Share

3

Author: Shinta wira
last update Last Updated: 2022-06-24 10:54:23

"Wulan ..., Ibu ...!" teriakku sesaat setelah sampai di rumah.

Tadi setelah menanda tangani semua berkas keperluan penyidikan, aku diminta untuk menunggu hasil autopsi Alika di rumah saja. Karena prosesnya pun bisa memakan waktu kurang lebih 3 x 24 jam katanya.

Sementara itu orang tua Alika memilih untuk tinggal di hotel dibanding tinggal di rumahku. Mereka masih saja mengira akulah yang melakukan KDRT pada Alika, walau sudah kukatakan berulang kali bahwa aku sama sekali tak pernah melakukannya.

Justru aku mencurigai Ibu dan juga Wulan yang telah menyakiti Alika. Maka bergegas aku pulang ke rumah untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang selama ini dilakukan mereka terhadap Alika.

"Galang, apa benar Alika bunuh diri?" tanya Ibu langsung mendekatiku. Kutatap wajahnya yang begitu antusias.

Aneh. Dia menanyakan tentang kematian menantunya sendiri dengan wajah yang berseri-seri. Seolah itu adalah hal yang menggembirakan.

"Galang, bagaimana kabar Alika?" Kini Wulan bertanya dengan wajah sendu yang dibuat-buat. Kentara sekali kalau semua hanya drama.

"Apa yang telah kalian perbuat pada Alika?" bentakku keras. Ibu dan Wulan seketika tersentak kaget melihat sikapku, karena selama ini tak pernah sekali pun aku berkata keras atau pun kasar pada mereka.

"Kami tak melakukan apa pun Galang, dia memilih bunuh diri sendiri. Kenapa kamu malah marah pada Ibu dan Wulan?" ucap Ibu dengan wajah polos, membela diri.

"Ya, benar kata Ibu! Tadi siang Alika tiba-tiba saja pergi dari rumah meninggalkan anaknya. Kupikir dia mau ke mana, tak tahunya malah bunuh diri. Memang tak kuat iman saja dia!" ucap Wulan membenarkan perkataan Ibu.

"Diam kalian! Tidakkah kalian merasa bersalah pada Alika? Pasti Alika bunuh diri karena ada penyebabnya! Kalian 'kan yang  menyakitinya hingga Alika nekat bunuh diri?"

Plak.

Tiba-tiba saja Ibu menampar wajahku keras. Rasa terbakar seketika menjalar di pipi ini. Sama dengan yang kurasakan saat kecil dulu, saat dia menampar atau memukulku.

Kutatap mata Ibu nyalang. Sakit hati ini membayangkan Ibu melakukan semua kekerasan pada Alika. Jika dia melakukannya padaku aku masih terima. Tapi jika pada Alika aku tak akan diam saja. Seharusnya dari dulu aku bertindak pada mereka memang. Namun, sayangnya kini semua sudah sia-sia. Alika telah tiada.

"Kamu jangan asal bicara, Galang! Berani-beraninya kamu menuduhku seperti itu!" ucap Ibu geram, matanya menunjukkan kemarahan yang amat sangat.

Semuanya mengingatkanku lagi akan masa kecil dulu. Setiap kali aku melakukan kesalahan, ibu sekonyong-konyong akan menampar atau memukulku dengan tatapan penuh emosi seperti itu.

"Jenazah Alika kini sedang di autopsi. Polisi curiga bahwa ada kekerasan yang dialaminya sebelum ia bunuh diri! Aku tahu kalianlah yang telah melakukannya!" tuduhku, sambil menatap mereka bergantian.

Wulan seketika menutup mulutnya. Raut tak percaya tergambar jelas di wajahnya. Mungkin ia tak mengira bahwa yang dilakukannya akan ketahuan. Sedang Ibu, tak bergeming, tapi aku tahu dari sorot matanya ia pun sama kagetnya dengan Wulan akan berita yang baru saja kukatakan.

