Akhirnya Derrick yang berdiri di balik dinding memutuskan menampakkan dirinya pada Revan dan Valen.
Tapi hanya Valen yang langsung melihatnya terlebih dahulu.
Valen dan ayahnya saling memandang seketika karena ke ayahnya yang tiba-tiba muncul.
“Ayah.”
Valen menyebut ayahnya membuat Revan mengeryitkan alisnya.
Ia berbalik dan melihat kehadiran ayahnya. Revan menatap wajah ayahnya tanpa mengatakan apa-apa.
Ia penasaran dari mana asal ayahnya datang dengan tiba-tiba.
Akhirnya Derrick mendekati keduanya.
“Aku mendengar pembicaraan kalian,” kata Derrick memulai percakapan baru tiba-tiba.
Revan terkejut.
Dia mendengarnya? batin Revan benar-benar heran.
Sejak kapan ayahnya mende
“Kau dan Valen adalah saudara sepupu," lanjut Derrick.Inilah alasannya mengapa wajahnya Revan bisa mirip dengan Valen. Padahal mereka bukan saudara kandung.Ini bukan karena kebetulan, tapi karena faktor genetik, sebab ibu mereka berdua itu ternyata adalah saudara kembar.Valen dan Revan mewarisi kemiripan dari ibunya masing-masing.“Valen lebih mirip dengan istriku dan kau lebih mirip dengan ibu kandungmu, itulah yang membuat kalian mirip.”Revan dan Valen saling berpandangan.Revan membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung bagaimana menyusun kalimatnya hingga tidak ada satupun kata yang keluar.“Tapi, jika
"Apa kau tidak ke gudang untuk mencariku tadi?" David bertanya dengan tatapan penuh perhatian pada Diana."Aku yang seharusnya bertanya." Diana menatap David seolah kakaknya telah melakukan dosa besar.Ia merasa kesal pada kakaknya."Kau pergi berjam-jam kemana saja? Padahal aku cuma memintamu mengambil satu benda dari gudang, kenapa bisa lama sekali?" tanya Diana menuntut."Aku bertanya lebih dulu. Jawab dulu pertanyaanku." David membalas dan bersikeras menuntut jawaban lebih dahulu. Meski begitu, ekspresinya saat ia berkata masih dengan raut wajah perhatian.Ia tidak menyudutkan Diana sedikitpun.Tapi sebaliknya Diana merasa dirinya seperti sedang tertangkap melakukan kesa
Kevin saat ini sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Ia menerima telepon dari Albert. 'Bagaimana keadaan ayah?' tanya Albert. "Keadaan ayah membaik hari ini dari pada sebelumnya," jawab Kevin. 'Apa yang ayah lakukan sekarang?' tanya Albert lagi di telepon. "Ayah sedang tidur. Aku sudah memastikan ia menghabiskan makanannya. Beberapa saat setelah itu, ia lalu tidur." Kevin menjawab sembari mengingat beberapa saat sebelum ayah angkatnya tertidur. 'Oh, baiklah. Terima kasih ya, Kevin. Kau memang bisa diandalkan.' Albert tersenyum tapi tidak bisa dilihat oleh Kevin. Kevin tertawa kecil dan membalas, "Itu memang tugasku." 'Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan saat ini?' tanya Albert kesekian kalinya. "Aku sedang duduk di taman rumah saki
Diana duduk di samping David yang sedang menonton televisi. Ia menatap David yang menonton sembari makan kue stroberi di atas piring kecil dengan garpu.Kue itu adalah kue yang ia pesankan untuk dibawa pulang dan diberikan pada kakaknya."Apa menyenangkan?" tanya David dengan mata masih lurus menatap televisi."Apanya?" tanya Diana."Pergi bertemu teman-temanmu?""Oh itu, hm." Diana bergumam mengiyakan sebagai jawaban.David tidak bertanya lagi dan fokus pada kegiatannya, menonton sambil makan kue.Diana lalu buka suara, "Besok aku akan tampil.""Semangat," balas David singkat. Ia masih tidak mau melepaskan pandangannya dari televisi.Diana yang cemberut mendengus kesal pada kakaknya. Tapi seperti sebelumnya, kakaknya masih tetap memp
