Attar mengendarai mobil dengan perasaan bahagia. Setelah membaca pesan dari Nada, ia mempercepat pekerjaan supaya lekas selesai. Attar sudah tidak sabar ingin bertemu sang istri. Memeluk dan meminta maaf, hal pertama yang akan Attar lakukan.Tentang Naura, semenjak kejadian itu memang mereka saling menjaga jarak. Keduanya bersikap canggung, apalagi kalau mengingat apa yang mereka lakukan malam itu. Berc*uman kemudian dipergoki oleh Nada, hal yang sangat memalukan bagi keduanya. Attar masih bisa melihat riak sendu di wajah Naura ketika ia berusaha mengabaikannya di luar jam kerja. Akan tetapi, hal itu harus Attar lakukan sebagai bentuk usaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Nada.Memasuki pekarangan, Attar bergegas keluar mobil dan memasuki rumah. Hal pertama yang Attar lihat adalah Nada sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan ponsel. Sang istri langsung berdiri begitu melihat Attar masuk. Keduanya saling tatap, hingga Attar yang terlebih dahulu mendekat dan memeluk tubuh sang
"Nad, kok kamu diam saja? Kamu gak suka aku ajak?"Attar melirik sang istri yang semenjak berangkat hanya diam. Nada lebih senang menatap ke luar daripada berbicara dengan suaminya. Sejujurnya Nada belum paham akan maksud Attar membawa serta dirinya. Nada takut akan menyaksikan kejadian yang membuatnya kembali merasakan sakit hati. "Enggak. Aku hanya heran kenapa kamu ajak aku ke sana. Padahal bisa saja wanita itu tidak menginginkan kehadiranku," jawab Nada tanpa menoleh. Rasanya enggan sekali menyebut nama Naura di depan suaminya.Attar tersenyum. Satu tangannya terulur dan menggenggam jemari sang istri. "Aku sengaja ngajak kamu, biar kamu gak curiga lagi sama aku.""Wajar kalau aku curiga. Kamu kan mau ketemu sama wanita yang kamu cintai juga. Pasti nanti ada drama peluk-pelukan." Nada mencibir. Ia terlalu muak jika mengingat adegan suaminya bersama Naura ketika di dalam lift. Attar tak mampu menjawab. Wajar jika Nada berpikiran seperti itu karena memang istrinya pernah melihat ia
Attar masih berusaha mengejar Nada meski sang istri tidak menggubris panggilan darinya. Pria itu hanya bisa merutuki diri. Ia menyesali sikapnya yang lepas kendali hingga membentak istrinya. Attar hanya tidak ingin Nada berbuat kasar kepada Naura yang tidak sepenuhnya bersalah.Ia yang salah. Berani mencoba bermain api hanya karena alasan kesepian dan kurang perhatian. Attar tidak sadar jika perbuatannya itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari. "Pak Attar!"Attar yang baru saja akan memasuki mobil, urung dilakukan karena mendengar teriakan Naura. Gadis itu berlari menghampirinya dengan wajah yang terlihat cemas."Ada apa?""Maaf jika mengganggu. Tapi Ayah saya sudah siuman dan ia ingin bertemu Bapak," ujar Naura seraya mengatur napas yang terengah akibat berlari mengejar Attar."Saya tidak bisa menemui ayah kamu sekarang, Naura. Saya harus mengejar Nada.""Tapi, Pak." Naura menahan lengan Attar. "Ayah saya sangat ingin bertemu dengan Bapak. Saya mohon demi kesehatan beliau. Bap
Mau ke mana? Gak makan siang dulu?""Enggak, Ma. Aku harus segera menemui Nada."Salma kecewa. Sang putra yang sudah lama tak berkunjung ke rumah itu hanya menginap semalam dan hari ini sudah berniat pergi lagi. Tadi malam, Salma memang sengaja menghubungi Attar supaya datang ke rumahnya. Selain karena kangen, ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan sang putra.Awalnya Attar menolak karena harus segera menemui Nada. Akan tetapi, dengan segala bujuk rayu, akhirnya Salma berhasil membuat Attar menuruti keinginannya."Mama ingin kamu menikah lagi. Sudah lama Mama ingin mempunyai cucu, tapi entah sampai kapan akan terwujud. Istrimu masih belum mau hamil dan malah mementingkan karir. Kenapa kamu tetap mempertahankan wanita seperti itu? Kamu tampan, kaya, pewaris tunggal perusahaan milik keluarga. Pasti kamu bisa dengan mudah mendapatkan wanita sesuai kriteria yang kamu inginkan. Jangan bodoh, Attar. Jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk menunggu istri yang tidak ingin memberimu keturuna
