***Tiara menatap nanar kartu nama yang ada di tangannya. Tertera nama Aditya Dika, nomor telepon serta alamat kantor dan alamat rumah. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya tujuan dari Aditya melakukan kontrak pernikahan ini. Namun mata dan hati nuraninya gelap. Tergelapkan oleh sogokan uang sebanyak satu milyar. Uang yang entah harus berapa puluh tahun lamanya ia kumpulkan. Ini hanya dalam semalam uang sebesar itu sudah ia dapatkan dengan risiko selama satu tahun penuh tinggal bersama suami kontraknya. Lamunan Tiara buyar tatkala Leo memanggil namanya. Mungkin Leo melihat anaknya yang tengah melamun. “Tiara, Mutiara!” panggil Leo.“Eh, Ayah. Kenapa? Haus? Lapar? Atau mau makan buah?” Seketika Tiara jadi salah tingkah sendiri. “Tenang! Ayah tidak mau itu semua,” tutur Leo.“Lalu ayah mau apa? Biar Tiara belikan.”“Ayah hanya ingin bicara sama Kamu saja, Nak. Tentang kamu dan suamimu.”Tiara diam. Ia bingung sendiri rasanya ia tidak memiliki semangat jika harus mem
Rachel marah dan merasa tidak terima saat mendengar Aditya sudah memiliki calon istri. Ia menduga-duga jika perubahan sikap Aditya memang karena hal ini. Tidak bisa! Rachel tidak rela! Aditya harus jadi miliknya selamanya.Saat ini Rachel sedang di jalan menuju kantor Aditya. Ia ingin mendengar langsung dari bibir Aditya dan ia harap apa yang Monica katakan tidaklah benar. Jika pun itu benar Rachel bersumpah akan merebut Aditya bagaimanapun caranya. Apalagi posisinya sangat kuat karena mendapatkan dukungan dari Monica. “Aditya ... kau hanya milikku dan selamanya akan tetap seperti itu,” gumam Rachel di sela aktivitas menyetir. Sementara itu di kantor milik Aditya, ia baru saja kembali dari pertemuan dengan klien. Ia merasa lelah karena siang ini dirinya melewatkan makan siang. Ia melihat jam yang terpasang di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul dua siang lebih. “Boy aku melewatkan makan siangku. Tolong belikan aku makan siang,” titah Aditya pada Boy.Tanpa menolak Boy
Rachel syok, ia tidak percaya jika Aditiya sudah menikah, padahal Ia sudah percaya diri jika Aditiya tidak mungkin memiliki pengganti dirinya. namun dugaannya salah, justru ia harus mengetahui fakta Aditya sudah menikah. "Kamu bohong kan, kamu sengaja ingin membuat aku cemburu. Kamu sebenarnya masih mencintaiku. Hanya saja, Kamu marah karena aku meninggalkanmu. dan Kamu berpura-pura sudah menikah," Rachel berkata dengan percaya dirinya . ia kekeh meyakini sikap dan perkataan Aditya itu bohong. Jika dia belum menikah belum memiliki istri. "Terserah kamu mau percaya atau tidak yang pasti, apa yang aku katakan itu fakta, kenyataan. jika tidak percaya datanglah besok ke sini, aku akan membawa istriku ke kantor,'' terang Aditya. Ia ingin membuat Rachel berhenti mengganggunya. Rachael tertawa begitu kerasnya, entah apa yang membuat ia tertawa seperti itu. "Jangan kira aku Bodoh, Aditya. Sekarang ada begitu banyak cara.. termasuk kamu, bisa saja kamu ngaku menikah padahal belum menikah.
