Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 56. Bunga Untuk Luna

Share

56. Bunga Untuk Luna

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-02-23 14:35:35

“Saya mau bunga lily yang warna putih itu, Mbak, tolong rangkai yang cantik.”

“Baik, Pak, apa mau dicampur bunga yang lain?” tanya sang penjual dengan ramah.

“Mawar merah, boleh deh, Mbak.”

Sang penjual bunga itu dengan cekatan menyiapkan pesanan Laksa, dan tak lama kemudian bunga mawar dan lily itu terangkai dengan sangat cantik, Laksa tersenyum puas melihatnya.

“Terima kasih, mbak, semoga saya istri saya suka.”

“Untuk istri ya, Pak saya kira untuk pacarnya.”

Laksa hanya tersenyum saja mendengar komentar itu dan segera berlalu setelah membayar semuanya.

Setelah bicara dengan ayah mertuanya, Laksa memang akhirnya pulang ke rumah, menyelesaikan pekerjaan yang memang tak bisa dia tinggalkan, dan akan kembali lagi ke rumah sakit saat sore hari, tapi diperjalanan dia teringat dengan kata-kata Dirga supaya minta maaf pada Luna.

Dan dari pengalamannya dengan wanita-wanita yang pernah dekat dengannya, bunga adalah cara minta maaf yang paling efektif
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   273. Jejak Masa Lalu2

    Luna menggeleng. “Aku sengaja menunggu kakak tadi, ku kira akan pulang lebih cepat.” Laksa memandang Luna penuh rasa bersalah. “Maaf tadi ada sedikit masalah dan ibu juga meminta aku mampir ke rumahnya sebentar, dia juga sduah tahu kalau Dio dirawat di ruamh sakit.”“Bukan masalah, bagaimana pertemuan tadi?” tanya Luna yang memang sudah penasaran dengan pertemuan hari ini. “Semua keluarga ibu berkumpul tadi dan yah... mereka mau tak mau harus setuju dengan rencana pernikahan itu.” “Mau tak mau? Jadi terpaksa?” “Bukan terpaksa, maksudku mereka tak bisa bicara banyak, mereka juga telah lama hidup tanpa saling mempedulikan, ke sana hanya sebagai formalitas saja, apalagi ibu juga sudah menentukan tanggal pernikahannya, tanpa campur tangan keluarga.” “Ibu sepertinya tidak sabar untuk segera menjadi istri om Hardi.” Laksa mengedikkan bahunya. “Saudara ibu sebenarnya menyayangkan rencana ibu yan terkesan buru-buru, mereka

  • Wanita Yang Kau Pilih   272. Jejak Masa Lalu

    Laksa sampai di rumah sakit tepat pukul dua siang. kelelahan jelas terpancar dari wajahnya yang kusut, padahal dia pergi bersama seorang sopir yang mengantarnya. Drama keluarga dan juga hubungannya dengan sang ibu yang tidak sehat memicu kelelahan ini, mungkin benar kata Luna dia harus berusaha melupakan kesalahan sang ibu di masa lalu, meski Laksa akui itu tak akan mudah. Laksa membuka pelan pintu ruang rawat Dio, takut kalau putranya itu sedang tertidur dan kaget mendengar suara pintu yang terbuka, tapi perkiraan Laksa salah jagoan kecilnya itu sekarang sedang sibuk menggigiti mainannya, di sampingnya Luna memandang sang anak dengan senyum merekah. Ada kehangatan yang merambat di dada Laksa saat melihat pemandangan indah itu dan seketika mengangkat semua rasa tak nyaman yang sejak tadi memeluk erat dirinya. “Papa sudah pulang, dek,” kata Luna pada sang anak yang ditanggapi bayi kecil itu dengan memandang sang ayah, lalu melanjutkan kembali k