"Kalian tidak bisa mengelak lagi! Katakan padaku apa yang sudah kalian lakukan pada Alika sebenarnya!" bentakku lagi.

"Apa yang kamu katakan, Galang? Kamu pasti bercanda 'kan? Tentu saja kami tak melakukan apa pun! Bagaimana mungkin kami bisa menyakiti Alika?" kata Ibu, tiba-tiba menjadi lembut dan seakan-akan polos tak bersalah.

Padahal kelakuannya itu semakin membuatku yakin bahwa ia memang melakukan kekerasan pada Alika.

"Mas Galang ..., yuk kita makan saja dulu, istirahatlah pasti kamu capek kan seharian ini." Wulan tiba-tiba menggandeng tanganku dengan manja. Sambil memasang senyuman manis yang kini malah terasa pahit. Menarik lenganku untuk ikut dengannya.

"Tak usah sok manis padaku!" Aku mengenyahkan tautan tangannya di lenganku dengan kasar. Wulan tampak kaget akan responsku itu.

"Bagaimana aku bisa makan dan beristirahat sementara istriku baru saja meregang nyawa tepat di depanku?" bentakku padanya.

"Istrimu, istrimu, aku juga istrimu, Galang! Bukan hanya wanita tak berguna itu yang jadi istrimu! Lagi pula dia juga sudah mati, 'kan? Sekarang akulah satu-satunya istrimu!" Kini Wulan yang balas meneriakiku. Seakan tak terima akan apa yang baru saja kukatakan.

Baru begini saja dia sudah marah besar. Sedang sering kali kudengar Wulan memperlakukan Alika dengan kasar.

"Hei, baru kuteriaki begitu saja kamu sudah marah! Tak ingatkah kamu selalu membentak dan meneriaki Alika setiap saat?"

"Aku menyesal telah menuruti kata Ibu untuk  menikah denganmu. Kamu juga terus saja menghasutku untuk mengabaikan Alika! Kamulah penyebab Alika sampai nekat bunuh diri, Wulan!"

"Hei, jangan timpakan kesalahanmu padaku, ya! Aku tak pernah memintamu untuk abai padanya! Salah siapa kamu tak bisa menjadi suami yang adil?" timpal Wulan lagi, dengan tatapan sinisnya, semakin membuatku geram saja.

"Ya, memang aku bukanlah suami yang adil seperti perkataanmu. Aku tak pantas menjadi seorang suami. Maka mulai saat ini aku melepasmu, Wulan! Kuceraikan kamu saat ini juga!"

"Galang, Galang, kamu pasti bercanda kan? A-aku minta maaf telah membentakmu tadi. A-aku tak bermaksud apa-apa. Jangan ceraikan aku Galang, aku mencintaimu!"  Wulan tergagap merengek di hadapanku. Seketika panik. Namun, aku tak akan pernah menarik ucapanku lagi. Dalam hatiku yang terdalam tak pernah benar-benar ada rasa padanya seperti yang kurasakan pada Alika. Aku pun sama sekali tak bisa memaafkannya jika ia terbukti melakukan kekerasan pada Alika.

"Pergilah dari rumahku, sekarang juga! Sebelum aku membalas semua yang telah kamu lakukan pada Alika," usirku kini.

"Ada apa ini?" tiba-tiba Rendi, adik Wulan datang. Ia memerhatikan apa yang tengah terjadi pada kami.

Kebetulan sekali, sudah lama memang aku juga ingin Rendi pergi dari rumah ini, karena dia hanya menjadi parasit saja di sini. Rendi hanyalah seorang pengangguran yang hanya merepotkan saja kerjanya. Selalu minta uang, dan minta uang lagi, tanpa tahu seberapa keras usahaku untuk mendapatkannya.

"Aku telah menceraikan kakakmu, Rendi! Jadi ..., mulai saat ini, tak ada lagi hubunganku dengan kalian. Maka segeralah kalian angkat kaki dari rumah ini!" ucapku, sembari menunjuk ke arah pintu, menatap kakak beradik itu bergantian.

