Share

Rasa penasaran

Author: Vellichor_Ann
last update Last Updated: 2025-09-12 15:51:00

Seorang Pria berjalan memasuki bangunan yang terlihat sepi. Victor, dia terus memikirkan perempuan yang ditemuinya semalam. Tanpa memberitahu namanya dan meninggalkan rasa penasaran yang mendalam. Banyak gadis cantik di luar sana namun malam itu seorang wanita menghampirinya dengan berani.

Semalaman dia mencoba membuang pikirannya itu namun tak bisa. Tatapan mata yang membuatnya luluh, dan senyuman manis dari bibir merahnya. Dia gila dalam semalam.

Di dalam sana ada beberapa pekerja yang membereskan ruangan. Victor menghampiri salah seorang bartender yang menyusun botol di rak. "Permisi."

"Loh, ada apa, Pak? Ada yang bisa dibantu?"

"Boleh saya bertanya tentang.... Wanita yang bekerja di sini?" Tanya Victor mengecil di akhir kalimat.

Pria bertato itu tertawa pelan. Tidak aneh lagi, beberapa pria datang kemari setelah melakukan one night stand dengan wanita di sini. Bisa dibilang sudah biasa.

"Namanya siapa?"

Victor mengatupkan kedua bibirnya. Itulah masalahnya. "Saya tidak sempat berkenalan dengan dia."

"Susah, dong. Perempuan di sini banyak. Ada juga yang ga mau identitas pribadinya disebar. Jadi ciri-cirinya?"

"Tinggi sebahu saya. Rambutnya coklat bergelombang. Pakaian hitam dan nail art merah mencolok," katanya sambil berusaha mengingat-ingat.

Apa yang dideskripsikan Pria dia hadapannya mirip dengan seseorang, namun jelas dia bukan pekerja di sini. Jo, pria itu terbatuk sesaat dan menelisik Victor dari atas sampai bawah.

"Saya tau siapa yang Bapak maksud. Tapi dia gak kerja di sini, dia cuma pelanggan biasa. Teman saya."

"Bisa saya minta alamatnya atau nomornya?"

"Gak bisa. Itu privasi dia, Pak," jawab Jo.

Victor masih terlihat tenang namun entah kenapa dia mulai terlihat senang hingga sedikit sudut bibirnya terangkat. "Oke. Tapi apa malam ini dia akan datang lagi?"

"Dia kalau datang bisa satu bulan sekali atau bahkan dua bulan sekali."

"Jadi begitu, ya?"

Sepertinya malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka. Wanita itu sengaja menggodanya dan menghilang meninggalkan rasa penasaran yang besar. Harusnya Victor tidak pergi semalam dan memiliki waktu sedikit lebih lama.

Tanpa diduga ia mengeluarkan beberapa uang lembar berwarna merah dan diletakan di atas meja. "Kalau nanti bertemu dengan dia, katakan Vee mencarinya."

***

Saat ini Lyra dan Kinan tengah berada di mall untuk pergi ke salon yang ada di sana. Setelah memastikan butiknya beres sekarang saatnya memastikan Lyra tampil bersinar di acaranya. Bukan tak mungkin dia akan bertemu dengan teman bisnis kakeknya.

"Mari, kak. Silahkan duduk."

Mereka berdua duduk bersebelahan cukup berjarak. Tempat langganan Kinan yang direkomendasikan pada Lyra. Selain pegawai yang telaten hasil akhirnya juga memuaskan. Harga memang tidak bisa bohong.

"Ra, tadi Jonan ngajak kita ketemuan," kata Kinan pada Lyra yang tengah menutup mata.

"tunggu satu jam aja, kita ketemu di depan mall kayaknya ada cafe."

"oke."

Beberapa menit kemudian seorang wanita masuk ke dalam sana dengan raut wajah yang terlihat kesal. "Saya mau protes sama pegawai di sini," kesalnya.

Semua orang dia sana menoleh. Tak terkecuali Lyra dan Kinan. Wanita itu datang dengan amarah dan membuat keributan tiba-tiba. Salah satu pegawai menghampiri mencoba menenangkan.

