Beranda / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 6: Kisah Cinta Kucing Hitam dan Kucing Jelmaan

Share

Bab 6: Kisah Cinta Kucing Hitam dan Kucing Jelmaan

Penulis: D.Arluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 20:57:33

Pagi itu, WarKoDuBa kembali sibuk dengan aktivitas biasa: menyeduh, menyapu, dan menyaksikan keanehan-keanehan kecil yang sudah jadi rutinitas. Toyo sedang mengepel lantai sambil menyenandungkan lagu anak-anak, Randi duduk di pojok mengedit video berjudul “5 Jenis Arwah yang Suka Ngutang”, dan Dimas… berdiri di depan rak bumbu, tampak bingung mencari kayu manis.

“Mas Dimas,” panggil Toyo sambil menunjuk ke arah jendela. “Itu… ada kucing hitam, dari tadi duduk di depan pintu. Nggak bergerak."

Dimas melongok. Seekor kucing hitam, berbulu lebat dan bermata kuning terang, duduk tenang di depan pintu WarKoDuBa. Tatapannya tidak seperti kucing biasa. Ada sesuatu yang… terlalu sadar.

Karina muncul dari dapur, melayang sambil mengeringkan rambut panjangnya. “Itu bukan kucing biasa. Aku kenal dia.”

“Kenal? Dia mantan kamu juga?” celetuk Randi sambil tetap fokus di laptop.

Karina tersenyum miring. “Bukan. Tapi dia… dulu pernah tinggal di dunia bawah. Namanya Arlo. Dulu dia penjaga pintu antara dunia roh dan dunia manusia. Tapi suatu hari, dia jatuh cinta pada seekor kucing betina. Dan sejak itu… dia lebih sering di dunia manusia."

Toyo menghampiri kucing itu perlahan. “Lucu ya, Mas… bisa jatuh cinta sesederhana itu.”

“Kadang yang sederhana justru yang paling rumit,” sahut Dimas sambil akhirnya menemukan botol kayu manis.

---

Arlo akhirnya masuk ke warung. Tanpa suara. Tanpa minta izin. Ia lompat ke kursi nomor tiga dan duduk dengan anggun.

“Dia minta kopi,” kata Karina, menatapnya serius.

“Serius?”

“Serius. Tapi kopi susu. Dua sendok gula. Nggak boleh panas.”

Toyo langsung membuatkan. Ia tahu, jika makhluk dunia bawah sudah datang dengan sopan, maka harus dilayani dengan benar.

Ketika Arlo menyeruput kopinya (dengan sangat sopan, lewat lidah kecilnya yang menjulur dari celah bibir), pintu WarKoDuBa terbuka sendiri.

Masuklah seekor kucing betina berwarna putih keperakan. Langkahnya anggun. Bola mata hijau zamrud menyala. Tapi yang aneh… begitu ia masuk, suara musik jazz terdengar dari entah mana.

“Wah, wah… ini kayak sinetron kucing cinta,” celetuk Randi sambil merekam diam-diam.

Karina memicingkan mata. “Itu bukan kucing biasa. Dia… bukan kucing sama sekali."

“Lho?”

“Dia manusia. Atau dulunya manusia. Tapi karena terlalu ingin lari dari luka, dia memilih hidup sebagai hewan. Dan sekarang… dia lupa cara kembali.”

---

Arlo dan kucing betina duduk berhadapan. Tak ada suara. Hanya dentingan sendok dan bisikan angin malam. Tapi auranya... seperti dua bintang yang sudah lama ingin bertabrakan.

Tiba-tiba, Karina berdiri dan menyentuh meja mereka. Matanya berkabut.

"Mereka dulu bertemu di taman kosong, di saat dunia sedang krisis rasa. Arlo menawarkan dunia bawah, si betina menawarkan dunia lupa. Mereka saling mencintai, tapi tak bisa bicara. Karena cinta mereka berbeda bentuk."

“Cinta yang beda spesies gitu?” tanya Toyo polos.

“Bukan. Cinta yang hanya bisa dirasa, tapi tidak bisa dibagi. Karena satunya memilih mengingat, dan satunya memilih melupakan.”

---

“Mas Dimas,” kata Karina kemudian, “aku rasa… mereka ingin bicara. Tapi tidak punya mulut.”

“Lalu kita bantu bagaimana?”

“Dengan rasa. Seduh satu kopi dari masa lalu. Dan satu teh dari masa depan. Biarkan mereka memilih.”

Dimas berpikir sejenak, lalu mulai meracik. Ia membuka laci kecil di bawah meja bar dan mengambil dua bahan khusus: satu botol kecil berisi serpihan kayu tua, dan satu sachet berisi kelopak bunga biru bercahaya.

“Kopi ini dari biji yang ditanam di waktu seseorang jatuh cinta pertama kali,” jelas Dimas. “Teh ini dari bunga yang hanya tumbuh ketika seseorang memaafkan masa lalunya.”

