หน้าหลัก / Romansa / Wasiat Cinta Untuk Chiara / Bab 1 - damai sebelum badai datang

แชร์

Bab 1 - damai sebelum badai datang

ผู้เขียน: Riri riyanti
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-03-02 19:12:37

DENTINGAN piano memenuhi ruang keluarga, mengiringi tarian ballet seorang gadis Ballerina. Jari-jari pria dengan rambut pirang dan bermata biru itu terlihat sangat piawai merangkai nada, bergerak dengan lincah di atas tuts-tuts hitam-putih sebuah grand piano di depannya. Senyumannya yang menawan sesekali ia sematkan ketika bertemu pandang dengan sang gadis pujaan. Dia bernama Nardo Austerlitz, seorang pria tampan berkewarganegaraan Indonesia yang memiliki campuran darah Jerman di tubuhnya.

Sedangkan gadis yang menari tak jauh darinya terlihat begitu larut menghayati perannya sebagai Odette, seekor angsa putih yang cantik jelita. Dengan leotard berlengan pendek yang dipadukan dengan rok tutu berwarna pink, gadis itu tampak sangat mahir melakukan gerakan-gerakan tari ballet. Ia berjinjit, berputar, dan melompat dengan begitu anggun mengikuti nada yang pria di sana cipta.

Naomi Putria Wardhani adalah namanya. Ia merupakan seorang Ballerina muda yang berbakat. Meskipun Naomi sudah sering kali sukses dalam mengikuti pementasan, namun ia selalu rajin berlatih untuk mengasah kemampuannya. Dan sore ini ia ditemani oleh Nardo; kekasih sekaligus calon suaminya. Ya, mereka berdua akan segera menikah dalam waktu dekat ini setelah merajut kasih hampir lima tahun lamanya.

Namun, suara tepuk tangan yang menggema secara tiba-tiba membuyarkan konsentrasi mereka berdua. Naomi segera menghentikan gerakannya, diikuti oleh Nardo yang turut berhenti memainkan nada. Kedua pasang mata itu menemukan dua sosok mendekat ke arah mereka, masih dengan pakaian yang mereka gunakan untuk berangkat kuliah tadi pagi.

"Woah ... kakakku memang paling keren! Seperti angsa putih yang terbang!" seru si gadis manis dengan nada ceria serta senyuman cerahnya. Ia adalah Chiara Adriana Wardhani, adik kandung Naomi, gadis cantik berambut panjang sekelam malam, bermata hazel nan cemerlang serta pemilik lesung pipit di kedua pipinya yang cukup tembam. Seorang pemuda terlihat mengekori langkahnya. Ialah Evan Nugraha, sahabat Chiara.

"Sini kamu!"

Tidak seperti dugaan Chiara yang mengira akan mendapatkan senyuman dari Kakaknya berkat pujian yang ia tebar. Naomi justru terlihat berkacak pinggang, menatap tajam ke arahnya. Hal itu sukses membuat senyum Chiara menghilang, berganti raut wajah tegang. "Mati aku!"

"Kamu kira pujianmu itu mempan, hm? Kamu ke mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Seharusnya pulang sekolah itu langsung pulang, ini malah keluyuran!" cecar Naomi. Kali ini dengan melipat tangan di depan dada.

"Chia cuma jalan-jalan keliling kota sebentar sama Evan. Ya kan, Van?" Chiara mencoba mencari pembelaan. Ekspresinya terlihat kesal. Ia menoleh sebentar pada Evan sebelum kembali menemukan tatapan mata dengan kakaknya. "Kenapa kakak jadi cerewet seperti nenek-nenek begitu?!"

"Kamu itu harus banyak istirahat, Chia. Ingat kondisi kesehatan kamu! Ini anak benar-benar bikin geram." Naomi mencoba menasihati, meskipun ada nada marah yang menyertai.

Naomi memiliki alasan yang kuat kenapa ia bersikap over protektif begitu. Chiara, adiknya adalah seorang pengidap penyakit jantung bawaan sejak lahir. Ia hanya takut jika aktivitas yang dilakukan Chiara membuat adiknya itu kelelahan dan akhirnya membuat penyakit itu kambuh.

