Share

Pulang Membawa Kehancuran

Mungkin memang benar, nuraniku sudah mati oleh kesakitan ini, sehingga tak ada sedikitpun belas kasihan.

Apa aku kejam?

Mendadak langkahku terhenti di teras. Aku menoleh ke belakang. Tampak dari tempatku berdiri, Melati meraung keras, ibu mengomel tak jelas dan mas Mirza hanya mengusap kasar rambutnya.

Kenapa aku sekejam ini?

Hendak berbalik ke dalam, tiba-tiba dua orang datang memasuki halaman. Bukan tetangga atau saudara ibu. Siapa mereka?

“Selamat siang, Mbak,” sapa salah satunya.

“Siang. Ada perlu apa, Mas?” tanyaku.

“Mbak tuan rumah di sini? Kami datang mau menjemput motor yang dijual.”

Motor milik Melati.

“Surat jual belinya, Bu. Silahkan.” Salah seorang dari mereka menyodorkan amlop. Aku tak perlu membukanya, langsung saja menunjukkan sebuah motor yang terparkir di teras.

Aku meletakkan amlop itu di meja luar, lalu pergi meninggalkan rumah ibu.

Saat aku keluar dari halaman, ibu dan mas Mirza terdengar berdebat dengan kedua orang tadi. Terdengar juga suara jeritan keras Melati s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status