"Galang, kamu tak bisa seenaknya begitu saja pada Wulan dan Rendi. Kamu menikahinya baik-baik. Masa kamu menceraikannya begitu saja?" kini Ibu mulai bersuara membela menantu kesayangannya itu.

"Apa Ibu juga ingin bernasib sama dengan mereka? Karena aku tak akan segan melakukannya. Semua yang telah menyakiti Alika akan mendapatkan balasannya!" Ancamku pada Ibu. Menatapnya tajam.

Ia pun lalu terdiam dan perlahan mundur, tampak ketakutan.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
koq baru sekarang kau tegas,njing. menunggu istri mu meregang myawa. cinta apa yg kau punya binatang. binatang aja g mau menyakiti pasangannya
goodnovel comment avatar
Acil Mey
Walau penyesalan itu datangnya terlambat, tapi setidaknya kau bisa membalaskan sedikit sakit hati alisa Galang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   52

    Dendi seorang pemuda berusia kisaran 28 tahunan baru saja terbangun dari tidurnya. Bunyi notifikasi dari ponsel tiada henti mengganggu tidur lelapnya. Sambil mengumpulkan nyawa, Dendi mencoba mencari tahu siapa gerangan yang terus saja menghubunginya itu.[Den, kau sudah lihat berita? Klienmu, Pak Galang ditemukan mati terjatuh dari lantai 4 kantornya bersama dengan temannya sendiri!]Dendi, mencoba membaca pesan dari salah satu temannya itu, berulang kali. Mencoba mencerna semua isinya. Berharap yang ia baca salah. Namun berulang kali Dendi membaca, isinya tetap sama tak berubah.Dendi sangat tak percaya akan berita yang baru saja diterimanya itu. Pasalnya kurang dari seminggu lalu Galang datang menemuinya.Dengan wajah murung, dan putus asa, hampir tengah malam Galang memaksa Dendi agar mau meluangkan waktu untuknya, kala itu. Dendi sempat menolak. Ia tak mau bekerja di luar jam kerjanya. Ia tak pernah mau pekerjaan mengganggu jam istirahatnya.Tapi Galang memaksa, ia berjanji akan

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   51

    "Pak Galang, saya sudah menemukan beberapa bukti yang menguatkan penggelapan dana yang telah dilakukan oleh Pak Satria!" lapor Vera bersemangat, sesaat setelah aku kembali dari hotel.Tak bisa fokus, aku tak langsung menanggapi ucapannya."Apa sebaiknya kita bicarakan terkait ini semua nanti saja, Pak?" tanya Vera ragu-ragu. Mungkin ia menangkap perubahan mood-ku yang sangat berbeda setelah kembali dari hotel."No, no, kita selesaikan semua ini sekarang juga. Aku minta kau salin semua bukti yang kau dapatkan. Berikan salinannya padaku dan kuminta kau segera buat laporan terkait Satria ke polisi, Ve! Aku percayakan kasus ini padamu!" titahku, seraya menatap Vera penuh keyakinan bahwa dia akan menyelesaikan semua dengan baik."Sa-saya yang buat laporan, Pak? Bagaimana jika orang lain saja, jujur saya takut menghadapi Pak Satria nantinya, Pak ...." Nampaknya Vera tak percaya diri untuk meneruskannya, sayangnya ia tak punya pilihan, hanya dia yang bisa melakukannya. Maka tak ada pilihan l

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   50

    Mendapati Alika yang melawan, Wulan tak tinggal diam. Ia mendatangi Alika kembali dengan nafas yang terengah-engah lalu sekonyong-konyong menjabak rambut Alika keras hingga Alika tersungkur terjatuh."Jangan pikir kau bisa melawanku, Alika. Tak akan pernah bisa!" murka Wulan. Sembari mengeraskan cengkeramannya pada rambut Alika. Alika memekik kesakitan. Ia tak tahan lagi terus diperlakukan kasar. Seketika ia mengambil alat pel lantai yang tergeletak begitu saja lalu memukulnya ke badan Wulan dengan keras.Wulan meringis kesakitan. Tak percaya Alika melawan. Langsung saja Wulan merebut alat pel di tangan Alika, lalu menghujani Alika dengan pukulan bertubi-tubi. Alika tak dapat berbuat banyak. Ia hanya meringkuk kesakitan sembari melindungi janin di dalam perutnya.Saat Wulan sedang melancarkan aksinya, tiba-tiba saja terdengar tangisan Alesha yang kencang. Alesha ketakutan melihat ibunya dipukuli, dan juga menjerit kesakitan.Ibu segera menghampiri Alesha, dan menggendongnya. Tapi bu