"Kenapa diam? Apa yang aku katakan benar, bukan?""Nada, aku minta maaf. Awalnya memang aku punya perasaan sama dia. Tapi sekarang aku yakin kalau perasaan itu hanya pelampiasan karena aku terlalu kecewa sama kamu. Aku sadar, aku tidak bisa kalau hidup tanpa kamu." Attar masih berusaha meyakinkan istrinya. Ketiadaan Nada beberapa hari telah menyadarkan dirinya bahwa sang istri sangatlah berarti. Attar memang sempat mempunyai perasaan terhadap Naura. Akan tetapi, perasaan itu tidak lebih besar jika dibandingkan dengan rasa cintanya kepada Nada."Pernikahan kita ini sudah tidak sehat, Mas. Jika diteruskan, aku tidak yakin akan berhasil. Kamu mencoba bermain api hanya karena kecewa terhadapku. Apa kamu tahu? Sebagai seorang model, godaan untuk bermain api itu sangat besar. Tapi aku selalu berusaha untuk menjaga hati dan kepercayaan kamu. Aku ini seorang istri. Itu yang selalu aku tanamkan ketika beberapa pria menawarkan kesenangan dan kemewahan padaku. Tapi kamu. Hanya karena aku mengata
"Apa yang kalian lakukan!"Attar terperanjat ketika mendengar suara teriakan mamanya. Refleks ia bangun, tetapi alangkah terkejut saat mendapati tubuh atasnya yang telanjang. Attar bingung. Seingatnya tadi ia berada di ruang kerja dan berkutat dengan berkas. "Apa yang kalian berdua lakukan?" Salma mengulang pertanyaan.Setelah kesadarannya terkumpul, Attar baru sadar kalau ia tidak sendirian. Seorang wanita tengah terisak dengan selimut yang menutupi tubuhnya."Naura, apa yang kamu lakukan di sini? Kita--"Attar terkesiap. Ia menyingkap selimut dan mengintip bagian bawah tubuhnya yang juga polos tanpa sehelai benang."Attar, cepat jelaskan pada Mama!""Aku ... aku tidak ingat apa pun, Ma. Kenapa bisa berada di kamar ini dan Naura ... kenapa kamu juga ada sini? Kenapa kita bisa tidur satu ranjang dalam keadaan begini?" "Apa Bapak tidak ingat? Bapak yang memaksa saya untuk melayani Bapak. Saya sudah menolak dengan keras tapi Bapak malah menyeret saya ke kamar ini." Naura tergugu. Att
"Dokter, terima kasih sudah membantu saya. Tapi saya tidak bisa lebih lama berbaring di sini. Saya harus ke ruang rawat papa, takutnya adik saya belum datang dan tidak ada yang menjaga beliau.""Jadi yang dirawat di sini itu Papa Anda?""Iya. Saya harus segera ke sana."Nada berusaha bangun. Meski tubuhnya masih terasa lemas, tapi ia tidak ingin lebih lama berada di ruangan itu. Ada hal penting yang harus segera ia lakukan. Tentunya, setelah memastikan jika Meisya sudah sampai untuk menjaga papa mereka."Sepertinya kondisi Anda sudah mulai stabil. Kalau memang Anda ingin menemui Papa Anda, silakan.""Terima kasih, Dokter."Perlahan, Nada turun dari ranjang dan berusaha berdiri tegak. Gibran terus memperhatikan karena takut wanita di depannya ini kembali lemas dan terjatuh. Kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja. Itu yang Gibran tebak setelah mengamati keadaan Nada. Saat Nada berjalan keluar dari ruangan, netra Gibran masih menatap lekat. Sulit sekali baginya mengalihkan pandanga
Sesuai janjinya, Attar tidak mempersulit proses perceraiannya dengan Nada. Meski hatinya tidak terima jika mereka harus berpisah, tetapi Attar berusaha untuk memenuhi keinginan sang istri yang telah ia sakiti.Kini, mereka sudah resmi berpisah. Nada kembali fokus pada karirnya menjadi seorang model. Ya, atas saran dari Cindy, Nada memilih kembali ke pekerjaan lamanya demi keluarga yang harus ia hidupi. Sesuai janji yang pernah Attar ucapkan, pria itu telah membeli rumah orang tua Nada yang sempat disita. Ia meminta Nada dan keluarga mantan istrinya untuk kembali tinggal di sana. Nada tak mampu menolak. Anggap saja itu merupakan nafkah terakhir dari Attar untuknya. Hendra sempat syok mendengar kabar perceraian putrinya. Namun, Nada berusaha menjelaskan sepelan mungkin agar papanya bisa mengerti. Beruntung Hendra menerima meski hatinya merasa kasihan pada nasib yang dialami putrinya.Kini, Nada harus menjalani hidupnya sebagai seorang janda. Tentu tidak akan mudah dikarenakan pandangan