Share

Wanita Rebutan
Wanita Rebutan
Penulis: Piki

Pernikahan Tanpa Restu

“Kamu yakin mau menikah dengan anak saya? Apa jaminan kamu terhadap anak saya!” terlihat, seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil kedua tangannya memegangi pinggang. Dengan mata melotot seakan sedang meluapkan emosi terhadap lawan bicaranya.

“Saya sangat mencintai putri Tante dan saya akan menjaga Anya dengan baik” ujar Dirga yang merupakan kekasih dari Anya, putri Puji.

“Kamu Pikir cinta bakalan membuat perut Anak saya kenyang? Eh... Saya ini Mamanya dan Saya tahu persis berapa biaya perawatan yang dibutuhkan oleh anak saya dalam waktu sebulan tidaklah sedikit! Mengeluarkan uang puluhan juta, apa kamu siap membiayainya ah?!” tanya Puji dengan nada meremehkan.

Tidak ingin istrinya berkata seperti itu dengan Dirga, Broto pun menengahi. Namun apa daya, Broto hanyalah suami yang berlindung di pundak istri bisa dikatakan suami takut istri. Puji malah berbanding terbalik memaki-maki suaminya dengan kalimat pedas yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu.

Sambil terisak-isak Anya pun mengatakan sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh kedua orang tuanya terutama pada Puji yang sangat protektif terhadap putri sematang wayangnya. Anya yang menangis sesenggukan meraih kedua tangan orang tuanya dengan erat.

“Aku hamil, Ma... Pa! Tolonglah aku, izinkan aku menikah dengan Dirga” pinta Anya.

Broto dan Puji tersentak kaget lalu dengan refleks mereka melepaskan genggaman tangan putrinya.

“Kamu!” Puji menatap Dirga dengan bringas hingga dirinya menghampiri Dirga dan berulang kali menampar pipi Dirga beberapa kali tanpa dibalas perlawanan dari Dirga. Aksinya tersebut dapat dihentikan ketika para tetangga datang untuk mererainya.

“Sudah Buk, sudah... Jangan main hakim sendiri” pinta salah satu tetangganya.

“Lepaskan! Dia memang pantas untuk di tampar ataupun diludahi!!” pekik Puji.

“Mama sudah Maa hiks... Aku hamil, apa Mama tega melihat calon cucu Mama hidup tanpa seorang Ayah? Apa Mama tega melihat aku mempunyai aib dan mempermalukan Mama dan Papa akibat aku tidak menikah namun hamil?” Anya terus memohon agar Puji mau merestuinya tak perduli ada banyak orang yang telah mengetahui rahasia itu.

Semua orang yang ada disana telah mengetahui kabar kehamilan Anya hingga mau tidak mau Puji harus merelakan putrinya dinikahi oleh Dirga yang sangat tidak ia restui. Baginya, Dirga hanyalah orang miskin yang tidak pantas untuk menjadi bagian keluarga sultan seperti keluarga Puji. Namun, Puji juga malu dan tidak ingin nama baiknya tercoreng hingga dengan terpaksa ia pun mengalah.

“Baik, saya akan setuju. Namun jangan menyesal karena kamu telah memilih pria miskin untuk menjadi suami kamu! Mama dan Papa tidak akan mau mengurusi segala masalah yang nanti kalian hadapi!” ketus Puji pada Anya sebelum ia masuk ke dalam kamar tidur.

Broto menghampiri Anya dan Dirga dengan sesekali mencoba untuk menghela nafas. Broto hanya bisa menyemangati kedua anak muda itu untuk tidak terlalu memikirkan perkataan istrinya barusan.

“Sekarang sudah terlanjur dan saya tidak mau anak saya hamil tanpa suami. Dirga, saya merestui hubungan kamu dan anak saya jauh sebelum ini. Saya percayakan Anya sama kamu untuk kamu jaga. Tapi... Ternyata kamu juga sama seperti kebanyakan lelaki lainnya yang tega menghamili anak orang tanpa meresmikan pernikahan” raut wajah Broto memucat, ia benar-benar merasa kecewa terhadap Dirga.