"Ada apa, Bu?"

"Saya sudah atur jadwal hari ini dan jam ini, tapi saya harus antri lagi. Apa di sini tidak profesional? Saya mau bertemu dengan Nita, dia yang buat jadwal saya di sini."

Ternyata Nita yang dimaksud adalah pegawai yang tengah melayani Kinan. Keributan semakin terjadi saat wanita itu ingin dilayani sekarang juga tentu saja Kinan tidak setuju karena rambutnya belum selesai.

"Saya mau sekarang."

"Gak bisa dong, saya juga udah atur jadwal dan ini belum selesai," tolak Kinan tak terima.

"Saya pelanggan tetap di sini."

"Saya juga."

Melihat keributan di hadapannya Lyra segera bangkit dan mengambil tas miliknya. "Di sini aja Mbak. Sebelumnya maaf tapi teman saya ini ga salah, jadi kalau mau protes ke pihak yang bersangkutan."

"Kenapa kamu ngalah, sih? nanti lama kalau kamu ga selesai sekarang," sahut Kinan mendelik.

Wanita tadi tersenyum puas ke arah Kinan lalu menatap Lyra. "Makasih, ya. Harusnya teman kamu ini juga tau sopan santun sama yang lebih tua."

"Dasar tua, kuno," ejek Kinan pelan.

"Kamu ini kurang ajar, ya! Kamu ga tau siapa saya, kan? suami saya bukan orang sembarangan, saya bisa aja minta dia buat tutup mulut kamu itu."

"Dasar ibu-ibu. Udah ga zaman sembunyi di ketiak orang lain buat ngadu."

Kinan melihat orang itu mengambil botol air dihadapannya berniat menyiram namun segera dicegah oleh pegawai di sana. "jangan ribut di sini, Bu. kalau tidak lebih baik keluar saja."

Sementara itu Lyra tak ikut berdebat karena itu bukan tipenya. Lyra tak suka membuang waktu untuk berdebat sesuatu yang tidak penting.

****

Dilain tempat Jo terlihat menunggu kedua teman perempuannya. Memang dasarnya perempuan selalu saja lama, apalagi soal urusan salon. mereka sudah terlambat 30 menit. Dan selalu saja begitu setiap mereka bertemu.

"Mas, ini coffee-nya."

"Terimakasih." Sesaat ia melirik jam di dinding.

ting!

Bunyi lonceng menjadi ciri khas kedatangan seseorang yang datang. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Dua wanita cantik berjalan masuk dengan wangi semerbak yang langsung Jo kenali.

"Lama banget, ga bisa on time?" deliknya.

"Ada masalah dulu tadi," sahut Kinan merebut coffee milik Joo begitu saja. "ah... haus."

"Malam nanti acaranya jadi, Ra?" atanya Jo melirik Lyra yang focus dengan ponselnya.

"Jadi, dong. Ini aja Kakek udah nanyain terus. Kamu harus ikut, awas aja kalau engga."

"Jadi gandengan Lo?"

"Iya."

Lyra, Wanita ini terlihat begitu manis. Terkadang dia bersikap kekanak-kanakan, namun juga bisa menjadi dewasa. Tidak heran banyak pria tergila-gila padanya, apalagi mantannya saja tidak ingin melepaskan.

"Kalau bukan temen gue, udah gue sikat Lo," kata Jo terkekeh pelan sambil mengurai rambutnya ke belakang.

Lyra menimpali, "Mau? Emangnya kamu mau sama aku?" Matanya menatap lekat pria di hadapannya.

mata itu.....

"Liatnya biasa aja, dong. Gue khilaf gimana? Kalau baper mau tanggung jawab?"

"eh, eh, kalau mau jadi cowok dia harus kuat," timpal Kinan tertawa kecil.

"kuat di ranjang?"

"kuat dompetnya! dasar otak mesum."

"Yaudah sama Lo aja gimana?" Pria itu menarik turunkan alisnya menggoda.

Kinan melotot. "Jangan gitu, deh. Keliatan banget ga lakunya."

