Viano selalu menjadi orang yang paling awal bangun di pagi hari. Tidak ada yang pernah melihatnya datang terlambat, kecuali ada situasi darurat. Setiap hari, ia selalu menjadi orang pertama yang tiba di kantor, bahkan sebelum para karyawannya. Itulah sebabnya, tidak ada seorang pun di Gold Corporation yang berani datang terlambat.
Hari ini, suasana hati Viano tampak kurang baik.
Alasan yang pasti tidak diketahui, namun Raja--anak tunggal Viano--terus merengek tanpa henti. Bahkan saat Viano berada di kantor, Raja masih terus menghubunginya untuk merengek.
"Raja, Ayah harus bekerja, Nak," ucap Viano.
"Ayah selalu bekerja, tidak pernah peduli dengan Raja," balas Raja.
Viano yang berada di dalam lift menghela napas panjang. Bagaimana mungkin ia tidak peduli dengan anaknya?
"Nanti kalau Ayah ada waktu, kita pergi ke luar negeri ya, Sayang. Sekarang, Ayah benar-benar sibuk," ucap Viano.
Terdengar bunyi dentingan pintu lift. Viano melangkah keluar dari lift, sekarang ia berada di lantai paling atas kantornya.
Meski tidak ada percakapan lagi, ia masih bisa mendengar isak tangis Raja dari seberang sana. Ketika anaknya menangis, hatinya terasa gundah.
"Oke, Sayang, jangan nangis. Papa berjanji, minggu ini akan menemanimu ke sekolah," ucap Viano.
Belum sempat menyelesaikan percakapannya, sesuatu yang basah menyentuh sepatunya. Viano mengernyit, "Astaga! Siapa yang melakukan ini?"
Ia mengibas-ngibaskan celana panjangnya yang kini basah dan kotor.
"Bapak!" Nesta terkejut.
"Kamu lagi!" Viano menunjuk Nesta. "Setelah kopi panas, sekarang alat pel. Besok apa lagi!"
Nesta menggeleng, mengaku tidak sengaja. Semua ini terasa begitu familiar, hampir seperti mimpi.
Ya, seperti deja vu. Kepalanya hampir pecah pagi ini, karena mimpi dicium Viana.
Tidak! Nesta tidak mau jika Viana menciumnya.
Ia bersiap-siap, siap melawan jika si bos berbuat sembarangan.
"Bukannya saya sudah memberitahu kamu untuk menjaga jarak dengan saya. Karena kamu tahu apa?" ucap Viano.
Nesta mendengus. Apakah Viano ini sadar atau tidak?
Siapa yang ingin mendekatinya!
Nesta merasa kesal sendiri.
"Setiap kali bertemu denganmu, saya selalu mendapat kesialan!"
Perasaannya sama, Pak!
Namun, sebagai anak buah, Nesta harus mengalah. Dia meminta maaf, seperti yang seharusnya.
"Saya minta maaf, Pak," ucap Nesta sambil membungkuk, berharap Viano akan percaya bahwa dia benar-benar tulus.
Viano menatapnya dengan tatapan tajam. "Sepertinya, saya harus memberikan hukuman untukmu."
Tidak mungkin!
Nesta menggeleng cepat. "Tolong, Pak," katanya sambil mundur satu langkah.
Viano mengernyitkan alisnya. "Kamu mau lari ke mana pun, kamu tetap harus menerima hukumannya!"
Apa! Ternyata si bos ini memiliki pikiran yang kotor, membuat Nesta semakin khawatir.
Dia memutuskan untuk tutup mulut dan melindungi diri.
"Bapak boleh memberikan hukuman apa saja, tapi jangan meminta hal yang itu."
"Minta hal yang apa?" Viano tampak bingung.
"Saya tahu apa yang ada di pikiran Bapak. Hanya saja, Bapak harus tahu, meski saya perempuan miskin dan jelek di mata Bapak, saya masih memiliki harga diri. Meski Bapak termasuk pria tampan, bukan berarti saya bisa diperlakukan sembarangan."
Nesta berbicara panjang lebar, sayangnya Viano tampak tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
"Apa yang sedang kamu bicarakan?"
