Share

Chapter 5

“Tutup mulutmu sebelum aku marah Andira!.” Jack kembali emosi dan melihat mata Andira dengan hati berapi-api

“Percuma saja aku belajar jatuh cinta denganmu Jack, kau sama sekali tidak menginginkan semua itu.” Kata Andira, ia membalikkan tubuhnya dan air mata itu segera menetes.

'Mana mungkin seorang suami menyiksa istrinya sendiri seperti ini, kalau saja aku bisa memilih, aku akan menceraikanmu Jack, lebih baik kau menikah saja dengan wanita yang sudah mati itu di alam lain.' 

“M–maaf.” suara Jack tiba-tiba terdengar canggung

“Maaf kalau aku menyakitimu, jangan menangis, aku akan berusaha lebih baik.” Jack memegang bahu Andira namun Andira menepis tangan nya.

“Selama kamu belum mencintai aku, jangan pernah menyentuh tubuhku sedikitpun.” Andira meminta Jack keluar dari kamar.

'Cinta? Aku bahkan sudah tidak tahu apakah masih ada cinta dalam hatiku untuk orang lain setelah Nasya'

Jack mengacak kepalanya, lalu meninju dinding keras.

Sementara Andira menangis di dalam kamar sambil meratapi kehidupan nya saat ini.

“Entah sampai kapan aku bisa mencintaimu Andira, dari dulu wanita yang aku cintai hanyalah Nasya!.” gumam Jackson Wang emosi

Dikediaman Queen, Reta menghubungi suaminya untuk memberi kabar tentang liburan Andira bersama Jack.

“Bagus! Dengan begitu dia bisa menjadi lebih dekat dengan Jack.” ucap Winston.

“Benar Pa, mereka berlibur hanya dalam satu bulan, semoga saja keduanya bisa saling beradaptasi dengan kehidupan mereka yang baru.” kata Reta.

“Nyonya, di luar ada Miss. Feer, katanya ingin bertemu dengan anda.” ucap bibi, kemudian Reta mematikan ponsel dan segera meminta Jenyfeer masuk.

“Tante.” sapa Jeny

“Ada apa Jen? Bukan kah Andira sudah bilang padamu kalau dia tidak dirumah selama satu bulan?.” Reta bertanya dengan wanita muda itu.

“Bukan itu yang ingin aku sampaikan, tapi ini benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa Jack memblokir nomor Franky? Padahal Tante tahu kalau Franky sangat mengkhawatirkan Andira saat ini?.” Jenyfeer memegang tangan Reta kemudian menatapnya lembut.

“Jeny, jika memang benar Jack memblokir nomor Franky, itu adalah hak nya sayang, dia adalah suami anak Tante saat ini, jadi Andira tidak mungkin melawan kemauan Jack.” Reta menjelaskan dengan hati-hati, lalu melihat wajah Jeny yang berubah jadi muram.

“Lagi pula aku kasihan dengan Franky, dia susah payah datang kesini hanya untuk Andira, tapi Andira justru menikah dengan orang lain.” gumam Jenyfeer, Reta Queen pun menghela nafas sebelum mengatakan sesuatu.

“Itu namanya belum jodoh, Tante mengerti kalau Franky sangat menyayangi Andira, tapi Andira menganggapnya tidak lebih dari seorang kakak Jen.” mendengar perkataan Mama Andira, Jenyfeer semakin kecewa lalu dia berpamitan pulang.

“Hati-hati dijalan ya nak.” kata Reta “Tante juga jaga diri baik-baik selama Andira tidak ada.” 

Di hotel, Andira berniat untuk memasak beberapa makanan agar Jack bisa makan.

Menu makanan kali ini adalah sup daging lezat, Andira mengeluarkan sayuran dan mencucinya, kemudian ia mulai memotong sayuran itu.

“Aah!.” Tangan Andira teriris pisau tepat disaat Jack sedang ke dapur untuk mencari minum.

“Hei! Kamu harusnya hati-hati dong!.” Jack memegang tangan Andira dan menghisap jarinya yang teriris, Jack mengingat dengan apa yang dia lakukan dulu saat tangan Nasya juga teriris pisau ketika mengupas buah.

Andira hanya terdiam sambil menatap Jack bingung, sebelum akhirnya Jack melepaskan jari itu dan meniupi nya dengan manis.

“Apa kau kurang sehat Jack?.” Andira bertanya dan mengecek suhu suaminya, namun sepertinya tidak ada masalah.