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   49

    Author's POV2 tahun yang lalu.17 Desember 2018Seperti biasa, hari itu Alika tengah mengerjakan pekerjaan rumahnya seorang diri saat belum ada seorang pun penghuni rumah yang bangun dari tidurnya. Menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, semua Alika kerjakan tanpa sedikit pun ada bantuan dari Wulan--madunya sendiri--atau pun Ibu mertuanya. Tiba-tiba, Rendi, adik dari madunya datang begitu saja dan mendorong Alika yang sedang mencuci piring di wastafel. Sekonyong-konyong lelaki yang seumuran dengan Alika itu memuntahkan seisi perutnya.Alika kesal bukan main melihat ulah lelaki pengangguran itu, yang bisanya hanya merepotkan di rumah ini. Setiap harinya selalu pulang pagi dan dalam keadaan mabuk seperti sekarang ini. Tak pernah ada kegiatan berarti yang ia lakukan. Kesalnya lagi, kakaknya, Wulan selalu saja menuruti adiknya yang hanya bisa minta uang padanya saja. Apalagi uang yang diberikan oleh kakaknya itu adalah uang dari Galang suami Alika yang juga suami Wulan."Kau in

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   48

    Malam kini sudah semakin gelap. Suasana di bangunan gedung mangkrak ini semakin mencekam. Kudengar dari dalam gedung ada ketegangan yang teramat sangat. Nampaknya Rendi dan juga lelaki asing itu mempertahankan diri dengan cukup keras."Bajingan Rendi ...!" murka Pak Andre saat mendengar pengakuan Kaira barusan. "Awas saja akan aku habisi dia setelah ini!" pekiknya lagi, nampak sangat marah. Tangannya mengepal kuat, menahan amarah yang sudah di ubun-ubun.Bagaimana tidak, Rendi telah dengan sengaja menodai Kaira anak gadisnya. Aku saja yang bukan siapa-siapa Kaira ikut geram dibuatnya. Memang Kaira salah telah menyebarkan video itu. Tapi tak seharusnya Rendi melakukan hal sejauh ini.Sementara itu, Kulihat Kaira menangis tersedu memeluk sang Ayah. Dapat kurasakan kesedihannya, ia pasti sangat shock dan juga terpukul atas semua yang menimpa dirinya."Mari, Pak, kita harus segera pergi. Di sini terlalu berbahaya!" ajak para polisi wanita itu seiring terdengar lagi suara tembakan dari dala

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   47

    "Aku siapa? Haha ... Sebaiknya kau tak usah tahu. Tapi yang pasti aku tahu siapa dirimu, Galang Ginanjar!" jawab lelaki itu angkuh. Lelaki itu kini mulai melangkah maju, mengitariku, entah untuk apa."Kau 'kan yang telah memperlakukan Wulan seenaknya, menceraikan dia lalu membuatnya terlantar? Kau juga yang membuat ia akhirnya bunuh diri seperti yang dilakukan istri pertamamu!" ucap lelaki yang entah siapa itu, dengan angkuhnya."Kau siapa? Apa hubungannya dirimu dengan semua ini?" tanyaku, kesal akan tingkah angkuhnya."Aku memang bukan siap-siapa, tapi aku pernah berjanji akan melindungi Wulan. Maka sekarang saatnyalah aku melakukannya, agar Wulan tenang di alam sana." jawabnya. Dengan tetap mengitariku. Membuatku merasa risih."Lantas, apa yang mau kalian perbuat padaku sekarang?" tanyaku lagiKemudian mereka pun saling memberikan kode yang entah apa artinya dengan matanya. Sampai tiba-tiba, lelaki itu memegangi tanganku dari belakang mengunci gerakanku.Lalu Rendi mengeluarkan ta

