Home / Rumah Tangga / Wanita Simpanan CEO / [3] Kabar Mengejutkan

Share

[3] Kabar Mengejutkan

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2024-07-03 10:44:53

“Ke ruanganku sekarang juga, Qiana.”

         Qiana yang mendengar panggilan itu pun membuang napas kasar. Dengan malas, dia

bangkit dan mengayunkan kaki, menuju ke arah tangga yang akan membawanya ke ruangan

James. Ya, sudah satu bulan sejak pertemuannya dengan pria itu, Qiana resmi menjadi asisten

pribadi pria tersebut. Dia harus mengerjakan banyak sekali tugas. Tidak jarang dia harus

pulang malam karena kelakuan pria yang sudah menidurinya.

Qiana menggelengkan kepala saat bayangan satu bulan lalu teringat, dimana dia kehilangan keperawanannya. Dia pikir James hanyalah seorang pria bayaran yang tidak akan pernah hadir kembali dalam hidupnya, tetapi siapa sangka jika James ternyata adalah atasannya sendiri!

Sebuah takdir yang cukup membuatnya tertekan. Kalau saja bukan karena Qiana membutuhkan pekerjaan, mungkin dirinya sudah memutuskan untuk berhenti saat itu karena rasa malunya pada James.

         Qiana menghentikan langkah dan mengetuk pintu ruangan James. Setelahnya dia membuka dan melangkah ke arah meja yang terletak paling ujung, dekat dengan jendela. Di sana, tampak James yang menyiapkan beberapa berkas dan memasang raut wajah serius.

         “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Qiana dengan tatapan lekat.

         “Ikut aku ke Hotel Berlian, Qiana,” ucap James sembari mendongakkan kepala. “Kita

ada rapat di sana.”

         Qiana sempat berpikir kalau James akan macam-macam dengannya pun mulai

merasakan kelegaan. Dia membuang napas lirih dan menganggukkan kepala. Dengan

cekatan, Qiana mengambil berkas di meja kerja James dan melangkah bersama sang atasan.

         Hening. Qiana hanya bungkam. Meski James dan dia sudah pernah tidur bersama,

tetapi James cukup profesional. Pria tersebut tetap bersikap biasa, hanya sesekali bersikap

lembut dihadapannya. Itu pun kalau tidak ada karyawan lain di sekitar mereka, tetapi Qiana

juga cukup sadar diri. Pertemuannya dengan James adalah sebuah kebetulan. Dia juga yang

memulai perbuatan panas waktu itu, membuat Qiana memilih mengabaikan dan memberikan

batas untuk hubungan mereka.

         Qiana dan James menaiki mobil. Butuh tiga puluh menit hingga mereka sampai di

hotel yang dituju. Keduanya segera menuju ke restoran yang terletak di lantai satu.

         “Kamu tunggu di kursi lain saja, Qiana,” ucap James.

         Qiana lagi-lagi hanya menganggukkan kepala. Dia pun mencari kursi lain dan

memesan makanan, sesuai dengan perintah sang atasan. Manik matanya masih terus

mengawasi James yang tampak serius. Hal yang membuat Qiana tidak bosan sama sekali.

Pasalnya saat James tengah serius, pria tersebut tampak jauh lebih menggoda. Hingga Qiana

yang merasa tidak nyaman pun bangkit.

         Namun, saat akan mengayunkan kaki, Qiana berhenti. Tangannya memegang kepalanya yang mulai terasa berat. Pandangannya pun mulai mengabur, membuat tubuh lemahnya menjadi oleng dan …

         Bruuk.

         James yang saat itu tengah berbincang pun berhenti dan mengalihkan pandangan.

Kedua matanya langsung melebar saat melihat Qiana yang sudah tergeletak di lantai. Dengan

cepat, dia bangkit dan melangkah ke arah asistennya berada.

         “Qiana, bangun,” panggil James sembari menepuk pelan pipi Qiana.

***

         “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya James saat sang dokter selesai memeriksa

Qiana. Dia memang memutuskan untuk membawa Qiana dan menghentikan rapat yang sudah

berjalan setengah. Wajahnya benar-benar cemas saat melihat Qiana yang pingsan. Saat ini

pun, dia masih memasang raut wajah penuh kekhawatiran.

         Sang dokter yang baru saja selesai memeriksa pun duduk dan menatap ke arah James.

“Tidak perlu cemas, Tuan. Istri anda baik-baik saja. Dia hanya sedang hamil muda dan hal itu

biasa terjadi,” jelas sang dokter.