“Kenapa bertanya begitu?! Kau pikir aku sedang sakit? Dengar ya, lain kali kau harus hati-hati, aku begini juga karena dulu tangan Nasya pernah teriris pisau.” Andira menghela nafas dan menundukkan kepala.

“Huh, jadi kau melakukan nya karena Nasya, yasudahlah tidak ada gunanya membicarakan itu, semua ini terlalu membuatku muak.” Andira menepis tangan Jack dan kembali memotong sayuran.

Lima hari berlalu, Andira sangat bosan karena melihat Jack hanya bermain ponsel sepanjang hari, sementara dirinya sendiri tak diperbolehkan bermain ponsel.

“Kau ini seperti tidak ada hal lain saja, setiap hari bermain ponsel terus.” Andira berkata dengan sinis, Jack meliriknya dengan alis berkerut kemudian meletakkan ponsel.

“Sepertinya ada yang iri dengan keseharianku, bosan ya tidak bisa bermain ponsel?.” Jack menatap Andira dari atas sampai bawah.

“Suami keterlaluan! Aku akan mencari ponselku dan memberitahu Mama tentang hal ini!.” Andira bergegas menuju kamar lalu Jack menariknya, karena adanya penarikan yang kasar Andira sampai tak bisa menyeimbangkan tubuh dan terbentur dinding.

“Aaah kepalaku.” Andira melepaskan tangan Jack dan memegang kepalanya.

“Andira..” wajah Jackson panik, ia segera melihat kening istrinya yang habis terbentur.

“B–biar aku obati.” Jack memegang kening itu kemudian Andira mendorongnya.

“Tidak perlu somanis! Kau selalu saja menyakitiku Jack! Apa salahku padamu?.” Andira berbalik ke kamar kemudian membereskan pakaian nya ke dalam koper.

“Andira tunggu!.” Jack masuk kedalam kamar dan melihat istrinya merapihkan pakaian.

“Mau kemana kau?!.” Jack marah, ada sedikit kelinglungan dihatinya.

“Aku akan pulang, ini kan yang kau mau? Bersenang-senanglah disini, jika kau mau ponselku ambil saja, aku bisa membeli yang baru, kalau Mama Aline bertanya, katakan saja kau sedang bersamaku, lagi pula kau tidak akan berani kan mengatakan yang sebenarnya.” Mata Andira berkaca-kaca.

“Ini sudah malam! Aku tidak mengizinkanmu keluar dari pintu ini!.” Jack menegaskan dengan dingin.

“Tidak perduli mau kau mengizinkan nya atau tidak, yang jelas aku sudah tidak tahan hidup dibawah tekanan seperti ini.” Andira menghapus air mata yang jatuh kemudian menyeret koper itu keluar.

“Andira berhenti!.” Jack menghentikan istrinya, lalu Andira menoleh sambil menatap jijik.

“Mau apa lagi Jack? Kurang puas kau menyiksaku?! Apa kau ingin menyakitiku sekali lagi sebelum aku keluar dari tempat ini?! Iya?!.” Jack melihat wajah Andira yang begitu sedih, lalu perlahan-lahan Jack memajukan langkah nya dan menarik koper itu.

“Kau tidak boleh pergi!.” Jack melempar koper yang dibawa oleh Andira ke lain arah.

“Apa-apaan sih kamu?!.” Andira ingin mengambil koper itu lagi tetapi Jack meraih tubuhnya.

“Aku sudah bilang, kau tidak boleh pergi.” suara Jack seketika melembut, tubuh mereka saat ini juga begitu dekat sampai hanya tersisa jarak yang sangat sedikit.

Jantung mereka saling berdegup kencang, entah apakah mereka saling mendengarnya atau tidak.

“Maafkan aku ya?.” Jack menatap wajah istrinya.

“Aku mohon Jack, jangan halangi aku seperti ini, katakan kalau kau memang tidak menginginkanku maka aku akan pergi.” suara halus Andira membuat Jack menghela nafas kemudian membelai rambutnya sejenak.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan alasan apapun.” tubuh Andira seketika gemetar kemudian menjawab sambil menangis.

“Katakan Jack, katakan kalau kau jijik padaku, aku bukan wanita yang kau inginkan, kau hanya menginginkan Nasya, bukan aku.” Hati Jack tiba-tiba terasa sesak saat melihat kesedihan Andira didepan matanya.

“Kau milikku Andira.” Jack mencium bibir bak cherry dihadapan nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status