"Jangan terlalu keras sama adikmu, Sayang." Setelah terdiam sejak tadi, akhirnya Nardo buka suara. Ia mendekat ke arah Naomi, menepuk salah satu pundaknya dari belakang, berusaha menenangkan. Nardo adalah yang paling tahu bagaimana sayangnya Naomi pada adiknya.

Sedangkan Naomi tampak menoleh ke belakang, hanya untuk memberikan Nardo tatapan kesal.

"Lagi pula Chia pergi juga tidak sendirian, ada Evan yang menjaganya. Ya kan, Van?" ketika kepala Nardo menoleh pada Evan, pemuda itu mengangguk mantap.

"Betul, Kak."

"Kak Nardo memang yang terbaik! I love you, Kak!" mendapatkan pembelaan dari calon Kakak ipar, senyuman Chiara kembali mengembang. Ia melangkah cepat untuk memeluk lengan kanan Nardo dengan manja. Dan dia dihadiahi dengkusan kesal kakaknya.

"Jangan membelanya terus, Mas! Nanti dia makin ngelunjak!" protes Naomi, berbalik badan kembali menatap mata biru Nardo sebelum berganti menatap sebal pada adiknya. "Sini, kakak jitak kepala kamu!" tangan kanan Naomi sudah terangkat, tapi Chiara terlalu cepat menghindar. Ia bersembunyi di belakang punggung lebar sang calon Kakak ipar untuk menghindari serangan. Kini posisi Nardo berada di tengah-tengah antara dua kakak beradik itu.

"Wleee ... tidak kena!" Chiara menjulurkan lidah, mengejek kakaknya. Sedangkan Nardo hanya bisa tertawa sambil merentangkan kedua lengannya di depan Naomi, berusaha menjadi penengah pertengkaran kecil mereka.

"Awas, ya!"

"Astaga ... kalian ini seperti anak kecil saja." Suara lembut yang berasal dari ambang pintu menyita atensi mereka. Ambar, ibu dari dua saudari itu datang memasuki ruangan, menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa melihat interaksi anak-anaknya. "Chia sudah pulang, Nak? Ke mana saja tadi, Nak Evan?" mata teduh Ambar menatap Chiara, kemudian beralih ke Evan.

"Cuma berkeliling sebentar di Mall, Tante ... Chia lagi nyari novel The—" sebelum Evan meneruskan kalimatnya, Chiara buru-buru membekap mulut sahabatnya itu agar tidak melanjutkan ucapannya. Meskipun harus dengan susah payah karena Evan jauh lebih tinggi darinya. Bisa gawat kalau ibunya sampai tahu jika Chiara gemar membaca novel dewasa.

"Berani ngomong sekali lagi, habis riwayat kamu, Van!" ancam Chiara ketika Evan berusaha melepaskan bekapan tangannya di mulut lelaki itu. Yah, walaupun pada akhirnya Evan memang berhasil melepaskan diri, kemudian menghela napas panjang untuk mengisi kembali paru-parunya dengan oksigen.

"Fuahh ... ampun, Tuan putri!"

Ambar hanya mampu menghela napas panjang melihat kelakuan putri bungsunya. "Ya sudah. Lain kali kalau mau pergi, setidaknya jangan lupa mengabari orang rumah, Sayang. Biar kakakmu itu tidak panik berlebihan."

"Malas ah, Kak Nao suka ngomel-ngomel. Bikin pusing kepala, Ma." Chiara membuang muka, menatap ke arah mana pun asal bukan pada ibu atau kakaknya.

"Jangan seperti gitu sama Kakakmu, Chia. Naomi begitu karena dia sayang sama kamu. Dia cuma khawatir." Nardo berusaha memberikan nasihatnya.

"Tuh, dengerin kata calon Kakak ipar kamu!" ujar Naomi, turut menambahi kalimat calon suaminya, membuat Chiara memutar kedua bola mata.

"Iya-iya! kalian memang pasangan yang serasi kalau soal menasihati."

Ambar kedapatan terkekeh melihatnya. Yah, meskipun Chiara dan Naomi sering kali bertengkar, hal itu tak menutup fakta bahwa keduanya memang saling menyayangi pada kenyataannya. Mata teduh Ambar beralih ke arah Evan setelahnya. "Nak Evan sudah makan?"

