Share

Bab 4. Menolak

Penulis: ZeeHyung
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 18:01:00

Bella segera masuk ke dalam ruangannya. Bella termenung saat duduk di kursi kerjanya. Bella tidak bisa berpikir kenapa bisa Tuan mudanya itu ingin menikahi dia. Apa karena rasa bersalahnya itu.

"Apa dia merasa bersalah karena sudah melakukan itu padaku. Tapi, aku tidak menuntutnya," jawab Bella lagi.

Bella menundukkan kepalanya ke bawah dan melipat tangannya di atas meja. Kepala diletakkan di kedua tangannya.

"Bella, kamu kenapa? Tadi, aku dengar kamu dipanggil Tuan Murdock. Ada apa? Kamu buat salah dengan dia dan bagaimana rupanya? Dia pasti tampan, 'kan?" tanya rekan Bella bernama Merlin.

Bella mendengar suara sahabatnya langsung mengangkat kepala dan memandang sahabatnya yang duduk di depannya.

"Aku tidak tahu salahku apa Merlin. Tiba-tiba saja, aku diminta untuk ke ruangannya dan aku ...." Bella menghentikan ucapannya sejenak sambil memandang ke arah Merlin.

"Dan, aku apa?" tanya Merlin.

"Bella, kamu dipanggil, Tuan Murdock. Kamu kenapa lagi, Bella. Tadi, baru saja dari sana, sekarang kamu dipanggil lagi. Kamu benar-benar, ya. Apa kamu mau dipecat dari kantor ini?" tanya manager yang mendapatkan telpon dari Brian langsung untuk meminta Bella ke ruangannya.

Bella yang mendengar dirinya dipanggil lagi mengacak rambutnya. Merlin dan manager Bella mengangga melihat Bella frustasi hingga mengacak rambutnya sehingga berantakan. Merlin juga terkejut karena Bella dipanggil lagi.

"Bel, kenapa kamu seperti ini. Ya Tuhan, kamu baik-baik saja? Apa kamu memerlukan dokter. Tuan, sepertinya karyawan Anda ini sedang mengalami kesulitan dan dia harus diobati segera jika tidak dia akan semakin parah," ucap Merlin yang memegang tangan Bella agar tidak melukai dirinya.

Manager keuangan ikut panik, dia mencoba menghubungi dokter tapi terhenti karena mendengar suara Bella.

"Jangan, Tuan Carlo, saya baik. Permisi, saya pergi dulu," ucap Bella yang berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Keduanya mengangga melihat perubahan dari Bella yang tiba-tiba. Keduanya saling pandang dan menggelengkan kepala bersamaan.

Bella menarik napas dan membuangnya perlahan. Kali ini, dia mau tahu apa yang ingin dikatakan oleh Brian Murdock itu.

"Tuan, apakah Anda yakin, kalau Tuan Muda Murdock memanggil Bella? Anda tidak sedang mengerjain Bella, 'kan?" tanya Merlin.

Tuan Carlo menoleh ke arah Merlin. "Kamu sudah selesaikan pembukuan untuk bulan ini? Kalau belum, kerjakan," jawab Tuan Carlo dengan tegas.

Merlin mendengar jawaban Tuan Carlo merenggut, dia segera kembali ke mejanya. Padahal, dia mau memastikan kalau sahabat baik bagai kepompongnya ini tidak dikerjai oleh managernya ini.

Bella lagi-lagi berjalan menuju ruangan di mana Brian berada. Bella masih bingung apa lagi yang diinginkan oleh Tuan mudanya itu. Saat di lift, Bella terus memikirkannya, sampai keluar lift juga sama dan kini dia di meja sekretaris Brian.

"Eh, kembali lagi. Ada apa lagi?" tanya Mullen.

"Nggak tahu," jawab Bella ketus.

Mullen menaikkan alisnya, jika Bella mau bertemu dengan Tuan Murdock, tidak bisa karena ada tamu, pikirnya. Mullen pun akan memberitahukan ke Bella jika tuannya ada tamu.

"Tunggu dulu, ada tamu di dalam. Jadi, kamu nggak bisa masuk," jawab Mullen.

Bella pun menganggukkan kepala dan duduk di kursi dan yang dia lakukan hanya melihat Mullen bekerja.

