangan menantangku, Nona Harlot.”Bukannya mengindahkan peringatan pria di hadapan, Amanda semakin tampak berani. “Seharusnya kau yang memilih. Bertunangan denganku di hadapan publik atau membiarkan publik tahu tentang simpananmu.”Satu detik kemudian rahang Zack mengeras sempurna. Napasnya berembus kasar. “Jangan.pernah.menyelidiki.hidupku.”Amanda menurunkan kakinya dan berdiri tegak di hadapan Zack. “Sedalam apa pun kau menyembunyikan bangkai, tetap akan tercium, Mr. Lawson. Jika bukan aku, maka orang lain yang akan mengetahuinya. Lagi pula aku hanya asal tebak, ternyata kau memang memiliki simpanan.”Ada sedikit seringai kecil di wajah polos bagai malaikat itu, namun sayangnya hal tersebut luput dari perhatian Zack.“Berhenti mengatakan omong kosong! Pastikan saja berita ini akan mereda satu minggu ke depan Miss Harlot, karena jika tidak, perusahaan dan karirmu adalah taruhannya”Amanda menahan diri untuk tidak memberi balasan. Toh, ia hanya butuh berita itu untuk menyingkirkan simpanan Zack, dan dia tahu Zack tidak akan semudah ini untuk ditaklukkan.“Jangan khawatir. Kau tinggal duduk di kursimu dan beritanya akan lenyap perlahan.” Wanita itu mengambil tas kulit berlogo H dari atas sofa, sembari berlalu, tidak lupa dia meninggalkan satu kerlingan manja pada Zack yang hanya duduk mematung di kursi. “Sampai jumpa lagi, Mr. Lawson. Kuharap setelah ini aku bisa memanggilmu dengan sebutan ‘Honey’.”Hari-hari terasa berlalu sangat lambat di Blue Island, membuat Rania selalu dilanda kecemasan. Pikirannya seakan berkelana kemana-mana. Para pegawai yang bekerja dengannya pun teramat sering mendapati dirinya melamun dengan tatapan kosong menghadap ke pintu atau jalanan. Seolah-olah, wanita itu menunggu antisipasi akan kedatangan seseorang.“Tidak terasa ya perayaan Tora Flora akan segera tiba.”Suara lembut Sofia yang datang dari arah belakang, mengejutkan Rania seketika. Dengan memegangi dada, Rania pun berpaling kea rah bawahannya tersebut.“Aku sampai lupa dengan perayaan itu. Astaga, rasanya kepalaku sangat penuh,” ringis Rania yang kembali berbalik menatap pintu seperti sedia kala.Sofia hanya bisa menggeleng pelan. Dia yakin, kedatangan pria asing beserta keberadaan hotel baru di depan mereka adalah sumber dari berisiknya kepala Rania.“Sayang sekali, Miss Kendrick tidak bisa melihat perayaan Tora Flora tahun ini,” desah Sofia, mencoba membawa topik pembicaraan untuk men
“Bagaimana?” Tidak sekalipun Zack mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen yang sedang dirinya pelajari. Pertanyaan yang baru saja ia lontarkan pada sekretarisnya itu bahkan terdengar seperti angin lalu.Sementara itu, Cintya yang sejak setengah jam lalu berdiri diam di dekat pintu memberikan jawaban seadanya. Diikuti oleh senyum tipis, wanita itu melirik jam yang melingkar di lengan.“Seperti yang anda katakana, Sir. Nona Camerry menolak keras bingkisan-bingkisan tersebut.”Cukup lama Cintya memandangi jarum jam yang berputar. Sikapnya yang tidak biasa itu mengundang perhatian Zack yang sejak tadi berfokus pada lembaran-lembaran file di meja.Sebelah alis pria itu naik mendekati dahi, dan bibirnya membentuk garis tipis dengan tatapan sedikit penasaran.“Katakan apa yang ada dalam pikiranmu saat ini.”Mendengar perintah tersebut, Cintya mengangkat sedikit kepala dan seketika pandangannya pun bertabrakan dengan manik sebiru Samudra yang kini berfokus hanya padanya. Sangat l
