Home / Rumah Tangga / Wanita Simpanan CEO / [4] Mengugurkan Anak

Share

[4] Mengugurkan Anak

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2024-07-03 10:45:34

 “Aku akan bertanggung jawab, Qiana.”

         Qiana yang sejak tadi hanya diam di mobil James pun tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Wajahnya masih tetap datar dengan pandangan tertuju lurus ke arah jalanan di depannya. Sudah tiga puluh menit mereka berada di sana, tetapi tidak juga membuka suara. Selain karena Qiana yang shock mendengar kabar yang baru saja dia terima, membuatnya tidak bisa bereaksi apa pun. Qiana malah membuang napas kasar dan membuka pintu mobil. Saat ini pikirannya sedang kalut dan tidak bisa berpikir dengan benar.

         James yang melihat pun melakukan hal yang sama. Dia keluar dan mengejar Qiana yang akan memasuki sebuah rumah dengan dua lantai. Tangannya dengan cepat meraih pergelangan tangan Qiana, membuat langkah wanita itu terhenti.

         “Lepaskan, Pak James,” ucap Qiana sembari mencoba melepaskan diri.

         “Aku akan bertanggung jawab untuk anak dalam kandungan kamu,” sahut James. Bagaimanapun itu adalah anaknya dan dia berhak untuk memberikan kehidupan yang layak.

         Sayangnya Qiana berpikir berbeda. Dia tidak mau menikah dengan pria tanpa cinta dan hanya karena dirinya hamil, “Kamu tidak perlu bertanggung jawab. Mengenai anak ini aku akan ....” Qiana menghentikan ucapan dan memasang raut wajah berpikir.

         “Apa yang akan kamu lakukan dengan anak ini? Kamu akan menggugurkannya?”

tanya James dengan cepat.

         Kali ini Qiana diam. Haruskah dia melakukan hal keji itu? Anak dalam kandungannya tidak bersalah apa pun. Dia yang bersalah karena tidak menjaga diri dengan baik. Sedangkan James yang melihat kebingungan di wajah Qiana pun kembali meraih punggung tangan dan mengelus pelan.

         “Qiana, bagaimanapun anak dalam kandunganmu adalah anakku. Aku juga berhak atasnya!”

,” ucap James mengintimidasi.

         “Tap—“

         “Siapa yang akan memiliki anak?”

         Qiana dan James yang mendengar pun langsung mengalihkan pandangan, menatap ke asal suara. Seketika, Qiana melebarkan kedua mata ketika melihat kedua orang tuanya berdiri tepat di hadapannya. Wajahnya langsung memucat saat melihat Romeo—papanya menatap tajam.

         Astaga, apa yang harus aku lakukan, batin Qiana.

***

         “Keterlaluan kamu Qiana! Kamu benar-benar sudah mencoreng nama baik keluarga kita!” bentak Romeo dengan nada menggelegar.

         Qiana yang saat ini tengah duduk di sofa pun hanya diam dengan kepala ditundukkan. Jemarinya saling bertaut, merasa takut dengan kemarahan sang papa. Pasalnya, papanya tidak pernah marah apalagi membentak dirinya. Ini adalah kali pertama dia melihat kemarahan di wajah sang papa. Tatapan papanya juga benar-benar tidak bersahabat. Padahal, pria di hadapannya selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang dan suara yang lembut.

         “Maaf, Pa.” Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Qiana. Dia tahu sejak kecil kedua orang tuanya selalu mengajarkannya tentang nilai kebaikan, tetapi sekarang dia malah melakukan kesalahan yang begitu besar hanya karena ingin membalas dendam pada Alvan dan Jessica. Tanpa diduga Romeo yang sejak tadi menatap tajam pada James langsung melayangkan satu pukulan, tepat di pipi James. Jelas pria itu limbung karena tidak siap menerima pukulan.

         “Jadi kamu pria kurang ajar yang sudah menghamili anakku? Dasar bajingan!” Romeo kembali melayangkan tangan dan memukul bagian yang lain.

