Share

Bab 4

Author: Nelda Friska
last update Last Updated: 2023-09-16 07:18:08

Wanita yang Merebut Hati Suamiku

Part 4

Suasana di dalam lift masih mencekam. Attar sibuk menenangkan Naura, sedangkan Nada terisak sambil duduk memeluk lutut. Menyaksikan langsung perhatian suaminya kepada wanita lain, Nada merasa tersisihkan sebagai istri. Apa Attar tidak sadar kalau saat ini ia pun berada di tempat yang sama? Ataukah karena terlalu khawatir pada Naura, ia sampai melupakan kehadiran Nada di antara mereka?

Tak lama kemudian, lift akhirnya kembali menyala dan terbuka. Orang-orang sudah berkerumun di depan sana. Mereka langsung menyambut Attar yang membopong Naura dengan wajah panik.

"Mbak Naura kenapa, Pak?" tanya salah satu karyawan.

"Dia hampir kehabisan napas. Naura takut akan gelap. Saya harus segera membawanya ke rumah sakit." Attar melangkah cepat, tetapi perkataan karyawannya sukses membuatnya membeku di tempat.

"Pak, bagaimana dengan istri Bapak? Dia juga sepertinya terlihat syok."

Teringat Nada, Attar berbalik ke arah lift, bergegas menghampiri Nada dengan Naura yang masih ia bopong. Wajah istrinya terlihat pucat. Salah satu karyawan memberikan minuman pada Nada. Attar didera rasa bersalah pada istrinya. Karena terlalu panik akan keadaan Naura, ia sampai melupakan keberadaan istrinya itu.

Nada berusah berdiri dengan dibantu oleh salah satu karyawan. Perlahan ia mulai mengatur napas agar merasa lebih tenang. Seketika, matanya beradu tatap dengan mata milik Attar. Nada memalingkan wajah melihat suaminya masih membopong Naura. Tidak bisakah wanita itu diserahkan pada karyawan yang lain saja?

"Kamu baik-baik saja?" tanya Attar terdengar khawatir, tetapi bagi Nada, suaminya hanya berbasa basi.

Nada hanya mengangguk sebagai jawaban. Mulutnya tak kuasa untuk sekedar menjawab. Mungkin efek dari hatinya yang merasa terluka.

"Syukurlah. Kamu nanti pulang diantar Pak Anton. Aku harus mengantar Naura ke rumah sakit. Aku pergi dulu, Naura harus segera ditangani," pamitnya, lalu berbalik dan melangkah cepat keluar dari kantor.

Nada tidak percaya akan apa yang suaminya lakukan. Ia lebih memilih membantu Naura tanpa memikirkan perasaannya. Tatapan iba dari para karyawan, membuat Nada merasa malu. Mereka pasti mengasihani dia karena suaminya lebih memilih mengantar wanita lain.

"Ibu mau saya bantu sampai ke depan?" tawar salah satu karyawan.

"Terima kasih, tapi tidak usah. Saya bisa berjalan sendiri," tolaknya. Nada melangkah gontai menuju parkiran. Di sana, Pak Anton yang merupakan sopir kantor, sudah menunggunya di dekat mobil.

"Saya bisa pulang sendiri, Pak. Bapak tidak usah mengantar."

"Tapi, Bu, nanti kalau Bapak tanya, bagaimana? Saya tidak mau kalau Bapak sampai marah."

"Bapak bilang saja ini kemauan saya. Kalau dia marah, biar nanti saya yang menjelaskan."

"Baiklah kalau begitu, Bu."

Nada memasuki mobil dan keluar dari area kantor. Tujuannya bukan pulang ke rumah, tetapi ke Apartemen Cindy, sahabatnya. Nada butuh menenangkan diri sebelum bertemu kembali dengan Attar. Ia masih berusaha mencerna kejadian di dalam lift. Benarkah Attar sekhawatir itu pada Naura? Bahkan suaminya sampai tega meninggalkan dirinya yang masih syok. Sepertinya memang Naura menempati posisi istimewa di hati suaminya. Perhatian yang Attar berikan terlalu berlebihan untuk seorang atasan pada bawahannya.

Nada tak kuasa menahan tangis. Ia takut, sungguh takut, perlahan posisinya di hati Attar akan tergeser. Tidak menutup kemungkinan jika Attar berpaling pada Naura. Dari tatapan dan sikap yang Attar tunjukkan, Nada bisa melihat ketertarikan di diri suaminya pada sekretarisnya itu.

🌺🌺🌺

Attar hampir saja membanting ponselnya ketika mendengar laporan dari Pak Anton. Nada menolak untuk diantar dan memilih pulang sendiri. Attar berusaha menghubungi istrinya, tetapi ponsel Nada malah tidak aktif. Attar belum bisa pulang karena masih menunggu Naura yang sedang ditangani Dokter.

Attar sadar ia salah. Karena terlalu panik akan keadaan Naura, ia sampai melupakan keberadaan istrinya. Ditambah, ia lebih memilih mengantar Naura ke rumah sakit. Nada pasti kecewa padanya. Namun, Attar pun dilema. Ia begitu khawatir pada Naura. Apalagi melihat wajah wanita itu yang begitu pucat. Naluri ingin melindungi seketika hadir. Ia sampai tak sadar telah memeluk wanita itu dan mengecupi rambutnya di depan Nada.

