Bella segera masuk ke dalam ruangannya. Bella termenung saat duduk di kursi kerjanya. Bella tidak bisa berpikir kenapa bisa Tuan mudanya itu ingin menikahi dia. Apa karena rasa bersalahnya itu.
"Apa dia merasa bersalah karena sudah melakukan itu padaku. Tapi, aku tidak menuntutnya," jawab Bella lagi. Bella menundukkan kepalanya ke bawah dan melipat tangannya di atas meja. Kepala diletakkan di kedua tangannya. "Bella, kamu kenapa? Tadi, aku dengar kamu dipanggil Tuan Murdock. Ada apa? Kamu buat salah dengan dia dan bagaimana rupanya? Dia pasti tampan, 'kan?" tanya rekan Bella bernama Merlin. Bella mendengar suara sahabatnya langsung mengangkat kepala dan memandang sahabatnya yang duduk di depannya. "Aku tidak tahu salahku apa Merlin. Tiba-tiba saja, aku diminta untuk ke ruangannya dan aku ...." Bella menghentikan ucapannya sejenak sambil memandang ke arah Merlin. "Dan, aku apa?" tanya Merlin. "Bella, kamu dipanggil, Tuan Murdock. Kamu kenapa lagi, Bella. Tadi, baru saja dari sana, sekarang kamu dipanggil lagi. Kamu benar-benar, ya. Apa kamu mau dipecat dari kantor ini?" tanya manager yang mendapatkan telpon dari Brian langsung untuk meminta Bella ke ruangannya. Bella yang mendengar dirinya dipanggil lagi mengacak rambutnya. Merlin dan manager Bella mengangga melihat Bella frustasi hingga mengacak rambutnya sehingga berantakan. Merlin juga terkejut karena Bella dipanggil lagi. "Bel, kenapa kamu seperti ini. Ya Tuhan, kamu baik-baik saja? Apa kamu memerlukan dokter. Tuan, sepertinya karyawan Anda ini sedang mengalami kesulitan dan dia harus diobati segera jika tidak dia akan semakin parah," ucap Merlin yang memegang tangan Bella agar tidak melukai dirinya. Manager keuangan ikut panik, dia mencoba menghubungi dokter tapi terhenti karena mendengar suara Bella. "Jangan, Tuan Carlo, saya baik. Permisi, saya pergi dulu," ucap Bella yang berdiri dan berjalan ke arah pintu. Keduanya mengangga melihat perubahan dari Bella yang tiba-tiba. Keduanya saling pandang dan menggelengkan kepala bersamaan. Bella menarik napas dan membuangnya perlahan. Kali ini, dia mau tahu apa yang ingin dikatakan oleh Brian Murdock itu. "Tuan, apakah Anda yakin, kalau Tuan Muda Murdock memanggil Bella? Anda tidak sedang mengerjain Bella, 'kan?" tanya Merlin. Tuan Carlo menoleh ke arah Merlin. "Kamu sudah selesaikan pembukuan untuk bulan ini? Kalau belum, kerjakan," jawab Tuan Carlo dengan tegas. Merlin mendengar jawaban Tuan Carlo merenggut, dia segera kembali ke mejanya. Padahal, dia mau memastikan kalau sahabat baik bagai kepompongnya ini tidak dikerjai oleh managernya ini. Bella lagi-lagi berjalan menuju ruangan di mana Brian berada. Bella masih bingung apa lagi yang diinginkan oleh Tuan mudanya itu. Saat di lift, Bella terus memikirkannya, sampai keluar lift juga sama dan kini dia di meja sekretaris Brian. "Eh, kembali lagi. Ada apa lagi?" tanya Mullen. "Nggak tahu," jawab Bella ketus. Mullen menaikkan alisnya, jika Bella mau bertemu dengan Tuan Murdock, tidak bisa karena ada tamu, pikirnya. Mullen pun akan memberitahukan ke Bella jika tuannya ada tamu. "Tunggu dulu, ada tamu di dalam. Jadi, kamu nggak bisa masuk," jawab Mullen. Bella pun menganggukkan kepala dan duduk di kursi dan yang dia lakukan hanya melihat Mullen bekerja. Telpon, Mullen berdering dengan cepat Mullen menjawabnya. "Halo, Tuan. Iya, Nona Bella ada di sini, baik saya akan memintanya masuk," jawab