         “Papa, hentikan!” teriak Qiana dengan kedua mata melebar.

         Namun, Romeo masih terus melayangkan pukulan. Qiana pun segera bangkit dan berlari. Dia menahan tangan sang papa, membuat Romeo menghentikan gerakan.

         “Pa, jangan pukul dia lagi. Dia tidak bersalah. Qiana yang ak—“

         “Papa gak mau tau, Qiana. Sekarang juga kamu dan lelaki ini harus menikah!” putus Romeo tegas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Simpanan CEO   [77] Melakukan Pemeriksaan

    “Bayi dalam kandunganmu baik-baik saja, Qiana. Dia juga sehat dan tumbuh dengan baik.”Qiana yang mendengar ucapan sang dokter pun tersenyum lebar. Dia merasa bahagia dengan kabar yang diterimanya. Harapannya supaya yang anak tumbuh di rahimnya dengan baik pun seakan terwujud. Dia yang bahagia membuat bayi dalam kandungannya bisa berkembang dengan cukup baik.“Aku akan berikan resep obat buat kamu,” ucap sang dokter kembali.Qiana hanya menganggukkan kepala. Bibirnya masih tersenyum lebar, menatap ke arah gambar janin di depannya. Sudah terbentuk kepala dan bagian tubuh yang lain. Beratnya juga sudah tampak. Terlihat di sana bayinya mulai bergerak, membuat Qiana yang begitu menantikan semakin tidak sabar. Padahal dia tahu setelah ini dia akan berpisah dengan James.Namun, Qiana seakan tidak peduli sama sekali. Dia tetap mengharapkan anaknya segera lahir. Rasanya tidak sabar untuk menggendong bocah mungil yang saat ini hanya bisa melihatnya melalui monitor USG. Hingga sang dokter membe

  • Wanita Simpanan CEO   [76] Membuat Cemburu

    Qiana mengenakan dress panjang semata kaki dan mengatur rambutnya. Dia menatap beberapa kali, takut kalau sampai ada yang salah dengan penampilannya. Make up tipis membuatnya tampak semakin menawan. Entah kenapa, Qiana merasa kalau setelah kehamilan ini, dia terasa jauh lebih cantik dari sebelumnya.Qiana mulai melangkahkan kaki setelah merasa sudah puas dengan penampilannya. Dia menuju ke arah pintu dan keluar. Kakinya menuruni satu per satu anak tangga. Sebelah tangannya memegang pembatas tangga, takut kalau dia kenapa-kenapa. Perutnya sudah lebih besar dari sebelumnya, tetapi masih bisa untuk melihat kakinya melangkah. Hingga Qiana yang sudah sampai di bawah pun segera menuju ke arah pintu depan.“Qiana, kamu mau kemana?” tanya Siska dengan tatapan lekat.Qiana pun berhenti dan menjawab, “Aku mau periksa kandungan, Ma. Hari ini memang sudah jadwalnya.”“Loh, kok gak bilang sama James,” ucap Siska.Qiana yang ditanya pun diam. Dia memang sengaja tidak mengatakan hal ini dengan James

  • Wanita Simpanan CEO   [75] Siasat Deolinda

    “Diminum dulu, Jessica.”Jessica yang mendengar hal itu pun terdiam. Dia menatap ke arah Qiana dan Emily yang ada di depannya. Ada perasaan canggung saat melihat keduanya yang sudah menolong dirinya. Padahal jelas kalau dia sudah berbuat buruk dengan Qiana. Hingga dia menelan saliva pelan dan mengambil gelas di depannya. Jessica mulai meneguk pelan, berusaha menghilangkan ketakutan dan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul.“Bagaimana kamu bisa berurusan dengan mereka, Jes? Kamu memiliki masalah atau memiliki hutang?” tanya Emily.Jessica baru saja selesai menghabiskan minuman yang ditawarkan Emily. Dia mulai meletakkan gelas di meja dan balik bertanya, “Bukannya itu orang suruhan kalian?” Sebenarnya Jessica tahu kalau tidak mungkin mereka menyuruh orang untuk menyakitinya, tetapi Jessica sudah terlanjur malu. Dia enggan mengakui kesalahannya yang sudah berbuat jahat dengan Qiana. Mendengar itu, emosi Emily pun langsung meningkat. Dengan tegas dia berkata, “Jaga omonganmu, Jessica.

