Beranda / Rumah Tangga / Wanita yang Dinodai Suamiku / Malam Eriska di Kamar Baru

Share

Malam Eriska di Kamar Baru

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-18 10:22:38

Malam ini Eriska berbenah, dia pindah ke kamar di sebelah kamarnya bersama Bagas dulu. Wanita itu merasa diusir secara tidak langsung dari kamarnya sendiri. Tanpa izinnya Bagas menyulap kamar mereka menjadi kamar pengantin dengan dekorasi mewah dan di sana juga terdapat rangkaian bunga bertuliskan 'Welcome to Andin.'

 

Jelas Eriska harus keluar dari kamar penuh kenangan bersama Bagas sejak malam pertama sampai malam terakhir sebelum suaminya selingkuh. Tangan Eriska sempat menyapu ranjang pengantin yang kini milik Andin. "Dulu kamu seneng tidur sama aku, mas," lirihnya, tapi dia tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang sudah tertulis dalam takdir hidupnya. 

 

Setelah melihat-lihat seisi kamar yang telah hilang kenangannya, Eriska mulai mengambil bajunya satu persatu dari dalam lemari yang cukup besar hingga tidak satu pun tersisa. Dia menarik baju dari dalam koper besar menuju ke kamar barunya yang terletak di samping kamar lamanya. Dulu kamar itu selalu digunakan oleh orangtua Bagas atau orangtua Eriska kala mereka menginap, tapi sekarang kamar itu resmi jadi miliknya. 

 

Kala malam petaka itu Eriska sengaja tidur di kamar tamu di lantai bawah karena tidak sanggup menyaksikan Bagas dan Andin berduaan di dalam kamarnya, tapi untuk sekarang dan kedepannya Eriska ingin menjaga Bagas. Dia takut Andin hanya memanfaatkannya saja jadi, tentu kamar mereka tidak boleh berjauhan.

 

Eriska berbenah agar kamarnya nyaman untuk ditempati olehnya sendiri. Walau Bagas dan dirinya masih sah suami dan istri, tapi dia tidak mengharapkan nafkah batin dari Bagas. Suaminya sudah menemukan istri sempurna menurut penglihatannya jadi, mungkin dia tidak akan kembali memeluk tubuhnya. 

 

Eriska berbaring ditemani sepi dan sakit. Malam ini pikirannya memaksa untuk membayangkan sang suami dengan madunya. Isak tangis kembali hadir hingga pipinya kembali basah. "Kamu jahat, mas. Kamu nggak pikirin perasaan aku." Suaranya sangat lirih selagi memeluk diri sendiri. 

 

Malam semakin larut saja. Namun, Eriska belum berhasil memejamkan matanya yang sudah sembab. Sekitar pukul tiga pagi barulah wanita itu tertidur tidak nyaman.

 

Pagi harinya Eriska terbangun dengan mata bengkak. "Ya ampun ... kok gini, kalo gini aku nggak akan bisa kerja, keluar rumah juga malu!" paniknya kala melihat pantulan dirinya di dalam cermin.

 

Langkah kakinya segera menuju ke dapur mengambil es batu sebagai kompres. "Kalo sampai siang nanti keadaannya kaya gini, kayanya aku emang harus ambil libur." 

 

Wanita itu duduk di depan meja makan yang tersedia beberapa buah-buahan kesukaan Bagas, dia meliriknya. "Mas Bagas udah makan, belum? Biasanya ini jam sarapan Mas Bagas." 

 

Sorot mata Eriska segera mengarah pada telepon di sisi kulkas, dia sudah menekan deretan angka yang akan tertuju pada Bagas, tapi dia mengurungkan niatnya kala mengingat Andin. "Pasti dia marah kalo aku telepon Mas Bagas." Telepon itu segera disimpannya kembali.

 

Ting Tong Ting Tong!

 

Suara bel ditekan tidak sabaran oleh seseorang di luar sana. Eriska berjalan perlahan menghampiri seseorang yang entah siapa, tidak lupa sebuah kaca mata hitam hadir menutupi mata sembabnya. 

 

"Nina! kok pagi-pagi udah dateng?" heran Eriska hingga dahinya berkerut. 

 

Nina nyengir. "Aku mau cek keadaan mbak, mbak baik-baik aja kan?" 

 

Eriska tersenyum singkat. "Aku nggak apa-apa, aku sehat."

 

"Hm ... iya deh, kalo mbak emang nggak apa-apa. Eh, by the way kenapa pake kaca mata hitam, mbak mau pergi?"