"Saya tahu apa yang ada di pikiran Bapak."
"Memang apa yang ada di pikiran saya?" Viano mulai merasa gerah. "Kamu terlalu percaya diri."
Ketika Viano maju satu langkah, Nesta mundur lagi. Andai saja Viano bukan bosnya, dia pasti sudah memukulnya dengan alat pel.
"Pak, tolong. Meski di sini sepi, bukan berarti Bapak bisa mencium saya sembarangan."
"Apa!" Viano terkejut.
"Saya bisa berteriak sekeras mungkin jika Bapak berani berbuat sembarangan!" Nesta kemudian ingat bahwa dia masih memegang alat pel. "Bahkan saya berani memukul Bapak dengan ini." Dia menunjukkan gagang alat pel yang dia pegang.
Plak!
Viano memukul Nesta dengan tas kerja yang dia bawa.
"Kurang ajar kamu, berpikir seperti itu tentang saya!"
Nesta meringis kesakitan.
"Kamu pikir saya tertarik dengan gadis seperti kamu?" Viano memandang Nesta dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Tidak ada yang menarik!
"Jika saya ingin mencium seorang wanita, saya hanya akan mencium istri saya sendiri. Saya tidak akan mencium wanita lain, selain istri saya."
Nesta terdiam. Mimpi semalam membuatnya menjadi paranoid.
Viano menarik lengan Nesta, mendekatkannya.
"Ingin tahu apa yang saya pikirkan tentangmu?"
Nesta mendelik ketika Viano berada di sampingnya, sementara pria itu semakin mempererat cengkramannya.
"Saya tidak pernah menyukai wanita yang mengakui dirinya jelek dan miskin." Kemudian, Viano melemparkan tubuh Nesta.
Pria berlidah tajam itu berlalu begitu saja.
Nesta menoleh ke arah Viano yang pergi.
"Bos sombong! Hati-hati kalau kena karma!" dia mengutuk.
Viano terus berjalan.
Tanpa menoleh ke arah Nesta, dia berkata, "Hari ini, kamu telah melanggar aturan. Sebagai hukumannya, gaji kamu akan dipotong sebesar 20%." Setelah itu, dia terus berjalan.
Nesta ingin menjerit.
Bos yang menjengkelkan!
Pada detik ini, dia menyatakan perang dengan bos sombong yang paling menyebalkan di dunia, yang juga merupakan atasannya.
Nesta kesal. Bayangkan saja, jika setiap kali dia membuat kesalahan, gajinya dipotong 20%--lima kali kesalahan dan gajinya akan habis.Situasi semakin memburuk dengan adanya kontrak kerja yang menyatakan bahwa dia tidak dapat mengundurkan diri sebelum masa kerjanya berakhir. Jika melanggar, denda yang harus dibayarkan adalah tiga kali lipat gaji.Nesta ingin sekali meninggalkan kantor yang tidak manusiawi ini.Dia mengingat bahwa nanti jam 10.00 ada rapat pimpinan. Itu berarti Nesta memiliki kesempatan untuk membalas Viano.Tunggu saja, bos sombongnya itu akan merasakan akibatnya!Dia tidak peduli jika dipecat. Lebih baik dipecat daripada menjadi budak di sini. Masih banyak tempat kerja lain yang mau menerima Nesta. Lagipula, dia bisa mendapatkan uang pesangon yang cukup besar.Saat merencanakan hal itu, Nesta tanpa sadar tersenyum sendiri. Semakin dia membayangkannya, semakin seru. Viano akan 'tumbang' kali ini.Lusi, yang baru tiba di kantor, merasa heran melihat tingkah Nesta. Offi