Keesokan harinya, pernikahan pun dilaksanakan di rumah Dirga. Dengan wajah sumringah Anya menatap wajah cantiknya ke arah cermin besar yang ada di depan dirinya berhias. Wajah yang sudah terlahir Ayu membuatnya semakin terlihat sedap dipandang.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Anya yang mendengar suara ketukan itu meminta perias wajahnya untuk segera membuka pintu tersebut. Dengan cepat perias pengantin itu langsung membuka pintu lalu kembali lagi menghadap ke arah Anya.

“Permisi Anya, ada yang ingin bertemu sama kamu tuh!” seru Wanita muda yang terlihat begitu tergesa-gesa. Raut matanya sedang menatap wajah Anya yang cantik yang kini tengah berpakaian gaun berwarna putih dengan dihiasi mahkota diatas kepala. Rambut panjang yang tergelai membuatnya terlihat seperti Cinderella yang jatuh dari khayangan.

“Siapa yang datang?” tanya Anya yang kini tengah tersenyum sumringah. Seakan sudah bisa menebak siapa yang saat ini sedang ingin menemuinya.

Perlahan Anya berjalan ke arah pintu hingga tiba-tiba seseorang dari balik pintu menarik tangannya dengan kasar. Anya tersentak kaget karena akibat ulah orang itu membuat tangannya menjadi memerah.

“Apa yang sedang kamu lakukan Eleanor?” tanya Anya yang terlihat terkejut. Namun tetap saja tubuhnya mengikuti kemana wanita itu yang kini telah diketahui namanya yakni Eleanor.

Mereka berdua pun telah sampai di teras rumah yang sudah ada banyak tamu barulah Eleanor melepaskan genggamannya. Untungnya Anya sudah selesai merias wajah dan pakaiannya pun sudah begitu lengkap. Menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang mengejutkan membuatnya ingin kembali memasuki kamar. Eleanor bersikeras agar Anya bisa bersabar lagi.

“Hai Anya”

Suara Laki-laki yang sudah tidak asing lagi ditelinga nya. Anya yang terkejut mencoba menolehkan kepalanya. Terlihat, Dirga sebagai calon suaminya sudah berada dihadapan Anya. Wajahnya tampan dan juga gagah itu tengah menatapnya dalam-dalam. Semakin dalam membuat Anya menjadi salah tingkah. Melihat sepasang calon pengantin tengah beradu kasmaran, Eleanor pun memilih untuk menjauh secara perlahan agar tidak menganggu keromantisan mereka.

“Eh... Mau kemana kamu Eleanor?” Anya menyadari sahabat yang sedari kecil itu telah meninggalkannya tanpa izin, dengan cepat memanggil Eleanor dan hendak mengejar. Namun, Dirga meraih tangan kanan Anya yang membuat jantung Anya berdegup kencang ketika hampir terjatuh dan berhasil diraih dalam dekapan tubuh Dirga.

Anya menjadi salah tingkah dan melepaskan tubuhnya dari dekapan Dirga. Beberapa orang melirik mereka seakan apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar. Namun tetap bagi Anya yang belum berpengalaman menjadi kelimpungan dan malu-malu. Beberapa menit kemudian, Kedua orang tua Anya menyadari bahwa putrinya tidak ada di ruang pengantin lalu Puji menanyakan keberadaan Anya pada perias pengantin tadi yang sempat melihat Anya bersama wanita muda yang seumuran dengan Anya.

“Tidak aku sangka kita akan menuju ke pelaminan Sayang” ujar Dirga yang terlihat sangat bahagia.

Anya membalasnya dengan sebuah senyuman namun terbesit rasa bersalah dalam hatinya. Rasa bersalah karena harus membohongi kedua orang tuanya demi cinta. Dirga menatap wajah Anya dalam-dalam hingga mereka saling berpandangan. Di sisi lain, kedua orang tua Anya tengah mencari keberadaan mereka ke arah teras rumah dan akhirnya mereka pun menemukannya.