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   46

    Terbangun saat aku merasakan haus yang teramat sangat di tenggorokan ini. Perlahan kubuka mata, merasa aneh berada di tempat yang nampak asing ini. Aku berada di mana? Kenapa aku bisa berada di tempat yang .... Tiba-tiba indra perasaku mulai aktif kini. Kepalaku berdenyut hebat dan terasa amat sakit. Saat kuangkat tangan, untuk memegangi kepala yang rasanya akan copot itu, kulihat ditanganku menempel sebuah selang dan jarum infus.Aku di rumah sakitkah? Apa yang sebenarnya telah terjadi padaku?Dengan keras kucoba mengingat semua yang terjadi hari ini. Aku datang ke pemakaman Wulan, kembali bekerja, menemukan hal mencurigakan di perusahaan, lalu .... Kaira. Ya, aku kemarin mencari Kaira dan tak menemukannya. Yang ada malahan aku diserang oleh lelaki bertopeng dengan sebilah kayu. Nampaknya aku pingsan setelahnya. Lalu, siapa yang membawaku ke rumah sakit ini?"Galang, kau sudah siuman?" Satria datang menghampiri. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran."Kau, ini ceroboh sekali, mau jadi

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   45

    Dibalik cermin aku mengobati lukaku sendiri dengan sebongkah es batu dan betadine. Ternyata pukulan Rendi keras sekali hingga meninggalkan legam yang membiru di wajah ini.Sebenarnya saat Rendi memukuli tadi, aku seperti melihat diri sendiri yang sedang marah saat mengetahui bahwa Alika mengalami KDRT oleh Wulan dan Ibu. Rasanya ingin bisa melakukan seperti yang Rendi lakukan barusan kepadaku. Namun sayang aku tak bisa memukuli wanita. Maka waktu itu aku menahannya.Kembali aku merenungi semua yang telah terjadi. Ibu dan Wulan telah memilih jalan yang sama dengan Alika. Satu persatu akhirnya mereka telah merasakan apa yang dirasakan Alika sebelumnya. Walau akhir hidup mereka yang mengenaskan itu semua tidak masuk dengan rencanaku sama sekali.Tinggal Rendi yang belum mendapat balasan apapun dariku. Aku harus melakukan sesuatu untuk membongkar semua perbuatannya dan membuatnya menyesali perbuatannya. Tapi kini Rendi juga menuduhku menjadi penyebab kematian kakaknya. Skor kami 1-1 kini.

  • Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku   44

    Selepas dari rumah Pak Andre tadi, aku langsung kembali ke kantor. Tak mau berlama-lama berada pada suasana canggung di rumah itu karena Pak Andre yang mungkin merasa terluka atau tersinggung akan perilaku Wulan padanya.Kaira memintaku untuk tinggal lebih lama lagi. Katanya untuk sekedar menemani merayakan hari yang menyenangkan karena telah berhasil mengusir Wulan dari rumah.Tapi aku menolaknya. Lebih baik aku bekerja lebih keras lagi dan mengembangkan perusahaan dari pada melakukan hal yang tak berguna seperti itu. Juga lebih baik aku mencari cara lain untuk membalas perbuatan Wulan dan Rendi pada Alika yang masih belum tuntas kutunaikan."Galang, kau tahu kasus Wulan yang viral itu? Kacau, benar-benar kacau dia. Kurasa dia mendapat karma atas perbuatannya sendiri," ucap Satria, saat baru saja memasuki ruang kerjaku. "Oh ya, kudengar kau juga kemarin memukuli Rendi habis-habisan di sini?" tanya Satria lagi, makin menggangguku dengan berondongan pertanyaannya, padahal aku tengah s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status