"Galang, Pak Andre mengundangmu dalam acara ulang tahunnya besok sore!" ujar Satria melalui telepon.Pak Andre adalah orang yang paling aku segani. Dulu, sebelum ini aku bekerja di perusahaannya. Dari dia aku belajar banyak hal tentang seluk beluk sebuah perusahaan. Sampai suatu ketika aku memilih untuk membuat perusahaanku sendiri.Dia adalah orang yang pertama kali percaya padaku bahwa aku bisa sukses dengan perusahaan yang kubuat. Tak tanggung-tanggung dia menjadi penanam modal pertamaku.Kini perusahaanku dan perusahaannya sering bekerja sama, sering juga kami bersaing untuk mendapatkan tender."Kau memberitahukan padanya bahwa aku sudah bebas?!" ketusku."Ya, kemarin saat akan kerumahmu dia bertanya kabarmu. Kukatakan saja kau sudah bebas.""Kau ini, padahal aku belum ingin bertemu orang-orang tahu!" ucapku kesal karena ulahnya yang seenaknya itu."Ya ... maaf deh. Aku kan gak sengaja! Terus bagaimana, kau bisa hadirkan besok?"Rasanya aku belum siap untuk datang ke acara publik
________17 AprilAku kuat, aku bisa, aku hebat!!!!Hari ini Ibu dan Mba Wulan memasak banyak makanan yang enak. Mereka memasak berdua dengan penuh bahagia. Jujur aku sangat iri melihat kedekatan mereka. Tak pernah sekali pun Ibu memperlakukan aku seperti ia bersikap pada Mba Wulan.Padahal segala macam cara telah aku lakukan untuk merebut hatinya. Bahkan aku rela selama dua tahun menahan diri dengan sikap kerasnya. Tapi ia tak pernah sekalipun menganggapku.Saat waktu makan tiba, Ibu tak mengizinkan aku sama sekali untuk menyentuh apa yang telah ia masak. Tapi tak apa, toh aku masih bisa masak telur dadar. Aku pun tak sudi memakan masakan mereka. Jangan-jangan nanti aku di racun lagi.Ah ... senangnya melihat Alesha makan lahap walau hanya dengan telur. Semoga kita berdua selalu sehat ya, Nak. Sehingga bisa selalu kuat untuk menghadapi semua tekanan di rumah ini. _______****Untuk pertama kalinya lagi aku akan bertemu banyak orang. Sebenarnya cukup gugup untuk mendatangi pesta ma
Wulan nampaknya masih belum menyadari kehadiranku di pesta ini. Kukihat ia kini tengah menikmati menjadi ratu pesta. Senyuman manis tak pernah sedetik pun hilang dari wajahnya."Pucuk dicinta ulam pun tiba, Lang! Tak perlu mencari ke ujung dunia. Wulan malah datang sendiri pada kita disini!" ujar Satria, sembari mengikutiku memperhatikan Wulan yang kini tengah beramah tamah dengan para tamu undangan lain bersama Pak Andre."Apa perlu kita tangkap dia sekarang, supaya bisa segera menjalankan misi balas dendammu, Lang?" tanya Satria lagi, nampak begitu bersemangat karena mendapati Wulan ada di satu ruangan dengannya."Jangan gegabah, kita butuh sebuah strategi Sat. Kau lupa siapa Wulan kini?" sergahku seketika.Ya, di satu sisi keberadaan Wulan disini adalah sebuah kabar gembira memang, ternyata dia dekat denganku juga keberadaannya mudah kulacak kini. Tapi disisi lain, ini juga berita buruk bagiku, karena Wulan kini berstatus istri Pak Andre.