“Anya!” Puji memanggil Anya dengan sedikit berteriak hingga membuat Anya dan Dirga menolehkan pandangannya ke arah Puji.

Puji menghampirinya dengan pandangan menyeramkan tanpa sebuah senyuman sedikit pun.

“Kalian ngapain disini? Ayo kita masuk! Upacaranya akan dilaksanakan sebentar lagi! seru Puji pada putri dan calon menantunya.

“Iya, Tante. Aku dan Anya lagi ingin menghirup udara segar” ujar Dirga yang juga dibalas anggukkan kecil dari Anya.

Terlihat, Puji mengacuhkan apa yang dikatakan oleh Dirga. Broto yang mengerti akan hal itu dengan cepat langsung mengalihkan suasana.

“Iya, Om memaklumi kok” sahut Broto.

“Pa, ayo kita masuk! Gerah rasanya berada disini lama-lama!” seru Puji dengan ketus. Puji pun berjalan mendahului suaminya yang memilih berjalan menyusul di belakang istrinya.

Anya hanya bisa menghela nafas dalam-dalam karena ia juga tidak bisa menyalahkan kedua orang tuanya jika ketus seperti ini. Yang ada Anya akan menanggung bayang-bayang penyesalan atas kebohongan ini.

Mereka sekeluarga masuk ke dalam ruangan yang sudah berisi banyak tamu. Entah tamu yang diundang maupun tamu yang tidak diundang. Bukan karena tidak diundang, hanya saja Anya dan keluarganya merasa kewalahan dalam menyiapkan semua upacara tersebut. Dirga yang hanya diwakilkan oleh pamannya tidak membuatnya patah semangat. Meskipun sudah menjadi yatim piatu sedari kecil, namun Dirga tidak kekurangan kasih sayang dari Bibik dan Pamannya.

Upacara pernikahan pun berjalan dengan lancar hingga Dirga tidak henti-hentinya berucap syukur atas apa yang ia dapatkan. Dia menatap wajah Anya yang telah resmi menjadi istrinya seumur hidup. Anya pun demikian, merasa bersyukur karena telah dipersunting oleh kekasih yang telah lama mereka jalin bersama. Sebuah senyuman manis diperlihatkan Anya hari ini juga.

“Selamat ya Anya!”

“Selamat ya Dirga!”

Beberapa tamu undangan yang lebih banyak adalah teman-teman kedua pasangan suami-isteri baru itu tidak henti-hentinya mengucapkan selamat kepada mereka. Mereka mendoakan yang terbaik bagi pasangan yang telah resmi menikah beberapa menit yang lalu. Terutama pada mantan kekasih Anya, Fernando. Dia datang untuk meminta maaf karena dulu telah meninggalkan Anya yang masih berstatus pacarnya.

“Selamat ya Bro!” Seru Fernando pada Dirga.

“Iya, Terimakasih Bro” balas Dirga.

Fernando melirik Anya yang terlihat berubah drastis. Dari yang tadinya tersenyum manis kini murung dan seakan tengah memendam kemarahan. Dirga yang memang mengetahui masalalu mereka tidak meras cemburu sedikitpun. Yang ada Dirga berusaha agar Anya belajar memaafkan masalalu.

“Anya, aku ingin bicara empat mata sama kamu” ujar Fernando didepan Dirga.

“Tidak perlu! Aku sudah menikah, jadi tidak usah berbicara empat mata lagi” ujar Anya.

Fernando pun melirik Dirga, seakan sedang meminta pendapat. Dirga yang memang telah mengetahui masalalu Anya dengan Fernando, hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai pertanda setuju. Setuju dengan apa yang dikatakan oleh istrinya itu pada mantan kekasih. Fernando pun tersenyum lalu menarik nafas dalam-dalam dari hidung dan kemudian dihembuskannya pelan-pelan melalui mulut.

“Anya, maafkan aku. Tidak seharusnya aku meninggalkan kamu tanpa alasan sedikitpun” ujar Fernando.