 

"Hm ... iya. Aku ... mau belanja," dusta Eriska, alasan itu keluar begitu saja. 

 

Heran Nina kembali naik level. "Kok ada cewek setegar mbak? Kalo suami aku kaya suami mbak, udahlah habis dia aku caci aku cincang, aku makan sekalian!" rutuk Nina. 

 

Sebenarnya hati Eriska sangat-sangat membatin andai dia mengungkapkannya maka, orang yang mendengar akan ikut teriris, tapi dia memilih bungkam karena cintanya pada Bagas mengalahkan rasa sakit. Setidaknya untuk saat ini. Namun, manusia memang tidak sempurna walau hari ini Eriska masih bisa bertahan, tapi apa mungkin besok dia memilih pergi?

 

Hati Eriska berkecamuk, tatapan matanya kosong di balik kaca mata hitam.

 

"Mbak!" Nina melambaikan tangannya di depan wajah Eriska. 

 

Wanita itu mengerjap. "Iya, kenapa?" 

 

"Tuh kan, mbak ngelamun ... mbak boleh cerita kok sama aku." Nina begitu prihatin pada keadaan Eriska, dia juga wanita, dia tahu isi hatinya. Hanya Eriska tidak mau mengaku.

 

Bersambung ....

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Pernikahan Eriska dan Adam {Ending}

    "Maaf, Kak ...." Eriska segera merasakan amarah Alex."Dik, berhenti memikirkan Bagas dan jangan samakan Bagas dengan Adam, mereka sangat berbeda!" tegas Alex yang selaras dengan tatapannya. "Aku cuma ingat aja kok, Kak. Karena tidak semudah itu membuang semuanya, apalagia ada Aulya yang mirip banget sama mas Bagas." "Kemiripan Aulya bukan berarti membuat kamu harus dibayang-bayangi Bagas. Ingat Dik, Adam sangat peduli sama kamu, bukan Bagas!" Lagi, ketegasan ditunjukan Alex hingga Eriska mengangguk sendu dan seakan tertekan, tetapi pria ini memang sengaja melakukannya supaya adiknya membuka lebaran baru yang jauh lebih baik.Satu bulan berlalu, hari ini tepat pernikahan Adam dan Eriska yang diadakan secara kecil-kecilan, hanya dihadiri kedua belah pihak keluarga saja, tetapi tanpa diduga jika keluarga Bagas hadir membawa Bagas. "Eriska, kamu akan meninggalkan aku dan semua kenangan kita?" Keadaan mental pria ini sudah stabil dan sangat sehat. Maka, semua hal yang pernah terjadi dal

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Satu Bulan Lagi

    Dua bulan kembali berlalu, keadaan Bagas mendekati pulih. Dokter memberikan rincian laporan tentang perkembangannya, ditunjukan pada pihak keluarga. Sebenarnya pria itu sudah bisa dibawa pulang, hanya saja kedua orangtuanya inginkan putranya tetap mendapatkan pengawasan sampai benar-benar pulih. Kabar ini segera sampai pada Eriska dan keluarganya. "Alhamdulillah ...," syukur wanita ini begitupun kedua orangtuanya hanya Alex yang tidak mengucapkannya. Saat kakak dan adik berdua di atas balkon, Alex mengutarakan pemikirannya, "Dik, cepat tanyakan pada Adam kapan dia akan menikahi kamu.""Kak ..., masa aku yang tanyakan!" protes kecil Eriska."Kakak udah coba tanya beberapa kali, tapi Adam selalu bilang belum dapat tanggal baik. Kapan dong, dia dapat tanggal baiknya!" Tatapan serius Alex yang sebenarnya masih memercayai Adam hanya saja kini dirinya sudah sangat panik akibat mendengar kondisi Bagas, "coba sesekali kamu yang nanya.""Malu, Kak. Aku ini janda anak satu, nggak mungkin aku t

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Orangtuanya Adam Tidak Yakin pada Pernikahan Putranya dan Eriska