Mullen mengakhiri panggilan telpon. "Bel, masuk sana. Kamu diminta masuk ke dalam, hati-hati Tuan sedang dalam mode galak" jawab Mullen menakuti Bella. Bella pun berdiri dan mengabaikan perkataan Mullen. Dia masuk ke dalam ruangan Brian dengan tenang. Tapi, sebelumnya dia mengetuk pintu. Brian yang menerima tamu dan mendengar suara ketukkan pintu langsung mempersilahkan masuk. "Masuk." Bella masuk setelah mendengar intruksi dari tuannya. Saat pintu terbuka, Bella melangkahkan kaki mendekati Brian yang bersama dua orang yang tidak dia kenal karena posisinya di belakang. "Tuan panggil saya? Ada apa, Tuan?" tanya Bella dengan sopan. Bella masih menundukkan kepala dan dia belum mengangkat kepalanya. "Saya di depan, bukan di bawah. Perkenalkan, ini Bella dan dia yang akan bertanggung jawab semua projek kita. Bella, kenalkan mereka Tuan Mark dan Nona Sherin, klien kita yang baru," ucap Brian memperkenalkan Bella kepada kedua orang tamunya. Mendengar nama yang di sebut oleh Brian tentu saja membuat Bella terkejut. Dia mengangkat kepala dan melihat ke samping di mana tamunya berada. Apakah, dia sedang berhalusinasi melihat pengkhianatan cinta ini di sini. Dan saat bersamaan, ketiganya terkejut karena saling mengenal. Bella mulai geram dan dia tidak menyangka kalau kedua pengkhianat ini ada di kantor dan sekarang mereka di depannya lagi. Dan kini mereka jadi klien diperusahaan tempat dia berkerja dan yang lebih mengejutkan CEO-nya mengatakan dia bertanggungjawab atas kerjasama antar keduanya dan sang CEO. Kerja sama apa? Tanggung jawab apa? Dia di sini hanya sebagian karyawan keuangan bukan bagian yang mengurus kerja sama dengan perusahaan lain. Ada apa ini, pikir Bella dengan raut wajah kebingungan. "Kalian kenapa diam? Apa kalian saling kenal?" tanya Brian. "Tidak/iya," jawaban dari Bella berbeda dari Sherin dan Mark. Mark dan Sherin menjawab iya, sedangkan Bella jawab tidak. Jawaban yang berbeda dari ketiganya membuat sang CEO menaikkan alisnya. Akan tetapi, sebuah senyuman kecil dan hampir tidak terlihat muncul di sudut bibi Brian. "Bisa satu jawaban?" tanya Brian dengan suara datarnya. Ketiganya menoleh ke arah Brian yang wajahnya dingin dan sorot matanya sangat tajam. "Tuan, saya tidak kenal dia. Dan maaf saya bukan di divisi tersebut. Saya di bagian keuangan, jadi saya tidak cocok untuk bertanggung jawab dengan perusahaan mereka. Jadi, saya minta maaf," jawab Bella dengan tegas. Bella menolak untuk menjadi penanggung jawab, bukan dia tidak suka, akan tetapi dia tidak mau berhubungan dengan pengkhianat ini. Hinaan dari keduanya sudah cukup, dia tidak mau terjadi lagi. "Tuan, kenapa Anda meminta dia menjadi penanggung jawab atas kerja sama ini. Dia hanya pekerja biasa jadi tidak perlu libatkan dia. Nanti yang ada dia akan mengambil keuntungan dan membuat Anda dan saya rugi. Apa Anda mau tanggung jawab?" tanya Sherin mewakili Mark Bella mendengar jawaban Sherin mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka kalau Sherin berani menghinanya lagi. "Maaf, Nona terhormat. Saya tidak seperti yang Anda sangkakan itu. Saya ini, bekerja seperti biasanya dalam artian, saya tidak mengambil hak orang hanya hak saya sendiri di setiap bulannya. Jadi, sudah dipastikan kalau saya ini jujur. Karena, prinsip saya, apa yang bukan menjadi hak saya tidak akan saya rebut. Mungkin, sebagai orang akan melakukan itu, tapi saya tidak. Anda