"Dengan keluarga pasien bernama Naura?"

Lamunan Attra buyar. Ia bergegas menghampiri Dokter yang menangani Naura. "Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Mbak Naura hanya syok. Setelah beristirahat selama satu jam, ia sudah diperbolehkan pulang."

"Syukurlah. Saya boleh menemuinya?"

"Tentu. Silahkan, Pak."

Attar berterima kasih. Ia pun bergegas menemui Naura yang terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya. Melihat kedatangan Attar, Naura mengulas senyum. Ia sangat berterima kasih karena Attar sudah menolongnya.

"Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?" tanya Attar ketika sudah berdiri di sebelah ranjang yang ditempati Naura.

"Alhamdullillah, sudah, Pak. Terima kasih Bapak sudah bersedia menolong saya."

"Sama-sama. Satu jam lagi kamu sudah boleh pulang. Saya akan menunggu dan mengantar kamu," terang Attar.

Naura menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak ingin merepotkan Attar lagi. "Tidak usah, Pak. Bapak sudah terlalu sering membantu saya," tolaknya.

"Naura, saya yang membawa kamu ke sini. Saya juga harus memastikan kamu sampai di rumah dengan selamat. Tidak usah terlalu sungkan, saya senang bisa membantu kamu."

"Tapi, Pak, bagaimana dengan Bu Nada?" Naura merasa bersalah pada istri atasannya itu.

Attar sempat membeku, tetapi dengan cepat ia mengulas senyum. "Nada baik-baik saja. Dia sudah pulang ke rumah."

"Tapi--"

"Jangan lagi membantah, Naura. Saya tidak suka," sela Attar cepat. Ia yakin, Naura akan memberikan penolakan.

"Kamu istirahat, saya menunggu di depan. Setelah satu jam, kita pulang," timpalnya tak ingin dibantah.

Naura hanya bisa menurut. Ia berusaha memejamkan mata untuk menghindari tatapan mata Attar yang begitu lembut. Naura tidak ingin jantungnya berulah lagi. Sudah cukup ia merasakan perhatian dari atasannya ini. Ia selalu berusaha mengingatkan dirinya sendiri, bahwa ini semua salah. Attar milik Nada, ia hanya orang lain di hidup pria itu.

Attar memandangi wajah Naura yang kini sudah terlelap. Tangannya terulur menyingkirkan anak rambut sang Sekretaris yang menutupi dahi. Seulas senyum terukir dari bibirnya. Wanita ini, kenapa selalu membuat Attar sulit mengalihkan pandangan.

"Saya keluar dulu," bisiknya tepat di telinga Naura.

Setelah kepergian Attar, mata Naura kembali terbuka. Senyum yang sama terukir dari bibirnya. Pipinya bersemu merah, dadanya pun bergermuruh tak beraturan. Mungkinkah ia jatuh cinta?

*

*

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 35

    "Siang Mas. Bagaimana kabarnya hari ini? Aku lagi ada sedikit masalah di tempat kerja. Mas mau denger cerita aku gak?"Nada membenahi selimut yang menutup tubuh Attar, kemudian duduk di samping ranjang tempat pria itu berbaring. Setelah dinyatakan koma oleh Dokter, sudah empat bulan Attar masih belum sadarkan diri. Nada sempat syok mendengar kabar ini dari Salma. Pasalnya kondisi Attar sempat drop dan Dokter menyatakan harapan hidupnya sangatlah tipis. Namun, Nada terus meyakinkan Salma agar jangan menyerah. Nada meminta Salma supaya tidak meminta Dokter untuk mencabut alat-alat yang menempel di tubuh Attar yang saat ini dijadikan penopang hidup pria itu. Nada yakin Attar masih mempunyai harapan dan selama apa pun itu, Nada akan dengan setia menungguinya. Nada terus bercerita. Mengajak Attar berbicara seperti yang disarankan oleh Dokter. Meski mata pria itu tertutup, tetapi Nada yakin dalam alam bawah sadarnya, Attar masih bisa mendengar suaranya. "Bangunlah, Mas. Apa kamu tidak ing

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 34

    "Masyaa Allah, Mbak cantik sekali."Nada menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ya, Meisya benar. Ia memang cantik dalam balutan pakaian pengantin. Nada menghirup napas sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kegugupan. Hari ini hari pernikahannya dengan Gibran. Sebentar lagi statusnya akan kembali menjadi seorang istri, tetapi dari pria yang berbeda. Semalam, Nada sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahan ini. Ia tidak ingin keluarganya dan keluarga besar Gibran menanggung malu. Untuk Attar ... Nada harus berusaha untuk bisa melupakan pria itu. Nada hanya bisa berdoa agar mantan suaminya segera siuman dan keadaannya makin membaik. "Mbak, kok Mbak malah murung? Senyum dong. Hari ini hari bahagia buat Mbak. Sebentar lagi Mbak akan menjadi istri dari Dokter Gibran. Apa ada yang mengganjal dalam pikiran, Mbak? Cerita sama aku biar perasaan Mbak sedikit lega," tutur Meisya seraya menggenggam tangan sang Kakak. Nada segera menghapus titik bening yang hampir keluar dari sudut netranya

