Share

Chapter 6

“...” Andira membatu saat Jack mencium bibirnya dengan selembut itu.

“Jangan pergi, oke?.” seperti terhipnotis dengan wajah kelembutan Jack sehingga Andira langsung mengangguk.

Dikamar keduanya terdiam, lalu Jack membantu untuk merapihkan pakaian Andira ke dalam lemari.

“Ini ponselmu, aku kembalikan. Walaupun begitu aku minta jangan pernah berhubungan dengan pria manapun selain aku.” Kata Jack, Andira pun setuju lalu memberikan selimut tebal kepada suaminya.

“Pakailah ini, kau pasti akan kedinginan tanpa selimut.” Jack tersenyum sekilas lalu menerima pemberian itu.

“Aku akan tidur.” Andira membasuh wajah dikamar mandi kemudian berbaring di ranjang.

Dua jam kemudian, wanita itu terbangun karena ingin minum, lalu melihat Jackson tidur dengan tidak nyaman diatas sofa tanpa memakai selimut pemberian nya.

Setelah Andira meminum segelas air, dia langsung membantu Jack memakaikan selimutnya.

“Harusnya kau memakai selimut ini Jack.” Andira menutupi tubuh itu dengan penuh kasih, namun rupanya Jackson belum sepenuhnya tidur, sehingga dia dapat mendengar ucapan Andira barusan.

“M–maaf Jack..” Andira terkejut melihat Jack terbangun, lalu ia memandangi wajah Jack yang begitu dekat dengan wajahnya.

“Tidak masalah, aku menghargai perbuatanmu.” Jack tersenyum, ia mencium aroma tubuh Andira yang sangat wangi, serta terasa membius dirinya secara tak sengaja.

Jack mendekati Andira lalu kembali mencium bibir itu.

Besoknya, Jack membuka mata dan melihat Andira masih terlelap dalam pelukan nya.

Jackson menyadari sesuatu kalau ternyata mereka tidak mengenakan pakaian apapun, hanya selimut tebal yang membalut di tubuhnya.

“Tidak! Tidak mungkin aku melakukan nya kan!.” Jack buru-buru bangkit dan pergi mandi.

Tak lama setelah Jack pergi mengendarai mobil, Andira pun terbangun, lalu melihat dirinya sendiri yang sangat menjijikan.

“A–aku, aku...” Airmata nya perlahan menetes, ia merasa sangat bodoh karena memberikan seluruh tubuhnya pada suami yang tidak cinta padanya sama sekali.

Andira melihat ke segala arah namun tak mendapati Jack dimanapun, ia bergegas mandi walaupun hampir setiap bagian tubuhnya terasa nyeri dan sakit.

'Apa Jack pergi saat dia terbangun?.' 

“Nasya, a–aku minta maaf, aku sungguh menyesal melakukan itu! Entah kenapa semalam aku malah mendekatinya, tolong maafkan aku Nasya.” Gumam Jack disebuah cafe sambil memegang foto mantan kekasihnya.

“Jackson, kau baik-baik saja?.” Suara seseorang mengejutkan Jack, dia segera mendongak kemudian mendapati wajah yang sama persis seperti Nasya, walaupun dia tahu wanita dihadapan nya saat ini adalah kakak kandung Nasya.

“Marry?.” Jackson menyimpan foto yang ia pegang, lalu memperbaiki kekecewaan diwajahnya.

“Bolehkah aku duduk?.” Ucap Marry, Jack mengangguk setuju dan mereka mengobrol bersama.

“Aku mengerti, jaga saja istrimu baik-baik, walaupun Nasya mungkin sangat terluka saat mengetahui ini dari atas sana.” Wajah Marry mendadak sedih, membuat Jack semakin merasa bersalah.

“Marry, aku sungguh tidak bisa berbuat apapun saat Mama memaksaku menikah dengan wanita lain.” Kata Jackson menjelaskan.

“Ini diary milik Nasya waktu dulu, kalau kau punya waktu luang, bacalah.” Marry memberikan sebuah diary kemudian pergi meninggalkan Jack yang terdiam.

Ada sedikit keraguan diwajah Jack saat hendak membaca buku diary itu, lalu dia memberanikan diri untuk membukanya.

'Nasya Juliadanthe.'

Ada airmata menggenang di pelupuk mata Jack.

“Jackson, hari ini aku sangat senang karena kamu mengajakku ke sebuah tempat yang paling kau sukai, sekian lama aku menyimpan cinta yang sangat besar untukmu, namun hari ini senuanya terbalas.” Tepatnya beberapa tahun yang lalu, Jack menyatakan cinta kepada Nasya disebuah Bukit Bintang.

Sudah lama Jack memendam perasaan nya kepada Nasya, dan baru berani untuk menyatakan nya kala itu.

“Jack, kau adalah orang pertama yang aku cintai selama aku hidup, dan aku berjanji untuk selalu mencintai kamu sampai aku mati.” Tulisan itu membuat jantung Jack seperti ditusuk ribuan anak panah.