---

Ia menyeduh dua minuman. Meletakkannya di depan dua kucing itu. Arlo menatap kopi. Kucing betina menatap teh. Perlahan, mereka saling menukar pandang.

Kemudian… Arlo minum kopi. Si putih minum teh.

Sekejap, suara lonceng terdengar. Bukan dari warung. Tapi dari dalam hati para penghuni warung.

Arlo berubah. Menjadi sosok pria muda, dengan rambut hitam tebal dan mata tajam. Si putih berubah menjadi wanita cantik berambut panjang, mengenakan gaun putih yang tampak rapuh seperti embun.

“Kau ingat aku?” tanya Arlo lirih.

Wanita itu mengangguk. “Setelah lama lupa… akhirnya aku ingat bahwa aku pernah merasa nyaman saat kau mengeong di dekatku.”

Randi mendesah. “Nangis nggak sih lo? Kucing-kucingan aja bisa romantis begini.”

Toyo mengelap matanya. “Gue kangen mantan yang pelihara kucing dulu…”

---

Mereka berbicara tanpa kata. Tatapan mata mereka seperti surat yang tak pernah dikirim. Dan malam itu, mereka memutuskan… untuk tetap berbeda. Tapi saling mengingat.

“Kami tidak bisa bersama di bentuk ini,” kata Arlo. “Tapi kami bisa saling tahu… bahwa kami pernah memilih saling.”

Mereka mencium kening masing-masing, lalu perlahan… kembali menjadi kucing. Melompat ke luar, menghilang ke balik kabut.

---

“Mas Dimas,” ujar Karina pelan. “Cinta kadang nggak butuh akhir bahagia. Kadang cukup tahu bahwa rasa itu pernah nyata.”

“Dan kopi... bisa bantu kita mengingat rasa itu,” tambah Dimas.

Toyo berdiri sambil membawa dua cangkir kosong.

“Aku jadi percaya bahwa semua rasa, sekecil apa pun, layak dihargai.”

Randi menutup laptop. “Gue upload ini, judulnya: Kisah Cinta Dua Kucing yang Tak Bisa Bicara Tapi Bisa Menyayangi.”

“Bagus,” kata Dimas sambil tertawa kecil. “Tapi pastikan tag-nya: based on a true emotion.”

---

Dan malam itu, kursi nomor tiga didedikasikan ulang. Sebuah catatan kecil digantungkan di sandarannya:

“Untuk mereka yang saling memilih, meski tak bisa bersama.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 59: Pengunjung dari Waktu yang Terlupakan

    Pintu Warung Kopi Dunia Bawah menutup pelan, tapi gema kehadiran pria berjubah ungu itu masih terasa jelas. Tubuhnya samar, nyaris tembus pandang, dan langkahnya seolah tak menyentuh lantai. Randi, Toyo, Dimas, dan Karina menatapnya dengan campuran takjub dan waspada."Kau... mau kembali ke masa lalu?" tanya Dimas perlahan, seakan tak ingin mengganggu realitas yang nyaris pecah di hadapan mereka.Pria itu mengangguk. "Bukan untuk mengubah. Hanya untuk melihat. Aku sudah terlalu tua untuk memperbaiki hidupku. Tapi aku ingin tahu... di titik mana aku berhenti jadi manusia."Karina mendekat, tatapannya lembut namun penuh rasa ingin tahu. "Apa kau tahu siapa dirimu sekarang?"Pria itu menoleh. "Aku... dulu dipanggil Pak Dirman. Guru di sebuah desa kecil di kaki gunung. Aku mendidik anak-anak. Tapi satu kesalahan membuatku kehilangan segalanya."Toyo meneguk ludah. "Kesalahan... seperti apa?"Pak Dirman menunduk. "Aku menuduh seorang murid mencuri. Tanpa bukti. Hanya karena firasat. Dan ka

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 58: Pengunjung yang Tak Terlihat

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali diselimuti suasana hening. Jam dinding berdetak lambat, aroma kopi robusta khas buatan Dimas menyatu dengan udara, dan Toyo sedang menyapu lantai dengan gaya ninja—melompat sambil bersiul, seperti sedang berada di tengah arena kungfu.“Kalau kau semangat nyapu kayak gitu terus, kita bisa daftarin kamu ke acara TV ‘Master Bersih-Bersih Dunia Gaib’,” sindir Randi dari balik laptopnya.Toyo berhenti dan memelototi Randi, “Ssst! Jangan sembarangan ngomong! Barusan ada yang lewat. Angin dingin, Randi. DINGIN BANGET!”Randi menghela napas. “Angin, Toyo. Angin. Jangan tiap kali ketiup hawa AC kamu pikir itu hantu.”Namun, Dimas yang baru saja menyalakan teko kopi tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ia memicingkan mata ke arah kursi pojok yang biasanya kosong. Kursi itu goyang sendiri.“Randi, Toyo… kalian lihat itu?” bisik Dimas.Mereka bertiga menatap ke arah yang sama. Kursi itu jelas-jelas bergerak perlahan, seperti ada seseorang duduk… atau berdiri kemudian