“Iya! Aku maafkan, tapi... Stop datangi aku lagi!” seru Anya yang kini mulai meninggalkan ruang tamu.

Dirga menghela nafas lalu menepuk pundak Fernando. “Lo yang sabar Bro, semoga Lo bisa menemukan pengganti Anya” ujar Dirga. Dirga pun meninggalkan Fernando yang tengah terpaku. Rasa penyesalannya kini tidak dapat diulang kembali. Bahkan, harus menerima kenyataan kenyataan bahwa kini Anya telah menikah dan tidak akan bisa rujuk kembali seperti masa lalu yang manis.

Anya masuk ke dalam kamar tidur dan menangis sesenggukan. Membayangkan rasa sakit hatinya selama tiga tahun yang lalu. Saat itu dirinya benar-benar patah hati dan hendak melakukan percobaan bunuh diri. Disaat itulah, Anya bertemu dengan Dirga hingga menggantikan posisi Fernando yang tega meninggalkan dirinya tanpa alasan yang jelas. Bekas sakit hati Anya sampai detik ini sulit untuk ia sembuhkan meskipun telah menjalin hubungan kekasih dengan Dirga tiga tahun yang lalu.

“Anya” Dirga telah berdiri di samping pintu. Perlahan Dirga mulai masuk ke dalam kamar itu dan mulai menguncinya.

“Anya” Sekali lagi Dirga memanggil Anya. Lalu Anya menengadahkan kepalanya lalu berdiri dan memeluk tubuh Dirga dengan erat.

“Aku benci dia!” Aku benci sekali hiks!!!” seru Anya yang sedikit berteriak. Dirga dapat merasakan betapa hancurnya hati Anya saat ini. Hanya sebuah pelukan erat yang bisa ia lakukan agar menenangkan hati Anya.

Dirga tetap diam dan sabar, tidak ingin menasehati. Sebab, ketika seseorang sedang dalam keadaan marah atau sedih tidak butuh dinasehati, melainkan hanya membutuhkan sandaran dan ingin ditemani saja. Hingga perlahan-lahan Anya pun mulai mengikhlaskannya.

Di luar Pintu masuk terlihat ada wanita paruh baya yang datang tidak diundang. Wanita itu sudah melihat ada banyak orang di rumah Dirga, namun tetap saja memberanikan diri untuk menggedor-gedor pintu tersebut dengan keras sambil berteriak memanggil nama penghuni rumah tersebut.

“Dirga!!!”

“Buka pintunya! Kapan kamu akan membayar ah!!!”

Puji melihatnya lalu langsung membuka pintu pagar rumah tersebut. Dengan perasaan kesal, puji pun bertanya.

“Eh... Ngapain kamu berteriak pakai acara menggedor pintu segala! Siapa kamu!” seru Puji yang tidak kalah marah.

“Bilang sama Dirga... Besok saya akan kesini lagi. Ada atau tidak ada saya akan paksa buat melunasi hutang-hutangnya!” seru Wanita paruh baya tersebut.

Puji tercengang mendengar perkataan orang yang ada dihadapannya. Dengan penasaran, puji pun bertanya berapa hutang yang belum terbayarkan? Wanita Paruh Baya itu pun mengatakan dua puluh juta. Semakin tercengang lah Puji hari ini juga dirinya sampai jatuh pingsan. Melihat Puji pingsan, wanita paruh baya itu pun langsung lari terbirit-birit karena takut dilaporkan ke polisi. Sementara orang-orang yang melihatnya langsung mengamankan Puji ke tempat yang teduh.

“Mama bangun Hiks” Isak tangis Anya tidak bisa ia tahan lagi. Takut bila terjadi sesuatu hal buruk terjadi pada mamanya.

Puji pun terbangun dari pingsannya dan membuat Anya maupun yang lain merasa bersyukur. Hingga tiba-tiba...

PLAK!!!

“Dasar menantu miskin! Baru nikah sudah bikin sial!!!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status