Share

Kekuatan dan Kelemahan.

Setelah bergulingan selama enam putaran, Yan wei terhenti saat tubuhnya membentur batu. Yan Wei mencoba untuk berdiri.

Kepalanya terasa pening, semua di depan mata tampak seolah-olah bayangan saja.

Meskipun tidak ada rasa sakit dari tusukan di dadanya, serangan itu meninggalkan bekas yang mengguncangkan. Terlebih lagi, dia merasa sangat malu. Tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa Rong Guo, yang selalu menjadi korban bully, memiliki keterampilan pedang yang cukup untuk menjatuhkannya.

Dengan tadanya dua sahabatnya yang selalu setia mengikuti perintahnya, berdiri dan menyaksikan kekalahannya tadi, pikiran Yan Wei dipenuhi kekhawatiran, reputasinya yang akan hancur jika kabar ini tersebar.

Dalam amarahnya, Yan Wei mencabut sebilah pedang. Berbeda dengan pedang kayu yang digunakan Rong Guo, pedang ini adalah pedang sungguhan dan tampak berbahaya. Cahaya pedang itu berkilauan tertimpa sinar matahari, ketika Yan Wei menunjuknya ke arah Rong Guo dengan suara gemetar.

“Ternyata kamu punya sedikit kemampuan,” ucap Yan Wei dengan menggigil karena kemarahan. Suaranya semakin meninggi.

“Kamu berani bertindak arogan dan menghina aku di depan banyak orang seperti ini. Padahal baru sedikit belajar tentang keterampilan dari sekte Wudang kami. Kamu sudah terlalu percaya diri. Hari ini, aku akan menunjukkan padamu bagaimana teknik pedang sejati dari sekte ini!”

Setelah melemparkan kata-kata kemarahan itu, Yan Wei bergerak cepat seperti burung walet. Pedangnya melayang menggunakan teknik yang disebut Keterampilan Pedang Menebas Awan.

Gerakan Yan Wei menjadi semakin cekatan. Pedangnya meliuk-liuk dengan kilauan perak, menghasilkan desingan serupa angin. Sasarannya tidak main-main. Dia sungguh-sungguh ingin menghabisi Rong Guo.

Hanya dalam satu serangan saja, Rong Guo kini berada di bawah tekanan pedang Yan Wei.

Lagipula pedang yang digunakannya hanya berupa sebilah kayu, itu hanyalah bahan latihan yang sesuai untuk mengasah keterampilan. Dan itu sama sekali tidak berguna dalam menghadapi pedang sesungguhnya.

Ditambah lagi, keterampilan pedang yang digunakan Rong Guo hanyalah kelas dasar. Berbeda dengan keterampilan pedang Yan Wei—Pedang Menebas Awan. Seni pedang yang dikuasai Yan Wei termasuk dalam Kumpulan Seni Bela Diri dan Keterampilan Pedang peringkat satu di Sekte Wudang.

PANG!

Tebasan pertama dari Pedang Menebas Awan milik Yan Wei langsung menghantam ujung pedang kayu Rong Guo. Pedang Yan wei langsung terpapas.

Kekuatan yang dikerahkan oleh Yan Wei mengandung hawa murni. Namun, setiap gerakan yang dilakukan terlihat sangat berbahaya, penuh ancaman.

Berbeda dengan gerakan pedang yang dilakukan oleh Rong Guo. Meskipun Rong Guo mahir dalam memainkan seni pedang, keterampilannya masih pada tingkat dasar. Setiap serangan yang dia lakukan tidak memancarkan energi sama sekali, karena dia tidak mampu mengerahkan hawa murni untuk memperkuat serangannya.

Pertarungan berlanjut. Tubuh Yan wei lenyap dalam kilatan pedang berwarna putih. Sedangkan Rong Guo berulangkali menundauk dan melompat menghindar. Nyata disini siapa yang diatas angin.

Kenyataan, hanya dalam tiga serangan pedang, Rong Guo sudah terdesak. Tubuhnya sudah lemas, dan yang tersisa hanyalah gagang pedang.

Sebaliknya Yan Wei semakin berbahaya, wajahnya penuh dengan keganasan. Kilatan cahaya putih dari pedangnya membuatnya terlihat seperti seorang ahli.