salah menilai orang. Belajar lebih baik lagi, jangan sampai Anda dipermalukan di kemudian hari," sahut Bella tanpa rasa takut jika dia kehilangan pekerjaan. Bella pasrah, dia akan berhenti jika dia tetap menjadi penanggung jawab atas kerja sama ini. Dan dia pun pasrah kalau dipecat. Daripada harus berhubungan dengan mereka berdua. Brian berdiri dan mendekati Bella. Dia ingin mengatakan sesuatu dengan Bella yang dia yakini kalau Bella akan setuju dan berubah pikiran. "Dengarkan saya, Bella" bisik Brian di telinga Bella. Bella mendengarkan apa yang Brian katakan. Tidak ada yang bisa Bella katakan. Bella terpaku sejenak dan saat bisikkan itu selesai, Brian menatap ke arah Bella. "Bagaimana? Setuju?" tanya Brian dengan serius ke Bella yang masih menatap Brian dengan intens.Brian menatap ke arah mata-mata yang saat ini tubuhnya gemetar. Miko dan Mullen tersenyum karena mata-mata yang menjadi incaran Brian bisa dia temukan. "Tu-tuan," ucap pria tersebut yang gelagapan karena ketahuan dengan Brian. "Katakan padaku, sekarang. Siapa yang memintamu. Katakan siapa?" tanya Brian dengan suara kencang. Brian geram dan marah karena ada mata-mata yang menyusup ke klan miliknya. Miko mendekati Brian dan menatap ke arah mata-mata yang ketakutan menatap Brian. Miko mengambil ponsel mata-mata tersebut dan membaca isi pesan dari pria tersebut. "Wah, dia memberitahukan kepada majikannya kalau kita mau ke sana. Dia licik sekali, Brian. Berapa yang dia bayar ke kamu, pengkhianat?" tanya Miko yang sama-sama geram dengan anak buahnya ini. Mata-mata yang tertangkap masih belum mengatakan satu patah katapun yang dia ucapkan ke Brian. Pria itu hanya diam dan berusaha untuk kabur tapi banyaknya anak buah membuat dia sulit untuk pergi. Mau bunuh diri juga susah karena senja
Bella menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dia sudah bisa melayani Brian seperti biasanya. Karena memang sudah diizinkan dokter tapi Brian tidak tahu. Dan saat inilah waktunya. "Aku mencintaimu," ucap Brian yang mulai bermain di area wajah Bella. Satu persatu wajah Bella ditelusuri dengan lembut. Brian memberikan kecupan kecil dan manis di pipi dan kening juga mata Bella. Brian membawa Bella lebih dekat dengannya. Perlahan pakaian Bella dilepaskan satu persatu hingga tubuh Bella polos bak bayi. "Kamu sangat seksi dan kamu satu-satunya wanita yang aku cintai. Percayalah padaku." Bella menganggukkan kepala pelan. Dia percaya dengan Brian dan dia tidak akan meninggalkan Brian. Siapapun yang ingin merebutnya akan dia pertahankan. Wanita yang sudah membuat dia kehilangan bayinya akan dia balas dengan sangat kejam. "Euhm." Suara desahan lolos dari mulut Bella. Keduanya saling bertukar saliva dan kecupan keduanya semakin dalam. Brian membawa Bella ke nirwana kenikmatan. Suara desahan
Bruno menyerahkan amplop coklat kepada Brian. Dia ingin tuannya sendiri yang melihat apa isi dari amplop coklat tersebut. Brian yang menerima amplop coklat dari Bruno menaikkan alisnya. "apa ini?" tanya Brian dengan raut wajah penasaran. "Anda bisa lihat sendiri isinya," jawab Bruno. Brian yang penasaran segera membuka amplop coklat yang Bruno berikan kepadanya. Saat amplop coklat tersebut dibuka, dia terkejut melihat sebuah gambar markas yang dipenuhi dengan amunisi yang cukup banyak dan ada nuklir yang dia incar sedari dulu dan ada bahan peledak lainnya. Satu persatu Brian melihat foto tersebut dan yang terakhir Brian terkejut melihat ayahnya ada di sebuah hotel dan tidak lama kemudian ibu kandung Elly juga masuk ke sana. Brian memandang ke arah Bruno yang masih menatapnya. "apa ini?" tanya Brian lagi menunjukkan ke arah foto yang terakhir kepada Bruno. "Saya meminta kepada rekan saya untuk mengikuti Tuan dan Nyonya besar atas perintah dari Tuan Miko. Dan rekan saya mendapatka