“Rania, apa ini?” Jennie memandang penasaran pada bingkisan dan tas belanja yang tergeletak di atas sofa. “Apa kau baru saja berbelanja?” Dengan penuh rasa ingin tahu, Jennie pun berjalan cepat menuju kumpulan benda-benda yang tergeletak sembarangan tersebut. Melihat segel yang masih terpasang, firasatnya sedikit janggal. Dia merasa familiar dengan lambang di bingkisan yang terbungkus rapi. Mendengar pertanyaan dari sahabatnya, Rania yang baru saja menidurkan Oliver di kamar pun bergegas untuk melihat benda yang Jennie pertanyakan. Begitu tersadar kemana arah pertanyaan tersebut, langkah Rania pun semakin cepat dan secara tiba-tiba dia menarik bingkisan yang hendak Jennie pegang. Hal itu membuat Jennie melemparkan tatapan aneh padanya.Sedikit gugup, Rania pun berusaha mengangkut seluruh pemberian Zack ke dalam kamarnya sendiri.“Ini bukan apa-apa,” jawab Rania, dimana suaranya terdengar bergetar sementara napasnya nyaris tersengal. “Hanya titipan dari Mrs. Mallory.”Kebohongan
“Mommy!”Begitu mendengar suara manis yang ruang itu memanggilnya, ekspresi Rania yang tadinya gusar berubah menjadi berseri-seri dengan senyuman lebar menghiasi wajah. Dia bahkan lupa akan bingkisan beserta tas belanjaan yang menjadi sumber amarah. “Hai Baby!”Segera Rania angkat tubuh mungil yang berlari-lari kecil ke arah pelukannya itu. Dan seketika suara tawa anak batita itu pun pecah, hingga mengisi ruangan toko yang mulai sepi. “Mom, mom! Mrs. Mallory bilang aku tambah besar! Lihat! Aku sangat tinggi Mommy!” celoteh batita itu dengan bahasa yang berlepotan, namun jernih terdengar di telinga Rania. Melihat tingkah menggemaskan putranya, Rania pun mencium gemas pipi gempal batita itu. Dan lagi-lagi tawanya yang renyah menggema hingga memenuhi langit-langit toko roti. “Benarkah? Mrs. Mallory bilang begitu? Coba ibu periksa,” ucap Rania, berpura-pura membuka baju putranya itu. “Oh Tuhan, kau benar-benar semakin besar!”Pujian yang Rania lontarkan semakin membuat batita i
Wajah Rania begitu pucat saat dia memasuki toko, dan hal ini menarik perhatian Sofia. Namun, pegawai wanitanya itu hanya diam tanpa banyak bertanya. “Miss Kendrick baru saja kembali ke hotel. Dia bilang akan kembali lagi besok.”Rania yang sejak tadi hening hanya menjawab dengan anggukan pelan. Jelas sekali, wanita itu tampak lebih murung dari biasanya. Sofia yang tidak tahu cara menghibur orang lain hanya bisa membiarkan Rania sendirian. “Aku ada di section depan jika kau butuh bantuanku,” ucap Sofia, pamit ke tempatnya semula. Tanpa melihat sekitar, Rania pun bergegas ke balik konter dan melayani para pelanggan dengan memasang senyum palsu. “Selamat siang, selamat datang di Toko Kami,” ujarnya ramah sembari menyodorkan menu pada pelanggan baru. Sebisa mungkin dia melupakan kejadian sebelum ini, dan bersikap seolah-olah semua baik-baik saja. ***Dua jam setelah pertemuan, satu per satu pelanggan pun mulai meninggalkan toko. Jam-jam sibuk di toko itu pun mulai sepi, dan
“Selamat Da … tang,” sambut Rania terbata.Mata Rania membulat seketika, dan pelipisnya basah akan cucuran keringat yang muncul tiba-tiba. Raut wajahnya yang tadi tenang berubah menjadi sedikit gusar.“Kami tidak menerima tamu seperti anda, Tuan. Pergilah ke tempat lain yang menyambutmu dengan ramah,” tutur Rania dengan nada sedikit tajam.Penolakan itu sangat jelas terlihat, terutama ketika matanya menyipit tajam dengan bibir berubah menjadi segaris tipis. Tidak ada keramahan maupun senyuman.Pria yang berdiri di hadapannya hanya memandang datar sembari mengedarkan pandangan ke segala arah. Begitu mata pria itu mendapati Jennie yang berjalan dengan senampan penuh roti menuju ruangan belakang toko, raut datarnya berubah sinis. Kini, mata itu berbalik menghunus ke arah Rania yang berupaya menyembunyikan kegelisahan dari tempatnya berdiri.“Aku tidak datang sebagai pelanggan, tetapi aku datang hanya ingin menyampaikan sesuatu.” Dia sengaja memandang wajah Rania terang-terangan, mem