         “Hamil?” James langsung melebarkan kedua mata saat mendengar kabar tersebut.

Jantungnya seakan berhenti berdetak. Mulutnya pun setengah terbuka. Benar-benar seperti

orang bodoh.

         “Iya, usia kandungannya sekitar empat minggu,” kata sang dokter.

         Empat minggu? Aku dan Qiana berhubungan juga satu bulan yang lalu. Apa ini

artinya anak yang ada dalam kandungannya adalah anakku, batin James. Pikirannya masih

terus berputar, mencoba mencerna setiap rangkaian kejadian.

         “Aku dimana?”

         James yang melihat Qiana sudah sadar pun mengalihkan pandangan. Dengan cepat,

dia bangkit dan menuju ke arah Qiana berada. Wajahnya masih tampak tegang dengan kabar

yang diterimanya kali ini. Pasalnya dia tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya Qiana

akan hamil anaknya.

         “Pak, saya dimana?” tanya Qiana saat James berdiri di sebelahnya.

         “Kamu di rumah sakit, Qiana. Tadi kamu pingsan,” jawab James.

         “Ah iya, aku tadi pagi lupa sarapan. Jadi, kepalaku sedikit pusing. Sepertinya asam

lambungku juga naik,” kata Qiana, “Kalau begitu maaf sudah merepotkan Bapak,” imbuh

Qiana dan bangkit.

         Namun, James menghentikan gerakan Qiana, membuat Qiana menatap James heran.

         “Bapak kenapa?” tanya Qiana.

         “Mulai sekarang kamu harus hati-hati, Qiana,” ucap James, membuat Qiana

mengerutkan kening.

         “Ada anak kita di dalam kandunganmu. Usia kandungannya juga sudah empat minggu,” lanjut James.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Simpanan CEO   [77] Melakukan Pemeriksaan

    “Bayi dalam kandunganmu baik-baik saja, Qiana. Dia juga sehat dan tumbuh dengan baik.”Qiana yang mendengar ucapan sang dokter pun tersenyum lebar. Dia merasa bahagia dengan kabar yang diterimanya. Harapannya supaya yang anak tumbuh di rahimnya dengan baik pun seakan terwujud. Dia yang bahagia membuat bayi dalam kandungannya bisa berkembang dengan cukup baik.“Aku akan berikan resep obat buat kamu,” ucap sang dokter kembali.Qiana hanya menganggukkan kepala. Bibirnya masih tersenyum lebar, menatap ke arah gambar janin di depannya. Sudah terbentuk kepala dan bagian tubuh yang lain. Beratnya juga sudah tampak. Terlihat di sana bayinya mulai bergerak, membuat Qiana yang begitu menantikan semakin tidak sabar. Padahal dia tahu setelah ini dia akan berpisah dengan James.Namun, Qiana seakan tidak peduli sama sekali. Dia tetap mengharapkan anaknya segera lahir. Rasanya tidak sabar untuk menggendong bocah mungil yang saat ini hanya bisa melihatnya melalui monitor USG. Hingga sang dokter membe

  • Wanita Simpanan CEO   [76] Membuat Cemburu

    Qiana mengenakan dress panjang semata kaki dan mengatur rambutnya. Dia menatap beberapa kali, takut kalau sampai ada yang salah dengan penampilannya. Make up tipis membuatnya tampak semakin menawan. Entah kenapa, Qiana merasa kalau setelah kehamilan ini, dia terasa jauh lebih cantik dari sebelumnya.Qiana mulai melangkahkan kaki setelah merasa sudah puas dengan penampilannya. Dia menuju ke arah pintu dan keluar. Kakinya menuruni satu per satu anak tangga. Sebelah tangannya memegang pembatas tangga, takut kalau dia kenapa-kenapa. Perutnya sudah lebih besar dari sebelumnya, tetapi masih bisa untuk melihat kakinya melangkah. Hingga Qiana yang sudah sampai di bawah pun segera menuju ke arah pintu depan.“Qiana, kamu mau kemana?” tanya Siska dengan tatapan lekat.Qiana pun berhenti dan menjawab, “Aku mau periksa kandungan, Ma. Hari ini memang sudah jadwalnya.”“Loh, kok gak bilang sama James,” ucap Siska.Qiana yang ditanya pun diam. Dia memang sengaja tidak mengatakan hal ini dengan James