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 57: Tamu dari Masa Lalu

    Pagi itu warung kopi Dunia Bawah terasa lebih tenang dari biasanya. Tidak ada ledakan dari dapur, tidak ada pelanggan yang mendadak berubah jadi kodok, dan tidak ada Karina yang menjerit karena putus lagi sama pacar hantu barunya. Semua tampak… normal.Toyo sedang menyapu lantai dengan penuh semangat sambil bersenandung lagu dangdut remix. Randi sibuk mengedit video klip pelanggan semalam yang berasal dari planet berbentuk semangka, sementara Dimas duduk di balik meja kasir, menyeruput kopi sambil membaca surat kabar dunia manusia yang isinya penuh keanehan menurut standar Dunia Bawah."Dimas! Ada paket buat lo!" teriak Pak Kurir Setengah Dewasa, makhluk bertubuh separuh anak-anak dan separuh orang tua yang selalu mengantarkan paket dengan gaya dramatis seperti pengantar naskah film.Dimas menatap bingung ke arah kotak besar yang diturunkan dengan pelan oleh kurir tersebut. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan miring-miring yang berbunyi:> "Untuk: Dimas Dari: Yang Pernah Kau

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 56 - Jejak Malam dan Perangkap Sunyi

    Pukul dua dini hari. Langit kota masih mendung dan angin malam menyapu lorong-lorong sempit yang menghubungkan rumah-rumah tua di kawasan timur. Dimas berdiri di depan gang buntu yang kini tampak lebih seperti jalan menuju neraka. Toyo berdiri di sampingnya, menggigil bukan karena dingin, tapi karena firasat buruk yang membekap jiwanya sejak mereka keluar dari Warung Kopi Dunia Bawah tadi malam."Mas... yakin ini tempatnya?" bisik Toyo pelan."Yakin nggak yakin, kita udah dipandu sama jejak energi dari Karina. Aura dia terakhir tertinggal di sini..." jawab Dimas sambil menyalakan lampu senter kecil di ponselnya.Randi, yang baru tiba dengan napas tersengal setelah lari dari arah seberang, bergabung sambil mengatur napasnya. "Lo tau nggak, jalanan tadi itu kayak dilipat. Tiba-tiba gue balik lagi ke tempat awal. Ini beneran kawasan gang mistis, Mas."Dimas mengangguk. "Ya. Sialnya, kita udah masuk terlalu dalam. Karina nggak muncul, dan energi jiwanya kayak... terganggu.""Terganggu gim

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 55 - Malam yang Mengubah Segalanya

    Hujan masih mengguyur Jakarta malam itu. Lampu jalan yang basah memantulkan cahaya kuning suram di atas aspal, menciptakan suasana yang muram dan penuh ketegangan. Dimas duduk di balik meja bar Warung Kopi Dunia Bawah, menatap jendela yang dipenuhi embun, sesekali menyesap kopi pahit tanpa gula."Tumben kamu nggak ngomel hari ini, Mas Dimas," ujar Toyo sambil meletakkan tumpukan piring kotor di meja belakang.Dimas hanya mengangguk pelan. Matanya masih kosong. Sejak pertemuan dengan arwah Pak Rohadi dua malam lalu, pikirannya terus digelayuti pertanyaan—siapa sebenarnya dalang di balik semua kekacauan yang akhir-akhir ini terjadi?Randi datang sambil membawa laptopnya. "Bro, aku udah upload teaser video tentang pelanggan kita yang dari dunia paralel. Lumayan banyak yang nonton, tapi ada yang aneh.""Aneh gimana?" tanya Dimas, akhirnya membuka suara."Ada akun yang komentar berulang kali, pakai nama 'Laresya17'. Komentarnya cuma satu kalimat: 'Hentikan sebelum semuanya hancur.' Dan itu

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 54: Purnama Hitam di Langit Warung

    Malam itu, bulan menggantung sempurna di atas warung kopi yang mulai ramai dengan tamu-tamu dari dunia yang tak biasa. Cahaya perak dari langit menyinari bangunan kayu sederhana itu, memberikan aura magis yang menyelimuti semuanya. Dimas berdiri di balik meja barista, menyeduh kopi hitam untuk seorang pelanggan berjubah kabut yang hanya bicara dalam gumaman."Ini untuk Tuan?" tanya Dimas sambil menyodorkan cangkir.Sosok berjubah itu mengangguk, lalu duduk di pojok warung tanpa suara. Toyo, seperti biasa, sibuk menyusun loyang kue mistis yang katanya bisa membuat orang tertidur tiga hari tiga malam. Di meja dekat jendela, Karina tampak termenung menatap langit. Bulan purnama selalu mengingatkannya pada kehidupan lamanya, sebelum menjadi hantu yang galau."Ada yang aneh malam ini," gumam Karina."Kamu ngomong sendiri atau ngomong ke aku, Rin?" sahut Randi yang sedang mengetik skrip konten horor baru sambil menyeruput kopi susu.Karina menoleh dengan pandangan serius. "Kau nggak merasa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status