Setelah dua minggu bekerja, Nesta pikir dia mampu bertahan. Namun, kondisi fisiknya menunjukkan sebaliknya. Stres yang dialaminya membuat dia mengalami sariawan dan sakit gigi. Rencananya, hari ini dia ingin izin tidak masuk kerja. Sebab, jika dia bekerja dengan kondisi seperti ini, Viano pasti akan marah.Dia pun menghubungi Ivan untuk meminta izin. "Pak saya tidak ke kantor karena sakit.""Sakit?" Ivan terdengar bingung. "Kamu sakit apa?""Sariawan dan sakit gigi, Pak. Lumayan kronis.""Kamu sudah periksa ke dokter?" tanya Ivan."Belum, Pak. Saya baru mau periksa," jawab Nesta.Ivan berkata, "Hari ini Pak Viano ada rapat di luar kantor, jadi saya bisa kasih izin ke kamu. Tapi, kalau besok kamu masih sakit, kamu harus membawa surat dokter.""Iya, Pak. Saya akan segera bekerja lagi setelah sakit gigi saya sembuh," ujar Nesta."Sakit giginya parah?"Sebelum menjawab, Nesta cepat-cepat mengambil cermin. Pipinya bengkak karena sakit gigi. "Ya, cukup parah, Pak. Pipi saya sampai bengkak,"
Sekarang, Nesta merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan dengan anak kecil itu. Membiarkannya sendirian tentu bukan pilihan. Mereka berdua duduk di trotoar, dan Nesta khawatir mereka akan dianggap sebagai pengemis. Wajah Raja tampak pesimis. Nesta bertanya-tanya seberapa besar masalah yang dihadapi anak sekecil itu.Saat Nesta sedang memikirkan hal itu, seorang ibu yang lewat menegurnya. Ibu tersebut mengkritiknya karena seharusnya dia mengantar anak itu ke sekolah, bukan duduk di trotoar. Nesta merasa kesal. Dia berpikir bahwa besok dia harus memutar lagu Beyonce dengan volume keras saat berjalan, lagu yang liriknya berbunyi; "I'm a single lady, I'm a single lady". Artinya, dia masih lajang!Raja tampaknya memanfaatkan situasi ini. Dia benar-benar meminta Nesta untuk mengantarnya ke sekolah. Nesta merasa bingung, kenapa Raja kabur dari sekolah dengan memakai seragam jika dia ingin diantar ke sekolah?Namun, itu bukan masalah utama. Nesta tidak mungkin mengantar Raja ke sekolah
Wah, parah. Demi Tuhan sejagat alam raya. Pemilik siang dan malam, yang mengatur rotasi dan revolusi bumi ....Itu yang sama Raja, si Viano?Aduh, Nesta jadi kepikiran soal semua yang dia bilang ke Raja. Apakah anak itu akan melaporkannya kepada ayahnya? Apakah Nesta harus melarikan diri sekarang?Namun, semakin lama mereka semakin dekat. Nesta merasa harus bersiap menghadapi semburan amarah Viano yang mungkin segera datang."Ayah, kenapa melaporkan Kak Nesta ke satpam?" Raja yang sedang dituntun Viano protes."Aku tidak tahu kamu bersama dia." Viano tampaknya tidak suka menyebut nama Nesta. Dia berpikir Raja bersama dengan penculik.Meski dari kejauhan, Nesta bisa merasakan tatapan marah Viano. Dia tahu pasti itu adalah Viano, bosnya yang gila itu!Raja bersungut-sungut, meminta Viano untuk minta maaf kepada Nesta. Meski dia masih anak-anak, Raja tahu bagaimana rasanya ketika sudah menolong seseorang, tetapi malah dituduh sebagai penculik. Ayahnya benar-benar memiliki tingkat kecuri
Nesta telah menyelesaikan semua tugasnya, mulai dari menyapu lantai, mengepel, hingga membersihkan kaca. Sekarang, saatnya istirahat sejenak sambil melihat gosip terbaru.Nesta adalah anggota grup chat yang khusus membahas idola Korea. Dia sangat menyukai Kai dari EXO. Tidak hanya Kai, dia juga menyukai Suho, Sehun, dan bahkan aktor termahal, Kim Soo Hyun. Sebenarnya, dia menyukai semua pria Korea yang tampan, berkulit putih, dan berpenampilan menawan.Baru saja dia membuka grup chatnya, dia mendengar gosip bahwa idola kesayangannya sedang berkencan dengan salah satu anggota girl band. Hatinya merasa panas, idola imajinasinya kini memiliki kekasih. Meski hanya dalam imajinasi, perasaan cintanya sudah sangat dalam. Namun, Nesta masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menghujat sembarangan. Dia adalah penggemar, tapi bukan penggemar yang begitu bodoh hingga rela berkelahi demi idola."Suamiku!" Nesta mendekap ponselnya. "Kamu tega, selingkuh dariku." Monolog sendiri, wajar kalau Lu