Dalam perjalanan menuju rumahnya, Aditya tidak hentinya memainkan handphone. Terkadang seulas senyum terbit di bibir Aditya. Sontak saja hal demikian membuat Boy takjub, karena pemandangan seperti ini jarang sekali terjadi. Boy begitu penasaran apa sebenarnya yang sedang tuannya lihat? Hingga dirinya tersenyum senyum sendiri. Sungguh pemandnagan yang langka. "Tuan apa yang terjadi?" tanya Boy pada Aditya. Aditya yang ditanya langsung mengalihkan tatapannya ke Boy. "Wanita itu sudah ada di depan rumah, dia bodoh! Ia memilih diam di depan gerbang , padahal kamu memberikannya kunci rumah itu bukan?" tanya Aditya pada Boy, Boy yang tengah menyetir itu tiba-tiba merasa kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Dia lupa memberikannya. "Maaf Tuan sepertinya aku lupa memberikan kunci rumah itu." boy merasa menyesali , ia teledor kali ini. "Apa kamu tidak mendengarkan perintahku? Aku kan bilang kirim dia alamat rumah dan kuncinya, biar dia menunggu di sana,'' sentak Aditya "Maaf,
Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini."Dia pu
“Ayah Nona harus dioperasi dan membutuhkan biaya sekitar lima ratus juta.”Masih terngiang-ngiang dengan jelas perkataan dokter Samuel di telinganya. Lima ratus juta bukanlah uang yang sedikit. Entah butuh berapa lama Tiara harus mengumpulkan uang sebesar itu, untuk biaya operasi Leo—sang ayah.Tiara menyusuri jalanan yang gelap disertai dengan turunnya hujan yang lebat. Udara yang dingin tidak membuat Tiara merasa kedinginan. Pikirannya terlalu rumit hingga tidak bisa merespons apa pun termasuk embusan udara dingin.Langkahnya begitu gontai, tiap-tiap langkah kakinya serasa tidak menapaki jalanan. Ayah—keluarganya yang tersisa setelah lima tahun lalu ibu dan kakak perempuannya meninggal karena korban tabrak lari, kini harus menderita penyakit gagal jantung.Lalu sekarang? Apakah dia harus kehilangan ayahnya juga? Ah, rasanya ia ingin ikut mati saja jika memang ayahnya pun harus menyusul sang ibu dan sang kakak.Dunia ini terlalu kejam untuk Tiara lalui sendiri. Dunia terlalu bahaya j
“Aku mau menjual keperawananku.”Mendengar kalimat horor itu membuat Panji yang sedang sibuk di depan layar seketika mendongak. Ia sampai melepaskan kacamata bacanya.“Are you crazy?” tanya panji. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Menjual keperawanan? Ini gila!“Aku mau menjual keperawananku, Panji,” ulang Tiara dengan air mata yang berderai.Antara hati dan nalarnya sungguh tidak bisa sinkron, namun ia tetap harus melakukan ini semua. Demi kesembuhan Bapak tercinta keluarga yang ia miliki satu-satunya.Panji beranjak, lalu ia berjalan ke arah Tiara yang masih berdiri di ambang pintu. Tidak lupa air mata yang sedari tadi berderai. Ini bukan kemauan hatinya, namun ia tetap harus melakukannya.Panji langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Tiara, mungkin... temannya ini sedang berada dalam keadaan tidak baik-baik saja.“Kamu sakit?” tanya Panji memastikan. Sebab tidak biasanya Tiara bersikap seperti ini. Tiara yang Panji kenal adalah wanita tang
Keesokan harinya Panji sudah mendapatkan seorang pria yang menurutnya layak untuk Tiara. Dia adalah seorang pengusaha sukses di kota Jakarta. Harta kekayaannya begitu banyak mungkin saja harga 500 juta tidak akan ada artinya bagi dia.Pengusaha itu adalah Tuan Adipati, seorang duda kaya yang selalu menyalurkan hasratnya pada wanita-wanita panggilan. Jika boleh jujur Panji teramat tidak rela. Bagaimana bisa dirinya bisa berbesar hati jika orang yang dia cintai secara tidak langsung harus ia jual?Terpaksa, ini hanya terpaksa. Setelah beberapa menit lalu Panji dan Adipati saling bersepakat masalah harga panggilan telepon pun terputus.Terdengar helaan napas dari mulut Panji, baginya ini adalah keputusan terberatnya.Memang Tiara buka keluarga bahkan kekasih pun bukan, ia hanya seorang sahabat yang berharap bisa memiliki hati Tiara.Sepertdetik kemudian, Panji mengirim pesan pada Tiara memintanya untuk menemui dirinya di apartemen miliknya. Sebuah transaksi besar akan ia lakukan dan ini