"Sialan Lo!"

Lyra yang menatap ponselnya seketika wajahnya berubah. Ia terlihat kesal dan sebegera memasukan ponselnya itu ke dalam tas. Hal tersebut ternyata disadari oleh Kinan.

"Kenapa, Ra?"

"Harry," balasnya yang dapat dimengerti kedua temannya.

Mereka tau bagaimana awal hubungan Lyra dengan mantannya dan bagaimana mereka berakhir. Sangat disayangkan namun pria itu memang sudah menyakiti Lyra. Menyia-nyiakan kepercayaannya.

"Kamu perlu kita ngomong sama dia buat jangan ganggu kamu?"

"Ga perlu, biar ini jadi urusan aku aja."

Seketika Jo teringat kejadian pagi tadi. "Ada yang nyariin Lo, Ra. Cuma gue lupa namanya."

"Siapa?"

"Cowok yang Lo cium semalam," jawabnya santai kemudian menyeruput kopi.

Mendengar hal itu Kinan langsung heboh. "Tuh kan, pasti ada sesuatu semalam. Lo bilang Bapak-bapak kan, Jo? Yang perutnya buncit sama ada kumis tebel gitu?"

"Itu Bapak Lo kali. Selera Lyra itu sugar Daddy. Tapi menurut gue sih umur segitu ga mungkin single."

Lyra masih mencoba mengingat-ingat. Apakah benar dia mencium seseorang semalam?

"Lo ga inget? Itu cowok udah baper sama Lo, ati-ati aja."

"Ah, berisik! Orang gue ga inget apa-apa."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Simpanan Itu Ternyata Aku   Satu marga atau kebetulan?

    "Kamu ngapain di sini?" tanya Lyra ketus. "Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu menghindar?" Harry hendak memeluk namun Lyra langsung menepis tangan kekar itu. "Harry, stop! Aku udah punya cowok baru jadi berhenti ganggu aku!" "Siapa? Mana orangnya? Biar aku rebut kamu dari dia." Lyra memejamkan matanya menahan kesal. "Dia udah pergi. Dia yang antar aku ke sini." "Namanya?" "Bisa gak usah kepo?" Wanita itu berjalan begitu saja masuk ke dalam butik. Harry berdecak dan mengikutinya dari belakang. Keningnya berkerut melihat Lyra yang berjalan tertatih-tatih. Apakah wanita ini sudah bermain ranjang dengan kekasih barunya? Namun pikirannya langsung teralih melihat pergelangan kaki yang terlilit perban. "Kaki kamu kenapa?" tanya Harry mensejajarkan langkah. "Gara-gara pacar baru kamu itu? Baru pacaran aja udah KDRT," lanjutnya menggebu-gebu. "Apa, sih? Ga usah bawa orang lain, kamu aja dulu selingkuh." "Aku ga selingkuh." "Tidur sama perempuan lain itu bukan selingkuh?" Lyra mempe

  • Wanita Simpanan Itu Ternyata Aku   Pesona mantan

    "Lyra Calista!" Kinan mengeluarkan kepalanya di jendela mobil dengan teriakan khasnya yang melengking. Setelah mendapat telepon dari temannya itu dia langsung bergegas kemari. Bahkan melewatkan waktu kerjanya untuk sekedar singgah sebentar. Urusan berita memang Kinan harus jadi nomor satu. Untungnya dia bekerja di perusahaan Kakeknya Lyra sendiri. "Eh, mbak Kinan. Selamat pagi." "Pak, Lyra ada di dalam?" tanya Kinan pada satpam rumah yang keluar dari pos. "Di dalam cuma ada Pak Domini. Mbak Lyra baru aja keluar." Dia pergi? Gadis itu menggerutu dalam hati. Memang temanya ini hanya ingin membuatnya penasaran saja. "Kebiasaan banget bikin orang kesel." Kinan berniat untuk langsung pergi, namun belum sempat menaikan kaca jendela dia mendengar bunyi klakson dari belakang. Bisa dilihat sebuah mobil datang ke arahnya. Mobil itu berhenti tepat di sebelahnya, terparkir dengan sempurna. Pintu mobil terbuka, seorang pria turun dari sana dengan pakaian rapihnya. Pria itu tersenyum menat