"Belum, Tante. Hehe." Dengan sedikit malu-malu Evan menjawabnya.

"Kalau begitu lebih baik kita makan malam bersama, ya? Tante baru saja selesai memasak."

"Terima kasih, Tante. Saya memang sudah kangen masakan Tante." Aku Evan dengan polosnya. Hal yang sukses kembali memancing kekehan Si wanita baya.

"Ya sudah, kita ke meja makan sekarang saja." Ambar berucap dengan senyuman, kemudian menatap pada presensi Sang calon menantu. "Yuk, Nak Nardo ... Mama memasak makanan favorit kamu malam ini."

"Wah ... terima kasih, Mama."

"Cieee ... sama calon menantu idaman mah beda perlakuan." Celetukan yang baru saja Chiara lontarkan dihadiahi cubitan gemas Sang Kakak pada salah satu daun telinganya.

"Minta dijewer memang nih kuping."

"Aw! Aw! Aw! Sakit, tahu!"

Begitulah interaksi keluarga mereka setiap harinya, begitu damai dihiasi canda tawa nan ceria. Namun, siapa yang mampu mengira bahwa salah satu sumber kebahagiaan dari keluarga itu akan segera menghilang dari peredarannya?

***

Tbc...

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 2

    Chiara keluar dari kamar mandinya dengan mengenakan bathrobe berwarna biru muda. Rambutnya masih terlihat lembab, menguarkan wangi sampo favoritnya. Setelah mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat, rasa lelahnya semakin berkurang secara signifikan. Ah, dia ingin tidur cepat malam ini.Wanita itu segera melangkah menuju lemari pakaiannya. Tepat ketika dia menyentuh gagang lemari, di detik itu sosok Nardo baru saja memasuki kamar mereka, membuat pergerakan Chiara sejenak terhenti dengan kepala menoleh ke arah suaminya."Kyra sudah tidur?""Sudah. Baru saja aku tidurkan." Nardo menutup pintu kamar, menguncinya sekalian. Dia tersenyum jahil saat pandangan mereka bertemu. "Sekarang giliran Mamanya yang harus aku tiduri.""Dasar!" Chiara terkekeh kecil menanggapi godaan sang suami. Dia kembali menghadap lemari pakaiannya, membukanya untuk mencari baju tidur. Sedangkan sosok Nardo terlihat mendekat ke arahnya dari pantulan kaca di daun pintu lemarinya. "Sudah selesai mandi?" tanya pria

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 1

    Baju couple berbahan batik warna marun membalut tubuh keduanya. Pasangan itu tampak sangat serasi dan terlihat enak dipandang. Yah, meskipun sebenarnya si wanita masih belum mandi, sebab Chiara memang belum sempat pulang ke rumah. Bahkan dia berganti pakaian dan retouch make up di dalam mobil.Chiara dan Nardo memang baru pulang dari resepsi pernikahan Evan dan Selena. Mereka mampir ke pesta setelah Chiara pulang kuliah. Ya, pada akhirnya Chiara memutuskan untuk kembali berkuliah, untuk mengejar gelar magister, sesuai impiannya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau Evan benar-benar sudah menikah!" Chiara berucap begitu seraya menatap menerawang ke depan, pada mobil dan motor yang sama-sama sedang melaju di jalan raya menuju arah pulang."Kamu senang?" sembari mengemudi Nardo menyempatkan diri untuk melirik ke sisinya, tempat Chiara berada."Tentu saja! Apalagi dia menikah dengan Selena. Demi apapun! Gadis itu begitu sempurna, cantik dan baik hati secara bersamaan. Sangat cocok bers

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 67 - melamarmu

    Nardo benar-benar menepati janjinya. Malam itu juga dia datang bersama kedua orang tuanya, tentu tujuan pria itu adalah untuk melamar sang pujaan hati secara resmi. Kedua keluarga mereka sudah berkumpul di ruang tamu keluarga Chiara sekarang, menunggu waktunya tiba untuk membahas perihal kedatangan keluarga si pria.Ada Manfredo Austerlitz dan Karina yang duduk mengapit putra semata wayang mereka di sofa sebelah kanan, berseberangan dengan Indra Wardhana dan Ambar yang terlihat duduk bersisihan di sisi kiri, mengapit sang putri. Dua keluarga yang akan segera menyatu itu duduk bersama bersekatkan meja oval berbahan kaca tebal, yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan spesial. Raut bahagia terpancar di setiap wajah, terutama pada si pasangan muda di setiap kali mereka kedapatan mencuri pandang."Jadi, maksud kedatangan kami malam ini adalah untuk melamar Chiara secara resmi untuk Nardo, putra kami. Saya sebagai seorang ayah, mewakili anak kami untuk meminta Chiara pada keluarga