“Rasakan pembalasanku. Kali ini, kamu harus menyerah!” ujar Yan Wei dengan tegas.

Meskipun terdesak, Rong Guo tidak berniat menyerah. Dia memiliki harga diri yang tinggi dan tekad yang kuat.

Ketika pedang di tangan Yan Wei semakin cepat bergerak, keadaan Rong Guo terlihat sangat mengenaskan. Bajunya telah compang camping akibat angin pedang. Ada banyak luka goresan di seluruh tubuhnya, termasuk di wajahnya.

“Anak bodoh. Mengaku kalah saja!” teriak Tang Wu Xie dari sisi penonton. Gadis kecil ini berkacak pinggang dengan angkuh.

“Ayo, Yan Wei, jangan kendor. Buat anak itu cacat. Putuskan nadi di kedua tangannya! Biarkan dia semakin menderita dan menjadi bahan hinaan!” teriak Huo Shi ikut memanais.

Entah mengapa Yan Wei dan dua kawanannya sangat membenci Rong Guo, padahal Rong Guo tidak pernah berbuat kesalahan. Rong Guo adalah seorang murid biasa dari kelompok yang disebut murid pelataran luar.

Murid pelataran luar dianggap tidak terlalu penting. Mereka hanya memiliki kesempatan untuk naik tingkat jika menunjukkan bakat yang luar biasa, dan itu bisa terjadi jika beberapa penatua memperhatikan mereka dan menunjuk mereka menjadi murid pelataran dalam. Pada saat menjadi murid pelataran dalam, Itu adalah saat mereka akan menerima pelatihan yang sesungguhnya dari Sekte Wudang.

Jadi jelas disini, Rong Guo masih berada di bagian murid pelataran luar, di mana keterampilan dan seni pedang yang dia pelajari hanya tingkat dasar belaka.

Pada saat itu, keributan yang terjadi telah memancing banyak orang berkumpul. Bukan hanya murid pelataran luar yang lokasi kediaman mereka di sekitar hutan bambu itu, tapi juga telah memancing murid murid dari pelataran dalam untuk datang menonton.

Semakin banyak murid dari Sekte Wudang yang berkumpul untuk menyaksikan pertarungan itu, Semakin banyak pula komentar yang terdengar keluar.

“Ayo, hajar bocah itu!”

“Buat dia semakin tidak berarti!”

“Putuskan saraf-sarafnya saja!”

Itulah suara-suara yang dilontarkan oleh murid-murid yang menonton kejadian itu. Mereka umumnya berasal dari murid pelataran dalam, sombong dan angkuh karena merasa istimewa. Bagi mereka, murid-murid pelataran luar tidak lebih dari sekelompok semut yang tidak berarti.

Sementara murid murid pelataran luar semuanya hanya diam dan memandang dengan iba. Tapi tak ada yang berani membantu Rong Guo. Yan wei adalah anak Wakil Pemimpin Sekte, siapa yang berani dengannya?

Kembali di arena dadakan, tempat kejadian aksi, dua anak sedang bertarung.

“Mengaku bersalah, berlutut, dan berjalan seperti anjing melewati kakiku!” dengan sorot mata tajam berapi-api, Yan Wei menunjuk pedangnya ke arah Rong Guo. “Jika tidak, jangan salahkan tuan muda ini jika menghancurkanmu!”

Tetapi Rong Guo, yang merasa tidak bersalah, sama sekali tidak ingin mengaku kalah.

“Aku tidak bersalah. Jadi, mengapa aku harus mengaku kalah?” Wajah Rong Guo menampakkan raut kanak-kanak yang merasa tidak bersalah, yang semakin memancing amarah Yan Wei.

“Tidak tahu diri. Sekarang, terimalah nasibmu!”

Dengan siulan bernada tinggi, tubuh Yan Wei bergerak cepat. Pedang di tangannya ditusukkan ke arah Rong Guo. Suara pedang terdengar berdesing, cahaya kilat berwarna putih tampak berkelebat siap memusnahkan Rong Guo.

Apakah tindakan kejam Yan Wei ini akan berhasil? Tidak adakah seorang pun yang berbelas kasihan terhadap Rong Guo?

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lafiza
Hm, jadi penasaran bagaimana caranya Rong Guo bisa lolos
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status