Telpon, Mullen berdering dengan cepat Mullen menjawabnya.

"Halo, Tuan. Iya, Nona Bella ada di sini, baik saya akan memintanya masuk," jawab Mullen mengakhiri panggilan telpon.

"Bel, masuk sana. Kamu diminta masuk ke dalam, hati-hati Tuan sedang dalam mode galak" jawab Mullen menakuti Bella.

Bella pun berdiri dan mengabaikan perkataan Mullen. Dia masuk ke dalam ruangan Brian dengan tenang. Tapi, sebelumnya dia mengetuk pintu.

Brian yang menerima tamu dan mendengar suara ketukkan pintu langsung mempersilahkan masuk.

"Masuk."

Bella masuk setelah mendengar intruksi dari tuannya. Saat pintu terbuka, Bella melangkahkan kaki mendekati Brian yang bersama dua orang yang tidak dia kenal karena posisinya di belakang.

"Tuan panggil saya? Ada apa, Tuan?" tanya Bella dengan sopan.

Bella masih menundukkan kepala dan dia belum mengangkat kepalanya.

"Saya di depan, bukan di bawah. Perkenalkan, ini Bella dan dia yang akan bertanggung jawab semua projek kita. Bella, kenalkan mereka Tuan Mark dan Nona Sherin, klien kita yang baru," ucap Brian memperkenalkan Bella kepada kedua orang tamunya.

Mendengar nama yang di sebut oleh Brian tentu saja membuat Bella terkejut. Dia mengangkat kepala dan melihat ke samping di mana tamunya berada. Apakah, dia sedang berhalusinasi melihat pengkhianatan cinta ini di sini.

Dan saat bersamaan, ketiganya terkejut karena saling mengenal. Bella mulai geram dan dia tidak menyangka kalau kedua pengkhianat ini ada di kantor dan sekarang mereka di depannya lagi.

Dan kini mereka jadi klien diperusahaan tempat dia berkerja dan yang lebih mengejutkan CEO-nya mengatakan dia bertanggungjawab atas kerjasama antar keduanya dan sang CEO. Kerja sama apa? Tanggung jawab apa? Dia di sini hanya sebagian karyawan keuangan bukan bagian yang mengurus kerja sama dengan perusahaan lain. Ada apa ini, pikir Bella dengan raut wajah kebingungan.

"Kalian kenapa diam? Apa kalian saling kenal?" tanya Brian.

"Tidak/iya," jawaban dari Bella berbeda dari Sherin dan Mark.

Mark dan Sherin menjawab iya, sedangkan Bella jawab tidak.

Jawaban yang berbeda dari ketiganya membuat sang CEO menaikkan alisnya. Akan tetapi, sebuah senyuman kecil dan hampir tidak terlihat muncul di sudut bibi Brian.

"Bisa satu jawaban?" tanya Brian dengan suara datarnya.

Ketiganya menoleh ke arah Brian yang wajahnya dingin dan sorot matanya sangat tajam.

"Tuan, saya tidak kenal dia. Dan maaf saya bukan di divisi tersebut. Saya di bagian keuangan, jadi saya tidak cocok untuk bertanggung jawab dengan perusahaan mereka. Jadi, saya minta maaf," jawab Bella dengan tegas.

Bella menolak untuk menjadi penanggung jawab, bukan dia tidak suka, akan tetapi dia tidak mau berhubungan dengan pengkhianat ini. Hinaan dari keduanya sudah cukup, dia tidak mau terjadi lagi.

"Tuan, kenapa Anda meminta dia menjadi penanggung jawab atas kerja sama ini. Dia hanya pekerja biasa jadi tidak perlu libatkan dia. Nanti yang ada dia akan mengambil keuntungan dan membuat Anda dan saya rugi. Apa Anda mau tanggung jawab?" tanya Sherin mewakili Mark

Bella mendengar jawaban Sherin mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka kalau Sherin berani menghinanya lagi.