  • Wanita Simpanan CEO   [74] Jalan-jalan Pagi

    Qiana membuang napas lirih. Pagi ini dia memilih berjalan-jalan di taman yang jauh dari rumahnya. Tidak lupa Qiana mengenakan masker, takut kalau ada yang mengenali dirinya. Dia takut kalau kejadian beberapa hari yang lalu membuat banyak orang mengenal dirinya. Ditambah dengan perutnya sudah sedikit lebih membesar, membuat Qiana mau tidak mau harus lebih giat dalam melakukan aktivitas. Padahal kalau dulu dia hanya akan berbaring cantik dan tidak melakukan apa pun.Qiana yang sudah berjalan beberapa putaran pun membuang napas lirih. Dia memilih untuk duduk di tanah dan menyelonjorkan kedua kaki. Manik matanya menatap sekitar. Ada beberapa ibu hamil juga yang tengah berjalan-jalan seperti dirinya. Bedanya, mereka ditemani suami. Sedangkan Qiana harus berjalan-jalan sendiri. Ada rasa iri setiap kali melihat pasangan yang begitu bahagia. Qiana juga menginginkan hal yang sama.Namun, Qiana harus cukup sadar diri. Dia tidak mungkin mendapatkan hal semacam itu. Kalau sampai dia mendapatkanny

  • Wanita Simpanan CEO   [73] Peringatan Awal

    Hening. Alvan dan James hanya diam. Keduanya duduk saling berhadapan, tetapi tidak ada yang membuka suara sama sekali. Keduanya seperti tengah asyik menikmati pikiran masing-masing. Hingga Alvan yang tidak sabar menunggu pun membuang napas lirih. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah James dan bertanya, “Kenapa kamu kesini, James?”James yang awalnya dia pun langsung mendongak. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk diam. Dia juga tidak takut dengan Alvan. Hanya saja, sejak tadi dia diam tengah memikirkan kalimat yang pas untuk melarang Alvan selain karena Qiana adalah istrinya. Dia ingin membuat Alvan takut dan menurut dengannya.“Tidak biasanya kamu datang ke rumahku,” imbuh Alvan karena tidak juga mendapat jawaban.James membuang napas lirih dan berkata, “Aku kesini karena aku melihat kamu bersama dengan Qiana beberapa hari yang lalu, Alvan.”Mendengar itu, Alvan terdiam sejenak. Dia merasa bahagia karena James yang ternyata terpancing dengan rencananya. Dia yakin, James pasti ten

  • Wanita Simpanan CEO   [72] Tamu tidak Diharapkan

    Alvan melangkah pelan, keluar dari mobil dan memasang wajah datar. Sorot matanya menunjukkan keseriusan. Tidak ada senyum yang terlintas di bibirnya. Bahkan beberapa sapaan dari karyawan tidak dibalasnya sama sekali. Hari ini mood-nya tidaklah baik, membuat Alvan tidak mau bersikap ramah dengan siapa pun.Alvan terus melangkahkan kaki, menuju ke arah lift yang akan membawa ke ruangannya. Mulutnya masih bungkam. Padahal biasanya dia masih mau menyapa para karyawan yang bersikap baik dengannya. Hingga pintu lift terbuka, membuat Alvan kembali melanjutkan langkah.Alvan segera memasuki ruangan, sesekali menatap ke arah sang sekretaris yang belum datang. Padahal sudah siang, tetapi sekretarisnya malah tidak berniat untuk bekerja sama sekali. Bahkan dia yang merupakan atasan malah jauh lebih dulu sampai di kantor. Hingga Alvan memasuki ruangan dan siap melangkah ke arah meja kerja.Namun, niatnya terhenti karena manik matanya melihat seseorang yang cukup dikenalnya. Menyadari kesabarannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status