  • Wanita Yang Kau Pilih   271. Hubungan Aneh

    Seolah tak memberi waktu Laksa untuk kembali berpikir, ponsel yang tadinya sudah senyap kini kembali menjerit-jerit meminta perhatian. Mau tak mau Laksa mengambilnya apalagi saat Luna mengatakan kalau mungkin saja ada sesuatu yang penting yang ingin dibahas sang ibu. “Ya, Halo.” “Ibu senang senang akhirnya kamu mengangkat panggilan ibu.” Laksa hanya terdiam, di saat seperti ini dia sama sekali tak ingin basa basi dengan siapa pun, apalagi pada ibunya. “Nak kamu masih di situ?” “Iya, saya masih di sini.” Sama seperti sebelumnya cara bicara Laksa dengan sang ibu juga masih sama. Dingin dan formal. “Syukurlah, apa kabarmu hari ini, Nak, kalau kabar ibu baik... kemarin Mas Hardi bilang menemuimu, dia memang begitu-“ “Kabar saya baik, Maaf saya sedang sibuk, ada apa anda menghubungi saya?” “Oh, kamu pasti sedang sibuk bekerja ya, ibu hanya mau meny

  • Wanita Yang Kau Pilih   270. Hati yang Terkoyak2

    Kemunculan Dirga memutus segala hal yang ada dipikiran keduanya, serempak dua orang itu menoleh dan mendapati sang sepupu membawa banyak makanan di tangannya. Luna beranjak berdiri dan mengambil makanan yang dibawa Dirga, hanya untuk menatanya saja,napsu makannya seolah hilang melihat kondisi anaknya. “Kenapa? Tidak suka?” tanya Dirga yang melihat Luna hanya bengong setelah menyiapkan makanan yang tadi dia bawa. “Bukan hanya tidak napsu makan saja.” “Kalau lihat Laksa masih napsukan?” tanya Dirga dengan tampang serius yang membuatnya mendapat hadiah lemparan plastik pembungkus makanan dari Laksa.“Sialan kena rambutku itu ada minyaknya woi,” seru Dirga tak terima. “Mulut jangan asal jeplak saja.” “Lho di mana salahku? Aku cuma bertanya, lagian kalau itu sampai terjadi bisa gawat bukan...ckkk...ckkk.” “Sok tahu kamu, nikah saja belum, eh tapi kamu sudah sering kawin pasti.” Sekarang  ganti Dirga

  • Wanita Yang Kau Pilih   269. Hati yang Terkoyak

    Ini memang bukan kali pertama Dio sakit, kelahirannya yang lebih cepat dari waktu seharusnya membuat daya tahan tubuhnya tak terlalu baik, baik Luna dan laksa menyadari betul hal itu. Konsultasi ke dokter dan berbagai vitamin sudah bukan hal yang asing untuk mereka, bahkan Dio punya dokter khusus yang setiap minggu mengecek perkembangannya, tapi kali ini berbeda, panas yang disertai ruam di beberapa tempat itu membuat Dio sangat tidak nyaman dan terus menangis. “Maafkan, aku yang tidak perhatian pada anak kita sampai dia seperti ini,” kata Luna lirih mereka sudah duduk di ruang rawat anak. Dokter memutuskan Dio rahus dirawat inap untuk melakukan beberapa pengecekan. “Jangan menyalahkan diri sendiri, ini juga salahku yang tidak bisa menjaga anak kita dengan baik dan memintamu membantu di perusahaan,” jawab Laksa tak kalah lirih. Dua orang itu sama-sama menghela napas dan memandang putra mereka  yang terbaring lemah dengan tatapan send

  • Wanita Yang Kau Pilih   268. Roda Berputar2

    "Mungkin lusa, entahlah dia belum memberikan waktu yang pasti, entah kenapa aku merasa dia bahkan tak ingin memberitahu keluarganya." "Lalu?" "Tidak ada, aku akan mengikuti kemauannya," jawab Laksa enteng. "Apa aku perlu ikut?" Laksa mengedikkan bahunya tapi kemudian berkata. "Terserah saja, tapi aku harap kamu menyiapkan hati untuk semua kemungkinan yang terjadi. Sore harinya Dirga muncul di rumah keluarga Sanjaya dengan wajah kusut dan lelah, tapi terlihat senyum bahagia menghiasi wajah tampannya. "Selamat sore." "Sore, apa ada berita baru?" tanya Laksa langsung. "Akhirnya kita berhasil," kata Laki-laki itu dengan senyum lebar dibibirnya. "Benarkah?" "Kamu bisa lihat sendiri." Dirga lalu membuka laptopnya dan memperlihatkan sistem yang baru saja dia bangun dan memberikan demo di beberapa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status