Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Kekuatan dan Kelemahan.

Share

Kekuatan dan Kelemahan.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-02-15 15:47:13

Setelah bergulingan selama enam putaran, Yan wei terhenti saat tubuhnya membentur batu. Yan Wei mencoba untuk berdiri.

Kepalanya terasa pening, semua di depan mata tampak seolah-olah bayangan saja.

Meskipun tidak ada rasa sakit dari tusukan di dadanya, serangan itu meninggalkan bekas yang mengguncangkan. Terlebih lagi, dia merasa sangat malu. Tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa Rong Guo, yang selalu menjadi korban bully, memiliki keterampilan pedang yang cukup untuk menjatuhkannya.

Dengan tadanya dua sahabatnya yang selalu setia mengikuti perintahnya, berdiri dan menyaksikan kekalahannya tadi, pikiran Yan Wei dipenuhi kekhawatiran, reputasinya yang akan hancur jika kabar ini tersebar.

Dalam amarahnya, Yan Wei mencabut sebilah pedang. Berbeda dengan pedang kayu yang digunakan Rong Guo, pedang ini adalah pedang sungguhan dan tampak berbahaya. Cahaya pedang itu berkilauan tertimpa sinar matahari, ketika Yan Wei menunjuknya ke arah Rong Guo dengan suara gemetar.

“Ternyata kamu punya sedikit kemampuan,” ucap Yan Wei dengan menggigil karena kemarahan. Suaranya semakin meninggi.

“Kamu berani bertindak arogan dan menghina aku di depan banyak orang seperti ini. Padahal baru sedikit belajar tentang keterampilan dari sekte Wudang kami. Kamu sudah terlalu percaya diri. Hari ini, aku akan menunjukkan padamu bagaimana teknik pedang sejati dari sekte ini!”

Setelah melemparkan kata-kata kemarahan itu, Yan Wei bergerak cepat seperti burung walet. Pedangnya melayang menggunakan teknik yang disebut Keterampilan Pedang Menebas Awan.

Gerakan Yan Wei menjadi semakin cekatan. Pedangnya meliuk-liuk dengan kilauan perak, menghasilkan desingan serupa angin. Sasarannya tidak main-main. Dia sungguh-sungguh ingin menghabisi Rong Guo.

Hanya dalam satu serangan saja, Rong Guo kini berada di bawah tekanan pedang Yan Wei.

Lagipula pedang yang digunakannya hanya berupa sebilah kayu, itu hanyalah bahan latihan yang sesuai untuk mengasah keterampilan. Dan itu sama sekali tidak berguna dalam menghadapi pedang sesungguhnya.

Ditambah lagi, keterampilan pedang yang digunakan Rong Guo hanyalah kelas dasar. Berbeda dengan keterampilan pedang Yan Wei—Pedang Menebas Awan. Seni pedang yang dikuasai Yan Wei termasuk dalam Kumpulan Seni Bela Diri dan Keterampilan Pedang peringkat satu di Sekte Wudang.

PANG!

Tebasan pertama dari Pedang Menebas Awan milik Yan Wei langsung menghantam ujung pedang kayu Rong Guo. Pedang Yan wei langsung terpapas.

Kekuatan yang dikerahkan oleh Yan Wei mengandung hawa murni. Namun, setiap gerakan yang dilakukan terlihat sangat berbahaya, penuh ancaman.

Berbeda dengan gerakan pedang yang dilakukan oleh Rong Guo. Meskipun Rong Guo mahir dalam memainkan seni pedang, keterampilannya masih pada tingkat dasar. Setiap serangan yang dia lakukan tidak memancarkan energi sama sekali, karena dia tidak mampu mengerahkan hawa murni untuk memperkuat serangannya.

Pertarungan berlanjut. Tubuh Yan wei lenyap dalam kilatan pedang berwarna putih. Sedangkan Rong Guo berulangkali menundauk dan melompat menghindar. Nyata disini siapa yang diatas angin.

Kenyataan, hanya dalam tiga serangan pedang, Rong Guo sudah terdesak. Tubuhnya sudah lemas, dan yang tersisa hanyalah gagang pedang.

Sebaliknya Yan Wei semakin berbahaya, wajahnya penuh dengan keganasan. Kilatan cahaya putih dari pedangnya membuatnya terlihat seperti seorang ahli.

“Rasakan pembalasanku. Kali ini, kamu harus menyerah!” ujar Yan Wei dengan tegas.