“Kenapa kau meninggalkanku disaat hari pernikahan kita sudah dekat Nasya? Kenapa!!.” Jack berteriak seperti orang yang kehilangan akal, seluruh pengunjung cafe sangat terkejut atas sikapnya barusan.

Jack pergi mengendarai mobil untuk pulang ke hotel.

Setibanya disana, ia teringat Andira, Jack langsung mencari wanita itu ke kamar, tapi saat pintu dibuka Andira tidak ada disana, wajah Jackson mendadak gelisah, dia sudah mencari wanita itu keruangan manapun tapi tetap tidak ada!

“Andira, kamu dimana..” Gumam Jack dengan suara pelan, ia ingin pergi keluar untuk mencari Andira, tiba-tiba Andira sudah berdiri didepan pintu tepat ketika Jack membukanya.

“Andira!.” Jack menarik istrinya masuk kemudian memeluknya didalam.

Perasaan tak karuan mulai muncul lagi dibenaknya, entah kenapa rasanya sangat khawatir kalau Andira pergi.

“Kau baik-baik saja?.” Ucap Andira bertanya pada Jackson

“Kamu dari mana sih?! Kenapa tidak izin dulu?!.” Jack memarahi Andira sampai wanita itu menciut.

“Aku hanya lapar dan membeli makan di restoran bawah.” Jawaban Andira membuat pria didepan nya merasa sangat berlebihan ketika marah seperti barusan.

“Oke, maafkan aku, pergilah dan makan.” Jack segera meninggalkan istrinya yang mematung.

“Aku lelah seperti ini, kadang dia menganggapku seperti wanita satu-satunya yang dia punya, namun terkadang aku cuma dianggap sebagai angin lewat.” Andira membuang nafas kasar lalu memakan makanan yang dia beli.

...

“Apa kau sudah menelepon Jack? Aku sangat ingin mengetahui perkembangan mereka disana.” Ucap Reta

“Tunggu ya, biar aku menghubungi mereka.” Aline menelepon Jack dan menanyakan kabar tentang keduanya.

“Halo Jack, Mama Reta ingin bicara denganmu.” Kata Aline memberikan ponselnya ke Reta.

“Ada apa Ma?.” Reta membalas dengan lembut dan berhati-hati. “Bagaimana hubunganmu dengan Andira Jack? Baik-baik saja kan? Jangan katakan kalau kau menyakitinya lagi, jika itu terjadi Mama akan menarik kembali Andira dari kehidupanmu.” Jack tertegun sesaat, sebelum dia menjawab dengan percaya diri.

“Aku akan menjaga Andira dengan baik Ma, jangan khawatir.” Balas Jack.

“Mana Andira? Mama mau bicara dengan nya.” Jack menghampiri istrinya yang sedang bersantai diruang depan kemudian memberikan ponsel itu.

“Mama.” Kata Jack

“Ada apa Ma? Kau pasti sangat merindukanku ya?.” Andira mengatakan hal tersebut kemudian beranjak pergi menjauhi Jack.

Jack takut Andira bicara macam-macam, diam-diam dia mengikuti istrinya ke arah balkon.

“Kamu baik-baik saja kan nak? Jack tidak menyakitimu lagi kan?.” Ada berbagai perasaan sedih dihati Andira tetapi dia tak bisa menjelaskan nya.

“Jangan khawatir begitu Ma, sudah pasti aku dan Jack baik-baik saja, dia sangat perduli padaku, dia juga sangat memperlakukanku dengan baik.” Andira berusaha menjelaskan dengan hati-hati, ia tak mau Reta semakin khawatir apa lagi dia sedang di tempat yang lumayan jauh dari Andira.

Jack melihat Andira menjelaskan nya dengan pandai, namun matanya tertuju pada wajah Andira yang mulai basah akibat airmata menjatuhi pipinya.

Jack yakin, Andira sebenarnya merasakan sakit, tapi dia tak mau bicara terus terang.

“Kau sama seperti Nasya, disaat ada orang yang menyakitinya, kamu hanya diam saja dan berpura-pura dalam keadaan baik! Tapi semuanya tentu berbeda karena aku tak pernah menyakiti Nasya sedikitpun Ra.” Kata Jackson pelan, ia berbalik dan pergi.

“Jack ini ponselmu.” Andira menghampiri Jack dikamar, ia melihat sebuah buku diary tergeletak diatas meja, rasa penasaran pun kini muncul sehingga Andira membuka bukunya, Jack sedang dalam kamar mandi jadi dia tak akan menganggu Andira untuk membaca apa isi buku itu.

'Nasya Juliadanthe'

“Oh jadi ini diary milik Nasya semasa hidupnya?.” ketika hendak membuka lembaran selanjutnya, Jack keluar dari kamar mandi memasang wajah marah.

“Siapa kau berani menyentuh buku itu?!!!.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status