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 66 - janji nanti malam

    "Oke. Kita break dulu. Terima kasih atas kerja keras kalian." Atas instruksi sang sutradara, semua pemain beserta kru yang bertugas di sana segera membubarkan diri untuk beristirahat. Sedangkan si sutradara muda mulai memeriksa layar periksa kamera dengan senyum puas, melihat hasil syuting yang baru saja diambil.Sempurna, sesuai apa yang dia bayangkan di dalam kepala.Ketika pria itu masih fokus menatap layar, dia tersentak. Dua telapak tangan halus yang menutupi kelopak matanya membuat dia terkejut bukan main."Coba tebak, aku siapa?"Tetapi, setelah mendengar suara halus yang begitu akrab di telinganya, garis bibir pria itu melengkung ke atas. Jelas dia tahu siapa pelakunya."Siapa, ya?" Nardo terkekeh, pura-pura tidak tahu."Calon istri kamu." Setelah menjawab begitu, Chiara menjauhkan telapak tangannya, berganti memeluk leher Nardo dari belakang. "Aku rindu kamu!"Senyum pria blasteran itu melebar, dia menoleh ke kanan seraya meraih tengkuk kekasihnya, lalu ... kedua bibir merek

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 65 - columbarium

    Hening adalah bagian dari sebuah kedamaian. Hal itulah yang Nardo dan Chiara dapati ketika memasuki pintu Paradise columbarium sore ini. Tenang, setenang jiwa-jiwa yang beristirahat di sana.Mereka berdua sudah berdiri bersisian di depan laci penyimpanan abu Naomi sekarang. Chiara melepas genggaman tangannya yang semula bertaut di tangan besar Nardo, hanya untuk meletakkan sebuket bunga anyelir merah di depan foto mendiang kakaknya."Kami datang, Kak. Bagaimana kabar Kakak di sana?" gadis itu bertanya pada udara, dengan senyuman yang dia buat ceria. Sedangkan tatapan mata itu lurus pada potret sang mendiang, seakan Chiara sedang bertatap muka secara langsung dengan mendiang kakaknya. Sedangkan Nardo tampak memperhatikannya tanpa jeda. "Chia yakin Kakak sudah bahagia di Surga sekarang." Setelah dia berkata begitu, kedua matanya memanas secara tiba-tiba. Namun, ketika telapak tangan besar nan hangat itu kembali menggenggam tangannya, Chiara mulai merasa lebih baik. Dia tidak lagi send

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 64 - terikat denganmu

    "Tidak bisakah kita mulai siang saja?"Chiara menghentikan langkah kaki di ambang pintu ruang keluarga saat mendengar Nardo sedang berbincang dengan seseorang di telepon genggam. Posisi pria itu sedang duduk di sofa, dengan notebook yang menyala."Oh, begitu." Entah jawaban apa yang Nardo dapatkan dari ujung telepon, kepala dengan rambut pirang itu mengangguk pelan. "Tapi, aku sedang tidak di rumah," lanjut pria itu.Chiara menyandarkan punggungnya di sisi pintu, menunggu sang kekasih menyelesaikan panggilannya. Tangannya dia simpan di dada seraya terus mencuri dengar percakapan pria itu dengan entah siapa."Hahhh, apa boleh buat? Kemungkinan setengah jam lagi aku akan sampai di sana."Dan ketika telepon sudah dimatikan kemudian Nardo terlihat menyimpan ponselnya di atas meja, barulah Chiara berjalan mendekatinya."Telepon dari siapa?" tanya gadis itu sembari memutus jarak di antara mereka. Dia tampak segar dengan rambut yang terlihat masih lembab, sebab Chiara baru saja selesai mandi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status