Share

Warisan Artefak Kuno
Warisan Artefak Kuno
Penulis: Jimmy Chuu

Tekad Rong Guo.

"Tebasan Pedang Angin!" seru seorang anak kecil berusia 8 tahun, memberi semangat pada dirinya sendiri di tengah latihan seni pedang. Saat ini, dia berlatih di hutan bambu mini yang terletak di belakang Sekte Wudang.

Anak kecil itu bernama Rong Guo. Hutan bambu mini tersebut merupakan bagian dari wilayah Sekte Wudang, salah satu sekte terkuat di Kerajaan Yue Chan.

Sejak pagi tadi, Rong Guo telah asyik berlatih teknik pedang yang dikenal sebagai Sembilan Langkah Pedang Angin, teknik dasar yang harus dikuasai oleh semua murid di Sekte Wudang.

Namun, kondisi fisik Rong Guo sangat menyedihkan.

Sejak kecil, ia tidak pernah memiliki kekuatan dalam tubuhnya. Rong Guo lahir tanpa inti Mutiara, sumber penghimpun energi di pusat tubuh manusia yang dibutuhkan bagi siapa pun yang ingin menekuni jalur kultivasi dan bela diri.

Tanpa inti Mutiara, meskipun dia berlatih pedang seribu tahun sekalipun, semua gerakan itu hanya akan terlihat indah, tapi tidak berdaya. Rong Guo bisa dikatakan lahir dengan cacat bawaan, dan berbakat menjadi manusia biasa seumur hidupnya.

Saat ini, matahari telah berada di atas kepala. Keringat telah membasahi tubuh Rong Guo, namun dia belum menghentikan latihannya.

“Aku harus terus berusaha. Meskipun tidak memiliki hawa murni, setidaknya berlatih pedang seperti ini akan memberikan manfaat kelak!” pikir Rong Guo dengan tekad yang kuat.

Tiba-tiba, terdengar suara yang menghentikan pelatihannya.

"Cih! Sia-sia saja kamu berlatih pedang semacam itu. Kamu hanya akan membuang buang waktu dengan mengayunkan pedang, menghabiskan sumber daya sekte, sementara tubuh kamu tidak menghasilkan hawa murni! Gerakanmu indah, tapi tidak bermakna!”

Rong Guo terkejut. Dia tidak ingin menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang berbicara. Tanpa perlu melihat, dia tahu itu pasti suara Yan Wei.

Yan Wei adalah anak tunggal dari wakil pemimpin Sekte Wudang, lebih tua dari Rong Guo. Meski berusia 11 tahun, dia senang mengganggu Rong Guo. Selain perlakuan kasar dan ejekan yang pernah dialamatkan padanya, Rong Guo juga telah beberapa kali dipukuli oleh Yan Wei hingga babak belur, semuanya karena ketidakmampuannya mengumpulkan hawa murni saat berlatih seni bela diri.

Masih terus mengayunkan pedangnya dalam gerakan indah, Rong Guo berpura-pura tidak peduli.

"Hei, Rong Guo! Apa kamu tuli? Aku sudah memanggilmu beberapa kali, tapi kamu pura-pura tak mendengarkan!" teriak Yan Wei dengan nada marah. Saat ini, Yan Wei duduk di atas batu-batu cadas, yang banyak di bagian belakang sekte.

Sekte Wudang adalah sekte yang berlokasi di Gunung Wudang, yakni pegunungan di sisi Barat Kerajaan Yue Chan.

Melihat Rong Guo yang tidak peduli, tetap berlatih pedang di bawah sana, seorang gadis bernama Tang Wu Xie (8 tahun) memanas-manasi Yan Wei. "Baiklah, Kakak Wei, kenapa kamu tidak memukulnya? Rong Guo ini sungguh tidak punya rasa malu, masih saja berkeras berani berlatih pedang, padahal tidak memiliki inti Mutiara. Semua sumber daya sekte, hanya sia-sia ditangannya!"

Pada saat itu, Yan Wei telah melompat dari batu yang ia duduki, sekarang berada kira-kira sepuluh langkah dari tempat Rong Guo berlatih pedang.

Suara desingan pedang kayu masih terdengar, ketika itu Rong Guo terus mengayunkan pedang kayunya.

"Baiklah, mari kita pukul dia seperti biasa!" Suara seorang anak kecil lainnya bergabung, mengikuti keramaian. Dia bernama Huo Shi, usianya 10 tahun.

Yan Wei, Tang Wu Xie, dan Huo Shi ini adalah tiga sekawan. Mereka sangat suka membully Rong Guo.

Ketika Rong Guo terus asyik berlatih pedang, tiba-tiba terdengar siulan, disusul serangan tinju yang dilancarkan Yan Wei.

“Bodoh! Masih berkeras berlatih beladiri! Hari ini aku akan mematahkan tanganmu!”

Yan Wei tampak melompat indah dalam gerakan meringankan tubuh sesuai Teknik Burung Walet menyambar. Tangannya membentuk tinju yang disebut Tinju Petir.

Meski masih muda, tinju yang dilatih Yan Wei sudah mampu menghancurkan batu, seukuran anak kambing.

“Rasakan hantaman!” teriak Tang Wu Xie tanpa rasa kasihan, ketika melihat tubuh Yan Wei berkelebat dengan suara tinju seperti air mengalir.

“Dia pasti mati, setidaknya akan cacat seumur hidup!” desis Huo Shin dengan mata berbinar.

Entah mengapa, kelompok tiga anak ini sangat membenci Rong Guo. Padahal, Rong Guo tidak pernah berbuat kesalahan terhadap mereka. Keinginan untuk menindas yang lemah, yang merasuk di jiwa anak-anak itu. Hal ini mungkin dipengaruhi prinsip di Kerajaan Yue Chuan: "Tetaplah menjadi kuat dan perkasa, karena yang kuat akan menindas yang lemah!"

Saat empat pasang mata menunggu-nunggu Rong Guo terpelanting terkena hantaman Tinju Petir Yan Wei, tiba-tiba saja sesuatu yang aneh terjadi.

Dengan gerakan yang lincah dan sangat gesit, Rong Guo memutar pedang kayu di tangannya. Bunyi pedang terdengar berdecit, seolah-olah memiliki kekuatan hawa murni.

“Ini – ini.. bagaimana bisa terjadi? Bukankah dia tidak bisa menghimpun hawa murni?” teriak Tang Wu Xie dan Huo Shi bersamaan.

Namun, yang menarik terjadi pada Yan Wei.

Ketika ujung pedang Rong Guo berputar, dengan ajaib seperti gaya seorang yang sangat ahli dalam bermain pedang, Rong Guo menggeser arah mata pedang kayu. Tiba-tiba gerakan pedang terkunci di dada Yan Wei.

“Celaka! Bagaimana bisa dia setangkas ini?” Yan Wei mengeluh pelan.

Tinju dan pedang adalah dua teknik yang berbeda.

Tinju mengandalkan jarak pendek, sementara pedang dari jarak lebih jauh.

Tentu saja sebelum Tinju Petir itu menghantam Rong Guo, ujung pedang kayu telah lebih dahulu menusuk ke dada Yan Wei.

Boom!

Yan Wei terdorong mundur, ia lalu jatuh bergulingan karena kehilangan keseimbangan.

Tang Wu Xie dan Huo Shi terbelalak tidak percaya. “Mungkinkah Rong Guo ini memiliki kecepatan gerak seperti ahli pedang, yang sudah berlatih puluhan tahun?”

Bersambung.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Lafiza
Wew, menimbulkan tanda tanya besar
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
Gas update, Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status