Share

Uluran Tangan

Penulis: Auphi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-01 13:00:20

Nyonya tua tersenyum senang. Ming Lan masih menjaga muka di hadapan orang luar. Dalam suasana bahagia, dia meminta kepala pelayan Liu menyeduh koleksi teh terbaru yang didapatnya dari daerah pegunungan.

"Xie furen, silakan duduk dan menikmati teh lagi. Tak usah begitu sungkan. Kita semua adalah kerabat."

"Lao furen terlalu baik. Aku tak pantas mendapat kehormatan seperti itu. Teh yang Anda hidangkan sangatlah berharga."

"Tidak ada yang terlalu berharga untuk keluarga sendiri."

Mata jeli nyonya Xie memindai sekeliling, tidak terpengaruh sama sekali oleh keramahan palsu yang ditunjukkan nyonya tua. Menurutnya, keadaan Ming Lan jauh lebih buruk dari yang terlihat.

"Lao furen, berhubung saya sudah lama tak bertemu Ming Lan, izinkan kami bicara secara pribadi di paviliunnya."

Perasaan nyonya tua mulai tak enak. Bagaimana caranya mengizinkan nyonya muda keluarga Xie pergi ke halaman terjauh di xiangfu?

"Bibi, jangan terburu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Kasih Sayang Keluarga Xie

    Lewat tengah hari, setelah Xie furen pergi meninggalkan xiangfu, barulah dua wanita dari keluarga Yan bernafas lega. "Kalau begitu, panggil Ming Lan kemari. Aku mau tahu apa saja yang diceritakannya pada Xie furen."Ketika Ming Lan menghadap, nyonya tua mendapati dirinya agak kaget dengan penampilan menantunya. Bukankah hanfu yang dipakainya terbuat dari brokat Shu yang terkenal? Bagaimana Ming Lan punya barang semahal itu?"Kelihatannya, keadaaanmu sangat baik makanya masih bisa pakai hanfu yang indah.""Terima kasih, ibu. Semua ini cuma bentuk perhatian bibi padaku."Aroma semerbak dupa dalam ruangan, mulai membuat Ming Lan pusing. Entah apa maksud nyonya tua memanggilnya lagi kemari. Padahal, dia sudah sengaja berbaik-baik agar wanita ini tak curiga. Untuk saat ini, kekuatannya belum cukup untuk perang terbuka. "Apakah ada hal lain yang mau ibu sampaikan? Sebenarnya, aku berniat memasak makan malam untuk xiangye."S

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Uluran Tangan

    Nyonya tua tersenyum senang. Ming Lan masih menjaga muka di hadapan orang luar. Dalam suasana bahagia, dia meminta kepala pelayan Liu menyeduh koleksi teh terbaru yang didapatnya dari daerah pegunungan. "Xie furen, silakan duduk dan menikmati teh lagi. Tak usah begitu sungkan. Kita semua adalah kerabat.""Lao furen terlalu baik. Aku tak pantas mendapat kehormatan seperti itu. Teh yang Anda hidangkan sangatlah berharga.""Tidak ada yang terlalu berharga untuk keluarga sendiri."Mata jeli nyonya Xie memindai sekeliling, tidak terpengaruh sama sekali oleh keramahan palsu yang ditunjukkan nyonya tua. Menurutnya, keadaan Ming Lan jauh lebih buruk dari yang terlihat. "Lao furen, berhubung saya sudah lama tak bertemu Ming Lan, izinkan kami bicara secara pribadi di paviliunnya."Perasaan nyonya tua mulai tak enak. Bagaimana caranya mengizinkan nyonya muda keluarga Xie pergi ke halaman terjauh di xiangfu? "Bibi, jangan terburu