Nyonya Melisa masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disewa oleh prianya. Pria yang di maksud adalah tuan Karl. Ayah dari Brian. Nyonya Melisa teman baik Nyonya Sherly dan sejak saat dibangku sekolah keduanya menyukai satu pria yaitu tuan Karl. Karena Tuan Karl dari orang kurang mampu, dia memilih Nyonya Sherly menjadi kekasihnya. Dan sejak saat itu Nyonya Melisa sangat membenci Nyonya Sherly sampailah, Nyonya Melisa menikah dengan seorang pria dan pria yang dinikahi oleh Nyonya Melisa meninggal kecelakaan. Mengetahui sahabatnya kehilangan suami, Nyonya Sherly sedih. Nyonya Sherly tidak tahu jika dia dibenci oleh Nyonya Melisa karena Tuan Karl. Dan kebenarannya terhadap Nyonya Sherly membuat Nyonya Melisa memanfaatkan kebaikan sahabatnya itu. Dengan merayu suami sahabatnya dan Tuan Karl malah masuk ke dalam perselingkuhan sampai saat ini. "Istrimu yang gila dan jelek itu tidak tahu kamu di sini, Sayang?" tanya Nyonya Melisa dengan manja. "Dia tidak akan mengetahui kalau aku keluar
Elly menatap wajah orang yang merampas ponselnya. Dan dia adalah ibunya Elly. Nyonya Melisa yang sorot matanya tajam. Terlebih lagi Nyonya Melisa melihat isi pesan tersebut dan matanya melotot. Tidak percaya jika anaknya melakukan itu. Elly lagi-lagi mendapatkan pesan dari seseorang yang misterius. Foto saat dia sedang bermadu kasih dengan pria yang baru dia kenal di club malam dan malam itulah, dia menyerahkan keperawannya. Tapi, kini Elly menyesal dia tidak bisa menjauhi pria tersebut. Elly selalu bertemu dan melakukan itu lagi dan lagi. "Jelaskan padaku nanti. Dasar anak tidak tahu diri, berani-beraninya kamu lakukan ini, awas kamu, Elly," ucap Nyonya Melisa dengan suara tertahan agar tidak didengar oleh kedua orang tua Brian. Elly gugup dan dia keringat dingin. Tidak menyangka ibunya melihat perbuatan tak terpujinya. Beruntung kedua orang tua Brian tidak melihat perdebatan mereka. "Ak-aku tidak tahu. Itu bukan aku," jawab Elly dengan terbata-bata mencoba untuk membela diri. E
Pertanyaan dari Leo tidak bisa dijawab oleh anak buahnya, mereka terdiam dan menundukkan kepala. Leo yang anak buahnya tidak menjawab apa yang dia tanyakan ke anak buahnya hanya bisa diam dan pasrah. Dia tidak bisa lagi mengatakan apapun karena sudah jelas mereka kalah dan anak buahnya yang dia minta untuk kesana sudah habis di lenyapkan oleh Brian. "Pantau dia jangan biarkan dia lepas, aku tidak ingin melepaskannya. Aku hanya ingin dia kalian lenyapkan. Sekaranh pergi awasi dia." Leo memberikan perintah kepada anak buahnya untuk segera mengawasi Brian karena saat ini dia ingin Brian dia lenyapkan."Baik, Tuan. Saya akan segera mengawasi Tuan Brian. Permisi." Anak buah Leo segera pergi dari hadapannya. Mereka segera menjalankan perintah yang Leo katakan pada mereka. Mark buka suara dia sangat tahu kalau Brian tidak bisa dikalahkan. "Dia memang tidak bisa dikalahkan, apa tidak bisa kamu mencobanya dengan cara lain. Misalnya, menjebaknya. Apakah, kamu tidak bisa melakukan cara itu?"