Meskipun terdesak, Rong Guo tidak berniat menyerah. Dia memiliki harga diri yang tinggi dan tekad yang kuat.

Ketika pedang di tangan Yan Wei semakin cepat bergerak, keadaan Rong Guo terlihat sangat mengenaskan. Bajunya telah compang camping akibat angin pedang. Ada banyak luka goresan di seluruh tubuhnya, termasuk di wajahnya.

“Anak bodoh. Mengaku kalah saja!” teriak Tang Wu Xie dari sisi penonton. Gadis kecil ini berkacak pinggang dengan angkuh.

“Ayo, Yan Wei, jangan kendor. Buat anak itu cacat. Putuskan nadi di kedua tangannya! Biarkan dia semakin menderita dan menjadi bahan hinaan!” teriak Huo Shi ikut memanais.

Entah mengapa Yan Wei dan dua kawanannya sangat membenci Rong Guo, padahal Rong Guo tidak pernah berbuat kesalahan. Rong Guo adalah seorang murid biasa dari kelompok yang disebut murid pelataran luar.

Murid pelataran luar dianggap tidak terlalu penting. Mereka hanya memiliki kesempatan untuk naik tingkat jika menunjukkan bakat yang luar biasa, dan itu bisa terjadi jika beberapa penatua memperhatikan mereka dan menunjuk mereka menjadi murid pelataran dalam. Pada saat menjadi murid pelataran dalam, Itu adalah saat mereka akan menerima pelatihan yang sesungguhnya dari Sekte Wudang.

Jadi jelas disini, Rong Guo masih berada di bagian murid pelataran luar, di mana keterampilan dan seni pedang yang dia pelajari hanya tingkat dasar belaka.

Pada saat itu, keributan yang terjadi telah memancing banyak orang berkumpul. Bukan hanya murid pelataran luar yang lokasi kediaman mereka di sekitar hutan bambu itu, tapi juga telah memancing murid murid dari pelataran dalam untuk datang menonton.

Semakin banyak murid dari Sekte Wudang yang berkumpul untuk menyaksikan pertarungan itu, Semakin banyak pula komentar yang terdengar keluar.

“Ayo, hajar bocah itu!”

“Buat dia semakin tidak berarti!”

“Putuskan saraf-sarafnya saja!”

Itulah suara-suara yang dilontarkan oleh murid-murid yang menonton kejadian itu. Mereka umumnya berasal dari murid pelataran dalam, sombong dan angkuh karena merasa istimewa. Bagi mereka, murid-murid pelataran luar tidak lebih dari sekelompok semut yang tidak berarti.

Sementara murid murid pelataran luar semuanya hanya diam dan memandang dengan iba. Tapi tak ada yang berani membantu Rong Guo. Yan wei adalah anak Wakil Pemimpin Sekte, siapa yang berani dengannya?

Kembali di arena dadakan, tempat kejadian aksi, dua anak sedang bertarung.

“Mengaku bersalah, berlutut, dan berjalan seperti anjing melewati kakiku!” dengan sorot mata tajam berapi-api, Yan Wei menunjuk pedangnya ke arah Rong Guo. “Jika tidak, jangan salahkan tuan muda ini jika menghancurkanmu!”

Tetapi Rong Guo, yang merasa tidak bersalah, sama sekali tidak ingin mengaku kalah.

“Aku tidak bersalah. Jadi, mengapa aku harus mengaku kalah?” Wajah Rong Guo menampakkan raut kanak-kanak yang merasa tidak bersalah, yang semakin memancing amarah Yan Wei.

“Tidak tahu diri. Sekarang, terimalah nasibmu!”

Dengan siulan bernada tinggi, tubuh Yan Wei bergerak cepat. Pedang di tangannya ditusukkan ke arah Rong Guo. Suara pedang terdengar berdesing, cahaya kilat berwarna putih tampak berkelebat siap memusnahkan Rong Guo.

Apakah tindakan kejam Yan Wei ini akan berhasil? Tidak adakah seorang pun yang berbelas kasihan terhadap Rong Guo?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ahmad Ilp
wow cerita nya sangat seru
goodnovel comment avatar
Djoe Zainal
Aku Ikut cerita ini
goodnovel comment avatar
Lafiza
Hm, jadi penasaran bagaimana caranya Rong Guo bisa lolos
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status