  • Wanita Simpanan CEO   [75] Siasat Deolinda

    “Diminum dulu, Jessica.”Jessica yang mendengar hal itu pun terdiam. Dia menatap ke arah Qiana dan Emily yang ada di depannya. Ada perasaan canggung saat melihat keduanya yang sudah menolong dirinya. Padahal jelas kalau dia sudah berbuat buruk dengan Qiana. Hingga dia menelan saliva pelan dan mengambil gelas di depannya. Jessica mulai meneguk pelan, berusaha menghilangkan ketakutan dan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul.“Bagaimana kamu bisa berurusan dengan mereka, Jes? Kamu memiliki masalah atau memiliki hutang?” tanya Emily.Jessica baru saja selesai menghabiskan minuman yang ditawarkan Emily. Dia mulai meletakkan gelas di meja dan balik bertanya, “Bukannya itu orang suruhan kalian?” Sebenarnya Jessica tahu kalau tidak mungkin mereka menyuruh orang untuk menyakitinya, tetapi Jessica sudah terlanjur malu. Dia enggan mengakui kesalahannya yang sudah berbuat jahat dengan Qiana. Mendengar itu, emosi Emily pun langsung meningkat. Dengan tegas dia berkata, “Jaga omonganmu, Jessica.

  • Wanita Simpanan CEO   [74] Jalan-jalan Pagi

    Qiana membuang napas lirih. Pagi ini dia memilih berjalan-jalan di taman yang jauh dari rumahnya. Tidak lupa Qiana mengenakan masker, takut kalau ada yang mengenali dirinya. Dia takut kalau kejadian beberapa hari yang lalu membuat banyak orang mengenal dirinya. Ditambah dengan perutnya sudah sedikit lebih membesar, membuat Qiana mau tidak mau harus lebih giat dalam melakukan aktivitas. Padahal kalau dulu dia hanya akan berbaring cantik dan tidak melakukan apa pun.Qiana yang sudah berjalan beberapa putaran pun membuang napas lirih. Dia memilih untuk duduk di tanah dan menyelonjorkan kedua kaki. Manik matanya menatap sekitar. Ada beberapa ibu hamil juga yang tengah berjalan-jalan seperti dirinya. Bedanya, mereka ditemani suami. Sedangkan Qiana harus berjalan-jalan sendiri. Ada rasa iri setiap kali melihat pasangan yang begitu bahagia. Qiana juga menginginkan hal yang sama.Namun, Qiana harus cukup sadar diri. Dia tidak mungkin mendapatkan hal semacam itu. Kalau sampai dia mendapatkanny

  • Wanita Simpanan CEO   [73] Peringatan Awal

    Hening. Alvan dan James hanya diam. Keduanya duduk saling berhadapan, tetapi tidak ada yang membuka suara sama sekali. Keduanya seperti tengah asyik menikmati pikiran masing-masing. Hingga Alvan yang tidak sabar menunggu pun membuang napas lirih. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah James dan bertanya, “Kenapa kamu kesini, James?”James yang awalnya dia pun langsung mendongak. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk diam. Dia juga tidak takut dengan Alvan. Hanya saja, sejak tadi dia diam tengah memikirkan kalimat yang pas untuk melarang Alvan selain karena Qiana adalah istrinya. Dia ingin membuat Alvan takut dan menurut dengannya.“Tidak biasanya kamu datang ke rumahku,” imbuh Alvan karena tidak juga mendapat jawaban.James membuang napas lirih dan berkata, “Aku kesini karena aku melihat kamu bersama dengan Qiana beberapa hari yang lalu, Alvan.”Mendengar itu, Alvan terdiam sejenak. Dia merasa bahagia karena James yang ternyata terpancing dengan rencananya. Dia yakin, James pasti ten

  • Wanita Simpanan CEO   [72] Tamu tidak Diharapkan

    Alvan melangkah pelan, keluar dari mobil dan memasang wajah datar. Sorot matanya menunjukkan keseriusan. Tidak ada senyum yang terlintas di bibirnya. Bahkan beberapa sapaan dari karyawan tidak dibalasnya sama sekali. Hari ini mood-nya tidaklah baik, membuat Alvan tidak mau bersikap ramah dengan siapa pun.Alvan terus melangkahkan kaki, menuju ke arah lift yang akan membawa ke ruangannya. Mulutnya masih bungkam. Padahal biasanya dia masih mau menyapa para karyawan yang bersikap baik dengannya. Hingga pintu lift terbuka, membuat Alvan kembali melanjutkan langkah.Alvan segera memasuki ruangan, sesekali menatap ke arah sang sekretaris yang belum datang. Padahal sudah siang, tetapi sekretarisnya malah tidak berniat untuk bekerja sama sekali. Bahkan dia yang merupakan atasan malah jauh lebih dulu sampai di kantor. Hingga Alvan memasuki ruangan dan siap melangkah ke arah meja kerja.Namun, niatnya terhenti karena manik matanya melihat seseorang yang cukup dikenalnya. Menyadari kesabarannya