"Luar biasa, kalian luar biasa. Oh my.." Kevin dengan berlebihan menggerakkan tangannya hingga terentang beberapa kali.Diana terkekeh, ia juga tidak percaya dirinya bisa tampil dengan baik dan lancar tanpa ada masalah sedikitpun. Kecuali hanya pada saat dirinya gelisah ketika awal berdiri di hadapan banyak orang.Tepuk tangan penonton yang meriah yang ia ingat saat menyelesaikan pertunjukannya, membuat dada Diana penuh dengan perasan puas dan bangga.Revan yang berada di samping Diana, setelah mendengar ucapan Kevin, ia hanya tersenyum tipis sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana."Hm. Tapi ada satu yang aku kurang senang," kata Kevin tiba-tiba melipat tangan di depan tubuhnya.Bersikap seperti ia sedang kesal. Wajahnya terlihat cemberut."Setelah ini, pasti banyak laki-laki yang ingin mendekati Diana." Kevin memancarkan tatapan yang s
Penampilan Diana menarik perhatian apalagi bagi para laki-laki. Mereka yang tidak terlalu mengenal Diana akan bertanya siapa yang berada di sana sekarang. Sedangkan mereka yang mengenalnya terkesima karena Diana sangat berbeda saat memakai seragam, penampilan sehari-harinya yang tidak mencolok. Satu lagi yang mereka sadari adalah senyuman Diana yang menjadi senjatanya untuk mencuri perhatian. Benar-benar senyuman yang manis. Peserta selanjutnya tampil dan Diana sudah berganti oleh peserta selanjutnya. Tapi penampilan Diana yang sebelumnya masih saja diperbincangkan banyak murid. Diana ternyata bisa tampil sangat berbeda sekali dengan penampilannya yang biasanya. Diana berhasil membalas mereka yang membencinya dengan telak, karena selanjutnya tidak diduga atau sudah diduga orang-orang, Diana menjadi salah satu pemenang lomba ini. Ia menjadi p
Tepat jam dua belas malam, sesuai jadwal, sekolah meluncurkan kembang api ke langit malam di berulang kali. Kembang api terus meledak memberikan cahaya warna warni di langit malam yang gelap.Semua murid bisa melihat ledakan warna di langit itu dari berbagai tempat. Salah satunya di atap bangunan sekolah, seperti yang dilakukan ketiga remaja yang terdiri dari Diana, Revan dan Kevin.Mereka bertiga menikmati pemandangan itu dengan disertai sebuah obrolan."Aku penasaran dengan isi kotak hadiah dari memenangkan lomba yang telah didapatkan oleh kelas kita," sahut Kevin pertama kali."Aku juga," balas Diana mengingat hadiahnya yang disimpan oleh ketua kelas dan akan dibuka dan dilihat isinya pada esok hari di dalam kelas."Kita akan tahu itu besok," timpal Revan.Diana mengangguk. Besok hadiah mereka akan dibuka di hadapan semua siswa satu kelas."Menurutmu hadiahnya apa?" tanya Kevin pada Revan.Revan menjawab dengan mengang
Kevin menghela napasnya. Jika ia berada di posisi Albert, maka ia juga akan mengira ayahnya memang meminta untuk pergi dan berada di sisi ibu Albert.Tapi Kevin ingat semua percakapan yang terjadi kemudian antara dirinya dan Oliver di rumah sakit setelah Albert keluar dari ruangan. Kevin belum memberitahu Albert tentang itu.Kevin akhirnya mulai menjelaskan, "Aku juga awalnya berpikir hal yang sama denganmu. Tapi setelah itu, ayah menjelaskan padaku bahwa jika kau menolak permintaannya dan bersikeras untuk berada di sisi ayah dari pada ibumu, maka ayah tidak akan memaksamu. Ayah bahkan akan mempertahankanmu di sisinya apa pun yang terjadi."Kerutan di wajah Albert semakin dalam setelah mendengar perkataan Kevin."Hanya saja, ayah tidak ingin kau membenci ibumu. Karena menurutnya, apa pun yang terjadi, dia adalah ibumu yang telah melahirkanmu," lanjut Kevin.Albert terdiam. Berusaha memproses semua perkataan Kevin padanya.