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Sandiwara

    Kepergian Yan Yan menyisakan lubang yang dalam di hati Ming Lan. Dia tak bisa lagi menulis dengan tenang karena pikiran mulai terbagi. Sepertinya, Yan Yan belum menemukan surat yang dibawa Mawar, makanya perempuan bermulut besar itu tak bisa memberi informasi lebih banyak. Akan tetapi, kalau surat itu belum sampai di kediaman Xie, maka nasibnya dan kedua pelayannya akan berakhir tragis. Firasatnya, cepat atau lambat, nyonya tua punya rencana melenyapkannya. Entah karena penyakit atau bunuh diri, keduanya adalah situasi yang mudah direkayasa. "Aku harus bagaimana sekarang?"Dengan berbagai pertanyaan memenuhi benaknya, Ming Lan pun terlelap. Dalam mimpinya, dia kembali ke dunia modern, melihat kedua orang tuanya meratap di sisi tempat tidur. Memohon agar dia bangun dari koma. Bunyi gemerincing pintu yang berisik adalah hal yang membuatnya terjaga dari tidur yang panjang. Matanya mengerjap, dan mendapati bahwa pelayan utama Yan Yan yang

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Adu Siasat

    Siang berganti malam, penderitaan yang dialami Ming Lan semakin parah. Udara dingin menembus dinding yang berlubang, sampai terasa menggigit tulang. Di sekeliling hanya ada kegelapan, tak ada sebatang lilin atau dupa yang dibakar. Dia meringkuk di sudut ruangan, terlalu takut untuk merebahkan diri sebab satu-satunya yang dia punya hanya alas duduk. Sepanjang malam Min Lan dalam situasi seperti ini sampai esok harinya, kepala pelayan Liu yang bermuka masam datang kembali. Matanya sinis melihat mangkok air dan nasi yang tidak disentuh sang nyonya sama sekali. "Kelihatannya furen tidak bertobat juga. Duduk di aula leluhur, tapi masih menginginkan makanan enak.""Telingamu yang mana mendengarku meminta makanan?" Ming Lan merapikan ujung jubahnya yang kusut. "Lagi pula aku tak melihat makanan apa-apa di sini.""Furen jangan membuat hamba dalam kesulitan. Kalau orang luar mendengar, dikira anda dibuat kelaparan."Kepala pelayan Liu

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Kerja Sama

    Gadis muda bertampang lugu itu langsung tersungkur di hadapan Kecubung. Air matanya terurai di pipi kemerahan. "Nyonya, anda bisa jadi saksi. Kotak itu terlepas dari tangan Chun Tao bukan saya.""Berani sekali kau memfitnahku. Sekarang ikut aku ke paviliun Feng Yue untuk menjelaskan semuanya."Fei menggeleng keras, matanya memohon pada Kecubung. Siapapun yang tinggal cukup lama di kediaman pasti paham betapa buruk temperamen Yan Yan di belakang perdana menteri dan nyonya tua. Beberapa budak sudah kehilangan nyawa di tangannya. Kecubung menepis tangan Fei dari ujung sepatunya, lalu bangkit berdiri dengan anggun. "Untuk apa kau menangis di sini. Tentu saja kita harus menjelaskan semuanya pada Yan yiniang."Melihat pemilik kediaman He Xiang berusaha keras tampil seperti salah satu majikan, Chun Tao makin jengkel. Andai wajahnya sedikit lebih cantik, sudah tentu dia bisa seperti kecubung. Seekor ayam yang berubah jadi burung feniks hanya ka

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Muslihat Chun Tao

    Perintah ini nyaris membuat Ming Lan muntah darah. Entah mimpi atau nyata, dia pernah mengalami kehidupan di masa depan. Saat itu, orang-orang sudah menjunjung tinggi kesetaraan gender. Tak ada paksaan bagi perempuan untuk hidup dalam kepatuhan yang menyesakkan. Buku yang dibicarakan Fei Yang barusan adalah empat kitab yang memang diperuntukkan untuk mengekang kehidupan wanita di zaman feodal. Sebutlah misalnya mengenai Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan. Seorang wanita harus mematuhi ayah mereka saat masih gadis, patuh pada suami ketika sudah menikah, dan pada putra waktu sudah janda. Selain itu, ada juga aturan yang membuat seorang wanita bisa diceraikan. Beberapa diantaranya bila tidak berbakti pada mertua, tak bisa melahirkan anak lelaki atau tidak mengizinkan suami mereka mengambil selir. Lucunya, hal ini tak akan pernah menimpa kaum lelaki. Kalau bukan ingin menindas wanita, apa lagi namanya? "Bagaim

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status