"Maaf, Nona terhormat. Saya tidak seperti yang Anda sangkakan itu. Saya ini, bekerja seperti biasanya dalam artian, saya tidak mengambil hak orang hanya hak saya sendiri di setiap bulannya. Jadi, sudah dipastikan kalau saya ini jujur. Karena, prinsip saya, apa yang bukan menjadi hak saya tidak akan saya rebut. Mungkin, sebagai orang akan melakukan itu, tapi saya tidak. Anda salah menilai orang. Belajar lebih baik lagi, jangan sampai Anda dipermalukan di kemudian hari," sahut Bella tanpa rasa takut jika dia kehilangan pekerjaan.

Bella pasrah, dia akan berhenti jika dia tetap menjadi penanggung jawab atas kerja sama ini. Dan dia pun pasrah kalau dipecat. Daripada harus berhubungan dengan mereka berdua.

Brian berdiri dan mendekati Bella. Dia ingin mengatakan sesuatu dengan Bella yang dia yakini kalau Bella akan setuju dan berubah pikiran.

"Dengarkan saya, Bella" bisik Brian di telinga Bella.

Bella mendengarkan apa yang Brian katakan. Tidak ada yang bisa Bella katakan. Bella terpaku sejenak dan saat bisikkan itu selesai, Brian menatap ke arah Bella.

"Bagaimana? Setuju?" tanya Brian dengan serius ke Bella yang masih menatap Brian dengan intens.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 6. Menikah

    "Menikahiku. Apa kamu lupa apa yang pernah aku katakan kepadamu, Bella sayang?" tanya Brian yang membuat Bella hanya bisa terdiam.Ternyata syaratnya masih tetap sama. Aku harus menikahi pria ini. Tapi rasa benciku terhadap kedua orang yang sudah menghianatiku benar-benar luar biasa. Aku ingin membalas apa yang sudah kedua orang ini lakukan padaku. Tapi, sulit. Sekarang, ada yang mau membantuku dan dia adalah Brian. Brian memang sosok yang bisa membantunya, tapi mampukah dirinya menjadi istri dari pria yang didepanku ini. Bella menggelengkan kepala pelan berusaha untuk menetralkan diri agar tidak frustasi. Masalah yang menimpa benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Melihat penolakan dari Bella lagi, Brian semakin kesal. Dia tidak bisa menjauh dari Bella dan dia sudah menginginkan Bella, tapi kenapa Bella masih saja menolaknya. Kurang apa lagi dirinya saat ini. Tampan, kaya raya, banyak wanita yang menyukainya, tapi kenapa wanita ini sulit untuk dia dapatkan dan taklukkan. B

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 5. Apa Syaratnya

    Bella benar-benar ingin membalaskan dendamnya, tapi apakah dengan cara seperti ini, pikirnya. Bella mendengar kalau Brian meminta dia untuk membalaskan dendamnya kepada mereka berdua. Brian juga tahu kalau dia dan kedua orang ini ada masalah jadi setelah melakukan itu, Bella terpaku. "Bagaimana bisa dia tahu permasalahan aku? Siapa dia," pikir Bella yang membuat Brian tersenyum karena Bella menatapnya. "Bagaimana? Kalian setuju, jika saya angkat Bella sebagai penanggung jawab proyek ini. Jika setuju, segera kerjakan proyeknya. Saya mau kalian mengikuti apa yang saya katakan. Jika kalian tidak mau, maka kalian bisa pergi. Saya tidak butuh perusahaan yang mematuhi peraturan di dalam perusahaan yang saya dirikan," jawab Brian yang segera duduk dan menatap ke dua orang yang wajahnya merah padam. Sherin dan Mark hanya terdiam dan tidak sedikitpun membantah. Perusahaan mereka butuh dana dan tender saat ini membuat perusahaan miliknya mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa.

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 4. Menolak

    Bella segera masuk ke dalam ruangannya. Bella termenung saat duduk di kursi kerjanya. Bella tidak bisa berpikir kenapa bisa Tuan mudanya itu ingin menikahi dia. Apa karena rasa bersalahnya itu. "Apa dia merasa bersalah karena sudah melakukan itu padaku. Tapi, aku tidak menuntutnya," jawab Bella lagi. Bella menundukkan kepalanya ke bawah dan melipat tangannya di atas meja. Kepala diletakkan di kedua tangannya. "Bella, kamu kenapa? Tadi, aku dengar kamu dipanggil Tuan Murdock. Ada apa? Kamu buat salah dengan dia dan bagaimana rupanya? Dia pasti tampan, 'kan?" tanya rekan Bella bernama Merlin. Bella mendengar suara sahabatnya langsung mengangkat kepala dan memandang sahabatnya yang duduk di depannya. "Aku tidak tahu salahku apa Merlin. Tiba-tiba saja, aku diminta untuk ke ruangannya dan aku ...." Bella menghentikan ucapannya sejenak sambil memandang ke arah Merlin. "Dan, aku apa?" tanya Merlin. "Bella, kamu dipanggil, Tuan Murdock. Kamu kenapa lagi, Bella. Tadi, baru saja dari san

