LOGINDania keluar dari booth dengan perasaan tidak menentu. Ia berjongkok di depan Erlangga. "Kamu bilang aku adalah mamamu?" tanya Dania dengan suara sedikit bergetar tapi ia tetap berusaha tersenyum ramah. "Aku tau mama sedang memikirkan aku sekarang, tadi aku sengaja tidak mengenali karena ingin tau mama mengingatku atau tidak." "Kamu tau darimana kalau aku mamamu?" Erlangga mengambil ponsel dari saku lalu mengusap-usap layar kemudian mengarahkan layar ke arah Dania dan berkata, "Karena mama mirip dengan di foto ini." Dania melihatnya dengan saksama, itu memang dirinya bersama Rena dan Erlangga yang masih bayi. "Papa kamu siapa?" tanya Dania, hampir tidak bisa menahan tangis. "Rainer Milano," ucap Erlangga dengan lancar. "Kamu ke sini dengan siapa?" Dania berdebar-debar menanyakan itu. "Papa dan Mami." Hatinya mencelos saat mendengar kata mami, harusnya Rain sudah memberikan Erlangga mami 'kan? Tapi ia tidak mau peduli tentang itu, ia mau fokus pada Erlangga
Musim telah berganti beberapa kali, tiga tahun telah terlewati begitu saja, semua orang sudah mengalami perubahan, Tubuh Erlangga semakin besar, kesehatan Rain sudah membaik dan usaha Dania semakin berkembang, Bu Dewi semakin renta tapi masih tampil segar dan mendominasi. Semua orang tampaknya melewati tiga tahun dengan baik namun dengan membawa beban hati yang tidak mau sembuh. Erlangga merasa kehilangan, Rain berjuang untuk sembuh, sedang Dania masih menanggung beban rasa yang campur aduk, masih ada rasa kecewa, rasa tidak puas, dan juga rindu. Demi meredam semuanya, ia alihkan pikiran dan hatinya untuk sepenuhnya fokus mengelola toko roti, membuat resep baru dan bersosialisasi dengan pelanggannya. Saat ini ia sedang sibuk mempersiapkan booth container estetik untuk berjualan di taman, di mana tempat perayaan hari ulang tahun kota diadakan hari itu dan puncaknya di malam hari, bagi pengusaha sepertinya, itu adalah moment penting untuk meraup banyak rupiah, selain dirinya ada ba
Beberapa hari berlalu, akhirnya keluarga Rain mengetahui juga keadaannya, mereka semua merasa sangat syok. Semua berawal dari, saat Bu Dewi datang ke rumah Rain tapi tidak ada satupun dari Rain maupun Dania di sana. Rena tidak berani membeberkan prihal hubungan Dania dan Rain, ia hanya beralasan tidak tau dan menyarankan Bu Dewi menelepon asisten Rain. Jeri tidak punya pilihan lain selain jujur tentang keadaan Rain saat ini. "Di mana Dania? Saat-saat dibutuhkan seperti ini dia malah tidak ada," ucap Bu Dewi. "Kami berpisah, aku memutuskan melepaskannya karena Erlangga sudah tidak butuh ASI lagi," ucap Rain. Bu Dewi terkesiap mendengarnya. Untungnya kondisi Rain yang sedang sakit tidak bisa membuat Bu Dewi bertindak otoriter, "Kenapa kau melepaskannya? Jadi kalian bercerai?" desak Bu Dewi. "Sedang diproses." jawab Rian dengan santainya. "Kenapa Rain? dia sangat cocok denganmu," ucap Bu Dewi sangat menahan diri. "Mah, tidak semua hubungan yang kamu atur bisa berak
Rain baru selesai menjalani perawatan pertamanya, Perawatan awal kanker lambung stadium akhir berfokus pada manajemen gejala dan peningkatan kualitas hidup bukan penyembuhan total. Meski begitu efek sampingnya sudah membuat Rain merasa lelah dan kehilangan banyak energi. 'Assalamu'alaikum! Mas, hari ini aku pergi, aku tidak bisa menjelaskan detailnya pada Rena, tolong nanti kamu yang jelaskan.' satu pesan diterima. 'Mas, jangan membuat Erlangga lupa padaku, bagaimanapun aku ibu susunya, dia seperti anak kandungku, kalau aku datang, izinkan aku bertemu dengannya,' dua pesan diterima. 'terimakasih, Mas. Bagaimana pun pernikahan ini sudah menyelamatkanku dari rasa terpuruk dan rasa malu masa laluku,"' tiga pesan diterima. 'Mas, tolong jangan beritahu keluargaku terutama ayah dan ibu, aku akan memberitahunya saat aku sudah siap, selamat tinggal, Mas.' Empat pesan diterima. 'Beritahu aku kalau Pak Rain sudah mengurus semuanya, semua ini sudah takdir dari Allah, aku tidak akan
Dengan perlahan, Rain menjadi dingin pada Dania. Dania merasa hubungan mereka kembali seperti di awal pernikahan. Tidak ada lagi kata-kata perhatian kecil yang sering ia dengar, telepon juga jadi jarang. Beban pikiran Dania menjadi bertambah, tadinya yang membebani pikirannya hanya ingin tahu perasaan Rain, sekarang bertambah ingin mencari penyebab Rain menjadi dingin, apakah karena ia membahas masalah anak? Atau ada hal lainnya? Saat sedang bekerja, Dania mendengar keramaian di luar. Ia mengintip dan melihat ternyata Juan sudah kembali, selain Juan ada Monika juga. Ia tiba-tiba teringat sikap dingin Rain, apa karena ada kaitannya dengan Monika? Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Monika setelah hari wanita itu mencium Rain dan setelah itu, Rain memang tidak pernah membahasnya lagi, ia hanya tau kalau Monika keluar negeri untuk pekerjaan. Dania akhirnya pulang, ia senang melihat Rain ada di kamarnya. Tapi ada sesuatu yang berubah dari penampilannya, sepertinya berat badannya be
Hari-hari terus berjalan dengan damai, bisa dikatakan hubungan Dania dan Rain terus berkembang lebih baik, walaupun belum ada pembahasan tentang perasaan di antara keduanya. Rain masih konsisten menunjukkan perhatian-perhatian kecil terhadap Dania, sedang Dania juga semakin rajin berdebar tak karuan. Dania sangat memperhatikan pola makan Rain, sejak ia tau Rain tidak makan dengan teratur, ia membuatkan suaminya itu bekal makan siang setiap hari. Sayangnya, walaupun Rain memperbaiki pola makan, perutnya masih saja sering sakit. Tapi ia mengabaikannya karena merasa masih bisa ia tangani sendiri, semenjak ia tau Dania bisa sangat khawatir saat tau dirinya sakit, ia tidak pernah memberitahunya lagi. Ia tidak mau merepotkan istrinya itu. Apalagi Dania sedang semangat-semangatnya belajar membuat roti dan kue, ia sempat bercerita pada Rain, ia ingin membuat toko roti dan kue sendiri. Ia tidak ingin mengganggu kesibukan istrinya. Tapi hari ini ia tidak bisa mentolerir rasa sakitnya