    Eriska terpaku sendu seiring menatap buah hatinya bersama Bagas. "Gimana keadaan mas Bagas?" Dirinya segera mengalihkan topik karena keadaan Bagas hari ini seolah menjawab alasan ketidak mampuan mantan suaminya memberikan nama pada malaikat kecil. "Masih sangat parah!" Alex melanjutkan kebohongannya.Eriska mendesah pelan, "Kalau gitu ..., aku namakan Aulya saja. Gimana Kak, apa bagus?" Senyuman ceria disisipkan. Namun, wajah Alex tidak menunjukan keceriaan yang sama sedikit pun. "Kenapa harus Aulya, Dik?" Bukan perkara nama yang membuatnya heran, melainkan pemikiran Bagas dan Eriska begitu kompak padahal mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali. "Mau saja, aku pikir nama Aulya itu bagus. Cuma ..., aku nggak tahu nama panjangnya apa. Coba Kakak pikirkan." Alex hanya tersenyum getir. "Akan Kakak pikirkan nanti. Kakak harus mencari nama paling baik," tulusnya, "tapi Dik, yakin mau Aulya, tidak mau ganti yang lain?" "Aulya saja Kak, buat nama depannya. Selebihnya biar Kakak ata

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Apakah Harus Tetap Mencintai Eriska?

    Adam merenungkan pesan dari orangtuanya, pria ini hanya duduk di tepian ranjang di dalam kamarnya. "Eriska memang memiliki sesuatu yang nggak akan membiarkannya lost contak dengan Bagas, ada anak di antara mereka. Jadi mungkin aku yang terlalu berharap banyak untuk bisa mendapatkan Eriska." Embusan udara dibuang Adam, kemudian meluruskan punggungnya seiring memandangi langit-langit saat kedua tangannya dilipat, menyangga kepala. "Aku masih mencintai Eriska bagaimanapun dunia menilai hubungan kami. Tapi kalau bisa, nggak perlu sama anaknya juga. Aku sangat membenci wajah anaknya yang seperti Bagas." Semakin lama, keduanya kelopak mata Adam semakin turun hingga membawanya ke alam bawah sadar. Dari sejak hari ini hingga tiga hari kemudian Adam tidak menampakan batang hidungnya pada keluarga Eriska, dirinya beralasan jika restoran sangat sesak oleh pengunjung maka tidak membiarkannya absen. Jadi, dirinya hanya menjenguk si bayi setelah tiba di rumah. Eriska menyusui bayinya sangat tela

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Hari Kelahiran

    Bagas berjalan linglung mencari keberadaan orang-orang terdekatnya karena jangankan di luar, di dalam rumah saja dirinya sering tersesat. Derap langkahnya membuat Adhinatha dan Fatimah menoleh. "Mau kemana?" tanya pria ini tanpa meninggalkan tempat duduknya karena arah Bagas tepat pada mereka. "Bagas mengingat Andin. Di mana dia sekarang?" Tanpa aba-aba pertanyaan ini diutarakan hingga Adhinatha dan Fatimah terhenyak. Fatimah menyahut berpura-pura tidak tahu demi kebaikan Bagas karena kenangan tentang Andin adalah satu-satunya yang tidak diinginkannya diingat Bagas. "Siapa Andin? Kami tidak tahu." "Mana mungkin mama sama papa nggak tahu. Bagas ingat kalau Andin sangat cantik, tapi sangat matre. Sepertinya dia pernah berada di sisi Bagas?" Adhinatha merasa waktunya selalu sia-sia saat menghadapi Bagas yang memerlukan perawatan mental, maka dirinya tidak mengatakan apapun selain kalimat penutup, "Kami tidak mengenal Andin. Kamu juga. Mungkin itu cuma imajinasi kamu. Tidurlah, besok

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Menemui Bagas

    Hari ini Eriska memutuskan menemui Bagas tanpa memerdulikan apapun, dirinya hanya ingin membuat mantan suaminya bangkit dari keterpurukannya walau mungkin akan sangat sulit. "Bayi kamu udah menyembul di perut aku." Eriska menatap Bagas sebagaimana seorang istri. "Syukurlah, bayi kita sehat." Bagas tampak sumringah hingga tidak terlihat sama sekali jika sebenarnya dirinya adalah manusia linglung. "Iya Mas, bayinya sangat sehat." Senyuman kecil Eriska. Pertemuan ini tanpa sentuhan sama sekali karena keduanya bukan mahram. Maka, Fatimah juga mendampingi Eriska supaya menantunya ini tetap aman dari Bagas-putranya. "Aku mau menyentuh bayi kita, aku mau merasakan pergerakannya!" Telapak tangan Bagas sudah mulai menjulur ke arah perut Eriska yang sudah mulai terlihat walau masih samar. Saat itu, segera wanita ini menatap Fatimah. "Tidak apa nak, toh teralang pakaian." Izin Fatimah-ibunya Bagas selalu mengawal Eriska dari awal kedatangannya. Maka, dengan leluasa Bagas meletakan telapak ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status