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 3. Cara Lain

    "Bella, apa kabar. Senang bertemu denganmu. Buatkan minuman untuk Bella," ucap Brian meminta Miko untuk membuatkan Bella minum. "Akh, tidak perlu Tuan. Saya sudah minum," sahut Bella dengan suara gugup menolak diberikan minum dengan pria yang tadi malam habis bercinta dengan dirinya. Dan Bella merutuki dirinya, karena tidak tahu siapa yang sudah tidur dengan dia. Brian memberikan kode ke Miko untuk pergi karena dia ingin bicara berdua dengan Bella. "Kalau tidak ada yang perlu lagi, saya permisi dulu. Permisi, Tuan, Nona," pamit Miko menundukkan kepala ke arah Bella dan Brian. Bella panik, karena dia harus bersama dengan sang CEO Brian Murdock. Ruangan tersebut terasa sesak hingga oksigen di dalam paru-parunya menipis. "Kenapa pergi?" tanya Brian dengan suara dingin dan sorot mata tertuju kepada Bella tanpa sedikitpun dirinya mengalihkan pandangannya. Bella mendengar suara berat Brian langsung mengangkat kepala dan menatap Brian. Bella berpura-pura tidak mengerti apa yang ditany

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 2. Dia Wanitaku

    "Wanitaku," jawab Brian kepada Miko. Miko tambah terkejut mendengar jika Brian mengatakan wanitaku. Apakah benar, Brian sudah bisa terbebas dari alergi terhadap wanita. Hingga dia mengakui wanita itu sebagai wanitanya. "Brian, kamu tidak salah. Kamu tidak bercanda?" tanya Miko kembali. Brian yang kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Miko berbalik ke arah Miko dengan wajah mengetat dan datar. Miko tahu kalau saat ini Brian marah padanya. Jadi, dia lebih baik pergi. Daripada dirinya harus mendapatkan masalah. "Dia wanitaku. Aku harus menemukan dia, apapun itu," monolog Brian. Brian segera mengambil telpon dan dia menghubungi seseorang. Cukup lama Brian berkomunikasi dan setelah selesai Brian tersenyum."Aku akan mendapatkan kamu," jawab Brian. Brian segera membersihkan dirinya. Dia akan ke perusahaan untuk bertemu dengan klien yang sudah dia janjikan. Sedangkan, di tempat lain Bella yang sampai di rumah segera mandi, dia membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan. Bella menangis k

  • Wanita Rahasia Sang Mafia   Bab 1. Pengkhianatan

    Seorang gadis mungil berjalan menyusuri lorong apartemen. Dia senang hari ini akan memperlihatkan sesuatu kepada kekasihnya lebih tepatnya sang tunangan. "Aku harap dia suka," ucapnya. Sesampainya di depan pintu, gadis tersebut merasa jantungnya berdegub kencang. Entah perasaan apa ini. Tanpa menunggu lama, gadis tersebut yang bernama Bella Quinn menekan kunci apartemen yang ada di sisi kanan dan klik. Pintu terbuka, Bella masuk dan saat dia melangkah masuk, Bella melihat ada sepatu wanita. "Se-sepatu siapa ini?" tanya Bella dengan suara gemetar. Bella terus melangkah masuk lebih dalam dan tanpa dia duga, sepasang pria dan wanita sedang adu penalti tepat di depan matanya. Posisi mereka di ruang tamu. Bella tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun saat melihat sang pria memanggil satu nama dan nama itu dia kenal sebagai sahabatnya sendiri. Dia adalah Sherin. Dan pria itu bernama Mark. "Sherin/Mark." Akhirnya, suara Bella keluar dan saat bersamaan, keduanya berhasil meraih kem

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status