Tak sengaja aku melihat Wulan yang tengah bersama Kaira, nampak sedang beradu omong disalah satu pojokan di luar ruang pesta ini. Bukannya tadi kudengar dia mau menemani Kaira yang tengah bosan? Jadi begini caranya membunuh kebosanannya? Bertengkar? Pantas saja, dimana pun dia berada, wanita iblis itu akan selalu membuat masalah.Pelan-pelan aku mendekati mereka. Ingin mencuri dengar apa yang sedang mereka ributkan."Kau tak usah sok munafik jadi wanita baik-baik dihadapanku, ya! Sampai kapan pun aku tak sudi kau menikah dengan ayahku!" ucap Kaira kasar."Aku tak munafik, aku hanya menjalankan peranku sebagai ibu sambungmu," elak Wulan dengan tegas."Cuih ..., aku gak mau punya ibu sambung sepertimu! Kau hanya wanita licik yang hanya mengharap harta ayahku!""Tak apa kau tak terima, tapi toh yang pasti aku sudah resmi menjadi istri dari ayahmu. Posisiku lebih tinggi darimu!""Terserah, aku tak akan pernah sudi mengangga
"Galang, direktur Dyna Corp ingin membatalkan kontrak dengan kita begitu saja!" lapor Satria lewat telepon. "Ya, kau handle lah, Sat! Aku membayarmu mahal untuk mengurusi ini, kan?" Aku memang sudah tak lagi mengurusi hal teknis di perusahaan. Semua sudah kuserahkan pada Satria. Urusanku hanyalah memastikan bahwa semua berjalan baik tanpa ada kendala."Tapi, dia hanya ingin negosiasi ulang denganmu, Lang!" desak Satria, terdengar putus asa.Ya, proyek dengan Dyna Corp ini begitu besar. Karena jika berjalan sesuai rencana maka beberapa bulan ke depan kami akan membuat sebuah small city di salah satu kota. Rencannya nanti kami akan membuat konsep hunian yang terintegrasi dengan sekolah, pusat perbelanjaan, pusat kesehatan dan perkantoran. Proyek ini cukup penting bagi perusahaan kami yang masih merintis. Maka sangat disayangkan jika Dyna Corp membatalkan kontrak secara sepihak begitu saja."Lah, apa urusannya denganku memang? Ak
Kami pun masuk ke dalam ruang rapat. Aku memilih duduk tepat di hadapan Rendi yang kini tengah memperhatikanku sambil duduk melipat kedua tangannya di dada."Baiklah Pak Rendi, sesuai permintaan anda, Pak Galang kini sudah hadir di tengah-tengah kita. Bagaimana kalau kita mulai saja pembicaraan mengenai kontrak kerja sama kita?" ujar Satria, memimpin meeting.Meeting pun akhirnya berjalan alot. Mereka ternyata merasa biaya yang kami bebankan terlalu tinggi. Padahal semua sudah dijelaskan di proposal awal. Rasanya aku benar-benar ingin membatalkan proyek ini seluruhnya. Terlihat jelas sekali tidak profesionalnya Dyna Corp, karena meminta perubahan setelah menandatangani kontrak kerjasama. Terutama karena melihat Rendi, dia datang ke sini pun hanya ongkang-ongkang kaki. Yang berbicara dan bernegosiasi adalah anak buahnya sendiri.Setelah meeting selesai dan kesepakatan baru tercapai. Rendi mengajak kita semua untuk makan siang bersama."B
Kini aku berjalan sendiri di tengah keramaian mall, menikmati setiap detik kesendirianku bersama lalu lalang orang-orang. Setelah kejadian kemarin di pesta Pak Andre dan di kantor, membuatku sadar aku kini takut untuk bertemu orang.Maka dari itu kini aku berada di sini. Mencoba berdamai dengan diri. Membiasakan untuk bertemu dengan orang-orang lagi. Aku tak tahu apa ini efektif atau tidak. Yang pasti kini aku mulai merasa terbiasa. Tanpa sengaja aku melihat sepasang suami istri yang tengah bergandengan tangan dengan mesra, memasuki salah satu toko pakaian wanita. Melihat mereka membuatku kembali mengingat Alika. Dulu sebelum Wulan datang, cukup sering aku mengajaknya untuk jalan-jalan ke mall. Membiarkannya berbelanja, menghabiskan seluruh isi dompetku.Tapi tidak, Alika tidak pernah melakukannya. Dia hanya membeli seperlunya untuk dirinya sendiri, lalu sibuk mencari untuk yang lainnya seisi rumah. Aku, Alesha, dan Ibu tentunya.Berbeda dengan A
Wulan pun mengatupkan tangan pada mulutnya. Mungkin ia mengingatnya, merasa bersalah, atau tak mengira aku melakukan itu padanya karena balas dendam pada Alika."Sudah ingat?""A-aku tak sengaja melakukannya waktu itu!"elaknya."Kalau begitu yang ini pun kau tak sengaja?"Kuambil kopi dingin yang kupesan, lalu menumpahkannya ke baju Wulan begitu saja. Wulan melongo tak dapat berkata-kata.Tak cukup sampai disitu, kutumpahkan lagi eskrim yang juga sengaja kupesan tadi kembali ke baju Wulan sehingga membuatnya nampak semakin kotor."Kau tak ingin Alika terlihat cantik kan? Tapi sayang, Alika tetap cantik walau banyak noda."Wulan masih saja melongo, lalu nampak risih dengan semua tumpahan yang mengenainya."Ini belum seberapa Wulan, dari semua yang kau lakukan pada Alika!"Kini Wulan menatapku dengan penuh emosi. Matanya menyiratkan kemarahan yang amat sangat. Tentu saja, karena ia kini tak lagi tamp