  • Wanita Simpanan Itu Ternyata Aku   Sugar Daddy

    Tepat malam ini adalah hari yang penting bagi Lyra. Di dalam sebuah bangunan yang telah ditata dengan megah. Beberapa tamu undangan mulai berdatangan. Lyra berdiri berdampingan dengan sang Kakek, Domini. Kemana orang tuanya? "Cantik sekali cucuku ini," ucap Domini merangkul Lyra dari samping. "Dari dulu juga cantik, kan?" sahut Lyra terkekeh pelan. Acara itu juga dihadiri oleh Kinan dan Jo. Kedua teman baik Lyra yang tak bisa dipisahkan. Awalnya Jo menolak datang ke acara seperti ini karena dia tak suka sesuatu yang formal. Hanya ada manusia dengan wajah datar dan kesombongannya. "Aku mau Ketemu Kinan dulu, ya," ucapnya meminta izin. "Jangan lama-lama. Acaranya akan segera dimulai." Wanita itu mengangguk kecil dan segera menghampiri temannya. Malam ini Lyra mengenakan dress berwarna merah yang menjuntai sebetas mata kaki. Belahan di sisi kanan menunjukan kaki jenjangnya yang mulus. Menarik perhatian beberapa pria dan mengagumi cucu satu-satunya dari Domini Caisar. "Se

  • Wanita Simpanan Itu Ternyata Aku   Rasa penasaran

    Seorang Pria berjalan memasuki bangunan yang terlihat sepi. Victor, dia terus memikirkan perempuan yang ditemuinya semalam. Tanpa memberitahu namanya dan meninggalkan rasa penasaran yang mendalam. Banyak gadis cantik di luar sana namun malam itu seorang wanita menghampirinya dengan berani. Semalaman dia mencoba membuang pikirannya itu namun tak bisa. Tatapan mata yang membuatnya luluh, dan senyuman manis dari bibir merahnya. Dia gila dalam semalam. Di dalam sana ada beberapa pekerja yang membereskan ruangan. Victor menghampiri salah seorang bartender yang menyusun botol di rak. "Permisi." "Loh, ada apa, Pak? Ada yang bisa dibantu?" "Boleh saya bertanya tentang.... Wanita yang bekerja di sini?" Tanya Victor mengecil di akhir kalimat. Pria bertato itu tertawa pelan. Tidak aneh lagi, beberapa pria datang kemari setelah melakukan one night stand dengan wanita di sini. Bisa dibilang sudah biasa. "Namanya siapa?" Victor mengatupkan kedua bibirnya. Itulah masalahnya. "Saya tid

  • Wanita Simpanan Itu Ternyata Aku   Pertemuan yang panas

    Lampu neon berkelip dengan warna merah dan biru, berpadu dengan dentuman musik yang membuat dinding klub malam itu bergetar. Aroma parfum mahal bercampur dengan alkohol menyebar di udara, membuat kesan yang memabukkan. Di tengah keramaian, seorang wanita menarik perhatian hampir semua pasang mata. Lyra, cantik, seksi, dan berkarisma. Gaun hitam membalut tubuhnya dengan pas, menonjolkan lekuk yang membuat banyak pria terdiam hanya untuk menatap. Bibirnya merah berani. "Mana Harry?" tanya seorang bartender di sebrang sana dengan sedikit berteriak. Wanita itu menoleh dan menekuk bibirnya. "Jangan bahas dia lagi." "Loh, kenapa?" Ia menyandarkan tubuhnya pada meja bar, jemari lentiknya memutar gelas cocktail berwarna merah. Dulu setiap datang ke tempat ini Lyra selalu datang dengan mantannya. Pria itu tak mengijinkan kekasihnya untuk datang sendiri ke tempat seperti ini. "Ck, udah basi." Dari arah pintu masuk, datang sosok pria matang dengan aura berbeda. Memiliki aura yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status