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 33

    "Nad, ini kamu minum dulu.""Makasih, Cin."Nada menerima sebotol air mineral yang diberikan Cindy. Kini mereka berada di rumah sakit, menunggu Attar yang sedang ditangani oleh Dokter. Tembakan yang dilakukan orang itu tepat mengenai punggung Attar. Nada sempat histeris melihat Attar yang terkulai tak berdaya dengan darah yang keluar dari punggungnya. Beruntung polisi segera datang menyelamatkan mereka dan menangkap dua orang penjahat yang mencoba menghabisi Nada. "Aku takut banget, Cin. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada Mas Attar. Dia seperti ini karena menyelamatkan aku," ucap Nada di sela isakan. Semenjak Attar dibawa ke rumah sakit, Nada tidak berhenti menangisi mantan suaminya. Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab Attar mengalami hal buruk seperti ini."Kamu tenang. Lebih baik kamu banyak-banyak berdoa supaya dia bisa diselamatkan. Apalagi besok kamu itu mau nikah, Nad. Kamu jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Nanti setelah tahu keadaan Attar, lebih baik kamu pula

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 32

    "Tidak!"Wandi setengah berteriak di depan dua orang yang mendatangi rumahnya. Orang tua pelaku pemerkosa putrinya itu mencoba bernegosiasi dengan menawarkan tanggungjawab dengan pernikahan, asalkan Wandi mencabut tuntutan dan putra mereka bebas dari penjara. Namun, Wandi tidak bodoh. Ia tidak akan pernah sudi menikahkan putrinya dengan orang bejad seperti putra mereka."Pak Wandi, kami datang ke sini untuk mengajak berdamai. Putra kami pun sudah bersedia menikahi putri Anda dan bertanggungjawab pada bayi itu. Apa Bapak tidak kasihan pada calon cucu Bapak jika ia terlahir tanpa seorang Ayah?" "Lebih baik cucu saya lahir tanpa seorang ayah daripada harus mendapatkan ayah seperti putra Anda. Saya masih bisa mengurusi cucu dan putri saya meski tanpa bantuan kalian. Sekarang, silahkan keluar dari rumah saya karena saya tidak akan berubah pikiran. Putra kalian tetap harus mendapatkan hukuman yang setimpal," tukas Wandi dengan geram. Ia sudah tidak ingin berbicara dengan orang yang mengang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 31

    Setelah menemui Attar di kantornya tempo hari, Nada benar-benar membuktikan ucapannya untuk membantu Naura. Dibantu oleh Gibran, Nada mulai mencari orang yang menemukan Naura tergeletak di pinggir jalan untuk dimintai keterangan sekaligus dijadikan saksi di hadapan polisi. Atas keterangan dari Pak Wandi yang untungnya mengenal salah satu dari orang tersebut, akhirnya Nada dan Gibran mendapatkan informasi dan tidak ingin membuang waktu untuk melapor ke kantor polisi. "Laporan sudah diproses dan polisi akan memulai penyelidikan. Menurut temanku, mereka akan mengecek cctv yang dipasang di jalan itu untuk melihat plat dan jenis mobil si pelaku," terang Gibran yang membuat Nada sedikit bernapas lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku berharap semoga mereka bisa ditangkap secepatnya.""Aku pun berharap begitu." Gibran menimpali. "Aku berharap masalah ini segera selesai sebelum hari H pernikahan kita."Nada terpaku sesaat. Ia hampir melupakan pernikahannya dengan Gibran yang tinggal tiga Minggu

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 30

    Nada menghela napas panjang sebelum masuk ke gedung kantor milik mantan suaminya. Niatnya untuk membantu Naura sudah bulat. Ia berharap Attar mau bekerjasama dengannya untuk membuat Naura sembuh seperti sedia kala. Jika memang seperti apa yang pria itu katakan bahwa ia sudah tidak mempunyai perasaan apa pun lagi kepada mantan sekretarisnya, setidaknya Attar mau berbaik hati sebagai bentuk rasa simpati kepada wanita itu.Setelah memantapkan hati, Nada memasuki kantor diiringi tatapan dari para karyawan yang tentu saja mengenalnya. Bahkan sebagian dari mereka menyapa Nada dan dibalas dengan senyuman ramah."Pak Attar ada di tempat?" tanya Nada pada seorang wanita yang duduk di meja yang dulu ditempati Naura. Nada yakin wanita ini adalah pengganti Naura sebagai sekretaris Attar."Ada, Bu. Maaf, apa ibu sudah membuat janji?""Belum. Tolong sampaikan saja padanya Nada ingin bertemu.""Baik, Bu. Tunggu sebentar."Wanita itu menghubungi Attar dan memberitahu apa bahwa Nada ingin bertemu. Set

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status