Pertemuannya dengan Jennie membuat Zack sedikit marah. Dia tidak mengira Rania akan sepengecut itu untuk menyuruh temannya untuk menemui dirinya. Benar kata Huges, Rania adalah wanita oportunis yang suka memanfaatkan orang lain demi kepentingannya. “Dasar wanita licik,” desis Zack yang berjalan cepat menuju ruang kerja.Tidak lagi dia pedulikan orang-orang di sekitar. Pandangannya gelap akan kejadian barusan. Dan rasa kesal bercampur amarah masih menyelimuti.“Sir?” Suara Cintya yang mengejar dengan sepatu heels-nya tidak membuat Zack sadar.Pria itu semakin berjalan cepat, membuat siapapun yang menghalangi jalan pun menyingkir seketika.“Sir!” Panggil Cintya kembali, kali ini dengan nada lebih tinggi dan mendesak, membuat Zack akhirnya mendengar nada panik yang tersembunyi di baliknya.“Ada apa?”Saat Zack berbalik, tubuhnya seketika menjadi kaku. Matanya fokus menatap pada sosok laki-laki yang berjalan di samping Cintya.Seketika Zack melemparkan pandangan masam pada Cintya
Bagi seorang Zack Lawson, Moon Light Hotel adalah segalanya. Laki-laki itu ikut membangun hotel ini dengan susah payah. Dari sebuah hotel kecil di tengah-tengah persaingan Kota Manhattan, menjadi sebuah jaringan hotel raksasa dengan ribuan cabang yang tersebar di penjuru dunia.Dia tidak menampik, berkat koneksi dan kekayaan keluarganyalah Moon Light Hotel bisa sampai sejauh ini. Dan posisinya sebagai CEO Moon Light Hotel diberikan padanya sebagai pemegang jabatan sementara. Keluarganya masih memegang kendali atas hotel ini. Itu sebabnya dia masih tidak bisa berbuat bebas dalam mengelola Moon Light Hotel.“Hhhh … benar-benar hari yang melelahkan,” gumam Zack sembari menyugar rambut.Wajahnya tampak sedikit letih. Dia hendak berdiri dari kursi untuk menyeduh kopi yang baru, saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk pelan.“Ada apa?” ucap Zack dengan nada acuh.Dia hendak menyuruh siapapun yang berada di luar sana untuk meninggalkannya sendiri. Namun, suara feminim Cintya men
Tangan Jennie gemetar menahan amarah, hingga tanpa sadar surat dalam genggamannya pun berkerut membentuk buntelan bola kertas.“Bajingan! Berani-beraninya dia mengajak Rania ke hotel? Apa dia mengira semua wanita itu murahan?”Tanpa bisa menahan emosi, Jennie berjalan cepat menuruni tangga hingga tiba ke lantai dasar. Namun, melihat pelanggan yang masih memenuhi toko, dia pun merubah wajahnya seketika.“Arrgh … pria itu membuatku sakit kepala,” desisnya sembari mengurut pelipis.Jennie melewati beberapa meja dan tidak lupa dia memasang senyuman ramah saat menyapa pelanggan tetap di sana. Begitu melewati pintu keluar, pandangan mata Jennie langsung menyipit tajam pada bangunan menjulang belasan lantai di seberang.***“Anda tidak perlu terlibat dengan kejadian barusan, Mr. Lawson. Aku bisa mengatasi masalah ini.”Seorang pria pertengahan tiga puluhan mengikuti Zack dengan Langkah terburu-buru. Sejak di depan tadi, dia sengaja mengejar atasannya tersebut sembari meminta maaf berk