Share

Bab 2

Sejak pagi perutku terasa mual. Entah sudah berapa kali aku menghirup aroma minyak kayu putih demi meredakan rasa mual ini, kepalaku pusing membuatku hanya bisa terbaring ditempat tidur.

Ku raih ponsel yang tergeletak di atas nakas, berniat menghubungi Nisa, untuk sekedar mencari teman bicara.

Teleponku tersambung, setelah bertanya kabar tentangnya, kuberitahu keperluanku menelponnya, untuk beberapa saat ia diam, lalu terkekeh geli.

[Alina, coba beli test pack, sepertinya kau hamil]

Hamil?

Mendengar perkataan Nisa membuatku mengerutkan kening. Namun, baru kusadari jika bulan ini tamu bulananku memang tidak datang.

Entah lah, aku tak tahu apakah ini kabar gembira atau buruk untukku. Lidahku kelu untuk berkata kata lagi. Aku terlalu takut untuk memikirkan jika ucapan Nisa ini benar.

[Selamat ya, aku yakin sekali kau hamil, Alina.]

Kucoba untuk menepis ucapan Nisa, namun tak bisa, entah mengapa, hatiku mencoba meyakinkan jika perkataan Nisa adalah benar. Setelah mengucap salam, aku menutup sambungan teleponnya.

Aku masih ingat, kejadian saat terakhir kali Mas Bayu menyentuhku. Yah, terakhir kali Mas Bayu menyentuhku, itupun seperti memaksakan kehendak. Karena aku sempat kesal dan menolak keinginannya.

"Ingat Alina, kau itu istriku. Aku berhak segala hal atas dirimu, termasuk tubuhmu. Aku suamimu, sebagai perempuan yang mengerti agama harusnya kau bisa melayani h*sratku kapan saja," hardiknya kala itu.

Aku diam dan pasrah, meski dalam hati bergejolak amarah. Kubiarkan saja ia menyalurkan hasr*tnya. Itu adalah kali terakhir ia menyentuhku, hingga kabar kemungkinan kehamilan ini.

Aku marah dan menolak keinginannya karena aku ingat, melihatnya berjalan bersama Kania, masuk ke dalam sebuah restoran. Aku melihat mereka yang begitu santai menikmati kebersamaan, dan yang kulakukan hanyalah memandang mereka tanpa ada keberanian untuk menghampiri.

Aku masih takut menerima kenyataan ini, aku takut pernikahanku hancur, karena aku mencintai Mas Bayu.

Saat itu aku menyadari akan status istri sah yang sandang. Status yang tidak memiliki kuasa atas suamiku sendiri. seorang Istri pajangan, mungkin itu status yang cocok untukku.

Ingin rasanya aku mempermalukan mereka saat itu, tapi entah kenapa tiba tiba saja aku tersadar, siapa diriku? Bahkan cinta Mas Bayu saja sampai sekarang masih belum bisa kudapatkan.

Dan sekarang, kehamilan ini. Haruskah ku memberitahu Mas Bayu, jika saat ini aku telah mengandung janinnya dirahimku?

****

Sebuah foto yang dikirimkan Kania akhirnya menghancurkan pertahanan dan kepercayaan diriku. Foto desain sebuah undangan pernikahan. Sangat jelas bertulis nama Kania dan Mas Bayu disana.

Hatiku terasa sangat sesak. seakan semua hanya tinggal menunggu waktu saja.

[Bagaimana Alina, kau suka? Aku mendesain sendiri undangan ini. Ingat Alina, kau yang membuatku mengambil keputusan ini, jangan sekali kali kau menyebutku pelakor, karena aku sudah meminta Mas Bayu secara baik baik darimu.]

Pesan itu dikirim Kania lewat ponselku. Untuk sesaat aku menekan dadaku, rasa nyeri dan sesak kian terasa, apakah ini suatu pertanda akan berakhirnya pernikahanku.

Ku letakkan kembali ponselku, rasa takut tiba tiba menjalar di sekujur tubuh. Aku diam cukup lama dengan pikiran yang terus berkecamuk.

"Mengapa mas? Jika kau memang mencintai dan ingin menikahi Kania, kenapa harus berbohong dibelakang ku, mengapa menerima perjodohan ini. Tak adakah sedikit saja keberanian untuk mengatakannya padaku lebih dulu?"

Batinku terus bergejolak. Ya tuhan, mengapa aku bisa sebodoh ini. Tentu saja Mas Bayu bisa menikahi Kania sekarang, karena penghalang untuk mereka bisa bersama kini sudah tak ada lagi.

Tak ingin terlalu larut dalam prasangka buruk karena memikirkan sesuatu yang bisa merusak akal sehatku. Aku memutuskan untuk pergi ke apotek, membeli test pack seperti yang disarankan Nisa. Aku berharap dengan hadirnya janin ini, akan membuat Mas Bayu sedikit saja menatapku.

Dengan langkah malas aku mengambil kunci motor yang tergeletak diatas meja TV, lalu pergi mengunci pintu rumahku dan melajukan motorku menuju apotik terdekat.

***

Dua garis biru langsung terlihat di test pack yang kubeli tadi siang. Meski disarankan menggunakannya pada pagi hari, tapi aku tak mau menunggu sampai besok. Kupikir jika memang hamil pasti akan langsung terdeteksi karena rasa mual yang kurasakan semakin terasa kuat.

Aku menghela nafas melihat hasilnya. Sudah cukup lama aku mengurung diri di kamar mandi ini, hingga tak kusadari jika Mas Bayu mengetuk pintunya.

"Alina, kau baik baik saja didalam?"

"Iya, mas."

Aku membuka keran air, mencoba untuk mengulur waktu, entah mengapa saat ini aku tak ingin melihatnya. Kalimat demi kalimat pesan terakhir yang dikirim Kania kini seperti kaset yang diputar berulang-ulang terasa di kepalaku. Membuatku semakin takut menerima kenyataan.

Tuhan, haruskah aku menerima Kania sebagai adik madu ku. Karena aku tak memiliki alasan syar'i yang kuat untuk menggugat cerai Mas Bayu. Haruskah ujian kesabaran ini kujalani?

Yah, menolak poligami bukanlah sebuah alasan yang kuat untuk meminta talak. poligami diperbolehkan dalam agama. Tapi, tak banyak wanita yang mampu menerima suaminya. melakukan hal yang perbolehkan dalam agama itu. Termasuk diriku.

"Alina?"

Panggilan dari Mas Bayu, menginterupsi lamunanku. Ku hapus air mata yang tak terasa menetes sambil menyimpan hasil testpack kedalam saku piyama yang kupakai.

Cklek.

Pintu kamar mandi ini kubuka, tampak Mas Bayu berdiri di sana. Aku gugup. Lalu melangkah pelan, melintas dihadapannya.

Ia memandangku dengan pandangan yang sulit kuartikan, mata itu seolah ingin mengatakan sesuatu. Segera saja kubuang pandanganku karena aku tak ingin terhanyut dalam tatapan matanya.

"Alina, apa kau punya waktu. Aku ingin bicara."

Aku menghentikan langkahku begitu mendengar ucapannya. Bicara? Untuk apa? sesuatu hal yang pentingkah yang ingin dibicarakannya denganku?

Astaga. Mungkinkah ia ingin membicarakan masalah Kania. Membicarakan pernikahan mereka padaku?

Bersambung

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
hmmm....banyak adegan diam n kebatinan...alias bicara dlm hati, malesin dah
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mati ajalah kau yv cuma ngebacit dlm. hati. bertahanlah kau sebagai sampah di mata suami mu.
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Alina be strong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status