  • Wanita Simpanan CEO   [71] Perasaan yang Sedikit Berbeda

    “Kamu masih bekerja dengan James kan, Deolinda?” tanya Ishana.Deolinda yang hendak menyendok makanan pun menghentikannya. Dia menatap ke arah sang mertua dan menjawab, “Iya, Ma.”“Kamu harus memanfaatkan momen ini, Deolinda. Kalau dulu Qiana bisa mendekati James saat menjadi sekretarisnya, seharusnya kamu juga bisa. Kamu harus bisa menaklukan James dan membuat dia bertekuk lutut denganmu. Jangan biarkan wanita murahan itu mengalahkanmu,” ucap Ishana serius.Deolinda terdiam. Manik matanya menatap lekat ke arah sang mertua yang menurutnya tampak aneh. Biasanya Ishana tidak memaksanya seperti ini. Wanita itu lebih sering melakukan dengan cara yang santai. Kali ini, Deolinda menjadi heran. Dia pun meraih jemari sang mertua dna bertanya, “Mama sedang ada masalah?” Ishana yang ditanya pun membuang napas lirih. Dia menatap lekat ke arah sang menantu dan menggelengkan kepala. “Tidak sama sekali, Deolinda. Mama baik-baik saja,” jawab Ishana dengan santai.“Terus, kenapa tiba-tiba Mama mem

  • Wanita Simpanan CEO   [70] Sedikit Lebih Dekat

    Qiana menyembunyikan dalam wajahnya di dalam bantal. Dia merasakan kenyamanan saat mendekap benda yang selalu menemaninya tidur, tetapi entah kenapa kalau kali ini dia merasa jauh lebih nyaman. Dia seakan enggan meninggalkan tersebut dan malah mendekap semakin erat. Bau maskulin yang melekat membuat Qiana enggan meninggalkannya. Belum lagi elusan lembut di bagian punggung yang semakin menambah rasa nyamannya.Sejenak, Qiana menikmati semua hal tersebut. Dia bahkan terus mengusel masuk, berusaha mencari titik ternyaman yang enggan untuk ditinggalkan. Sampai dia yang mulai kembali meraih kesadarannya pun terdiam. Wanita itu mencoba mengingat semuanya. Dia yang tengah mendekap guling, tetapi kenapa merasakan elusan? Dengan cepat, Qiana membuka mata dan mendongakkan kepala. Tepat saat itu, Qiana melebarkan kedua mata.‘Astaga,’ batin Qiana.“Pagi,” sapa James.Qiana yang menyadari kalau sejak tadi bukan bantal guling yang didekap pun semakin diam. Mulutnya tertutup dengan raut wajah kaku.

  • Wanita Simpanan CEO   [69] Tidur di Kamar yang Sama

    Hening. Qiana hanya diam, menatap ke arah langit kamar dengan raut wajah berpikir. Dia masih mengingat semua ucapan James padanya. Ada perasaan berbeda setiap kali dia mengingatnya. Pasalnya dia tidak pernah mempercayai pria itu sama sekali. Qiana bahkan selalu bertingkah buruk dengan James, tetapi pria itu masih begitu percaya dengannya.Apakah menjauh dan memusuhi James bukanlah hal yang benar? Qiana mulai memikirkan hal tersebut. Dia mulai merasa kalau semua perlakuannya dengan sang suami adalah salah. Pikirannya benar-benar semakin kacau sejak beberapa menit yang lalu. Qiana merasa kalau dia tidak bisa berpikir dengan benar. Hingga pintu kamar mandi terbuka, membuat Qiana mengalihkan pandangan.Deg.Qiana yang melihat James sudah keluar kamar mandi pun hanya diam. Mulutnya setengah terbuka saat melihat sang suami yang tidak mengenakan pakaian. Kali ini James hanya menggunakan celana panjang dan membiarkan bagian dadanya terbuka. Otot yang terbentuk sempurna membuat Qiana menelan s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status