Dua hari setelah mereka berbagi hidangan bersama, Viano memberikan nomor telepon Raja kepada Nesta. Meskipun hatinya telah berjanji tidak akan berurusan lagi dengan gadis yang menurutnya aneh itu, apa boleh buat. Raja tampaknya senang memiliki teman baru.Lebih-lebih, teman barunya kali ini adalah sosok yang telah lama dicarinya. Sejak dulu, Raja penasaran bagaimana rasanya ditemani oleh seorang wanita dewasa yang bukan saudaranya.Viano memang tidak pernah mengungkapkan identitas ibu kandung Raja. Saat ditanya, dia selalu menjawab bahwa Raja akan diberitahu saat sudah dewasa. Menurut Raja, itu terlalu lama. Sejak teman-temannya di taman kanak-kanak sering diantar oleh ibunya, Raja mulai merenung tentang sosok ibu. Sayangnya, Raja tidak pernah melihat Viano bersama seorang wanita.Memang, Viano pernah terlihat bersama Lusi. Namun, Raja tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai teman lama Viano itu. Lusi pernah memandang Raja dengan marah saat dia tanpa sengaja menumpahkan air ke gaun
Viano turun dari mobil dengan tergesa-gesa dan masuk ke rumah. Ketika sampai di ruang tamu, dia menemukan Garseta tengah duduk dengan kaki disilangkan dan menikmati secangkir teh hangat."Ma?" Sambil masih menarik napas, dia menyapa."Kamu tergesa-gesa, Vi?" Ucapan perempuan paruh baya di hadapannya terdengar sindiran.Viano mengatur napasnya, melonggarkan dasinya sebelum duduk di hadapan ibunya."Mama ada perlu apa ke sini?""Menunggu putra kesayangan pulang." Garseta yakin, Viano tahu kalau sekadar berkunjung bukan alasan sebenarnya."Kita tidak perlu basa-basi, Ma. Ada keperluan apa Mama datang ke sini?""Besok Mama ada acara makan siang dengan kolega bisnis. Lusi juga akan datang."Viano tahu, ujungnya bagaimana."Lusi akan datang juga!" Garseta menandaskan.Viano menggeram, tadinya dia pkir akan ada urusan mendesak. Ternyata perkara sepele."Mama bisa telepon-""Telepon?" Nada bicara Garseta meninggi. "Mama bukan cuma mau sampaikan itu aja, Vi!"Viano menegang."Mama mau besok ka
Jika boleh, Nesta ingin menggerutu, mengomel, dan mengumpat pagi ini. Apa benar ada bos yang meminta karyawannya untuk lembur mendadak pada hari Minggu? Hari di mana orang-orang biasanya bersantai di rumah, menonton drama Korea."Oppa, aku tidak bisa bertemu denganmu hari ini," keluh Nesta pada ponselnya, seolah-olah ponsel itu dapat merasakan kesedihannya. Tiba-tiba, pesan masuk dari Viano: "Saya akan membayar lemburmu tunai hari ini." Nesta merengut. Palingan juga, hanya dua ratus ribu, tidak sebanding dengan wajah tampan Oppa. Namun, pesan berikutnya dari Viano membuat matanya hampir terbelalak: "Saya akan membayar tiga juta untuk lemburmu!" "Wah, gila parah!" Nesta hampir berteriak membaca kata tiga juta. Bagi orang miskin yang berobat dengan bantuan pemerintah, tiga juta itu sangat besar. Tanpa berpikir dua kali, ia langsung menjawab, 'ya'.•°•Lembur apa ini? Kenapa Nesta malah disuruh ke mall pagi-pagi begini -- jam delapan -- toko-tokonya saja belum buka. Apakah Nesta akan