Share

3.Seperti mendapatkan serangan Fajar.

Tante Monik menyodorkan tumbler Cofee cream yang baru saja dibelinya dari coffee shop rumah sakit. "Minumlah dulu agar kamu lebih tenang sayang." Monik menyerahkan tumbler berisi coffee hangat kepada Morgan.

"Terimakasih tante," ucap Morgan sopan. 

"Kamu tidak usah sungkan. Jadi sudah berapa lama Michele menderita penyakit kronis ini," tanya tante Monik penasaran.

"Semenjak dia lahir. Saya tidak pernah absen untuk pengobatannya. Karena itulah saya bekerja keras mengumpulkan biaya untuk pengobatannya. Selama ini kondisinya selalu stabil." Jelas Morgan. Terpancar kesedihan dimatanya. 

Monik menjamah bahu Morgan, "Kamu bersabar yah, tante liat Michele itu anak yang kuat." Monik mencoba membesarkan hati Morgan. 

"Seharusnya saya tidak membawanya keluar untuk berjalan-jalan. Pasti ini tak akan terjadi pada Michele," sesal Morgan menyalahkan dirinya. 

"Sssutt... Kamu jangan menyalahkan dirikamu sayang!" jemari telunjuk Monik menahan bibir Morgan untuk tidak menyalahkan dirinya. 

"Sekarang bagaimana saya mencari uang sebanyak itu dalam jangka waktu satu bulan. hanya untuk operasi sementara Michele agar katub pada jantungnya kembali lancar." Tukas Morgan yang mulai merasa frustasi mengenai biaya pengobatan Michele. 

Tante Monik memberikan satu lembar

 kartu nama. 

"Apa ini tante?" tanya Morgan. 

"Morgan! banyak jalan menuju roma, Ini kartu nama saya. Tante tidak bisa membantu kamu. Tapi tante punya solusinya terserah kamu mau atau tidak?!" jawab Monik

"Solusi seperti apa itu tante? Apakah peminjaman uang?!" tebak Morgan. 

"Bukan! Ini adalah sebuah pekerjaan. Tetapi tante sarankan kamu benar-benar memikirkannya terlebih dahulu, Jika kamu penasaran mengenai pekerjaannya apa? Kamu bisa datang ketempat tante. Alamatnya ada pada kartu itu." Monik menunjuk ke arah kartu yang ada ditangan Morgan. 

Morgan merasa tante Monik tidak sedang  mempermainkanya. Morgan melihat ada niat tante Monik yang baik, ingin membantu dirinya. Mudah-mudahan saja, harap Morgan dalam hatinya. 

Morgan lalu memasukkan kartu nama tersebut kedalam saku kemejanya. Monik yang melihat hal itu tersenyum lebar dengan niat tertentu yang tersenbunyi dan Morgan tak menyadari hal itu. 

"Oke! Morgan semoga Michele cepat sembuh. Tante pulang dulu karna hari sudah malam." Monik lalu mengapit tasnya dan berpamitan pada Morgan. 

"Terimakasih tante atas traktiran dan tumpangan mobilnya," Seru Morgan.

"It's oke, itu tak seberapa. Tante harap kamu mendapatkan jalan keluarnya. Pesan tante didunia ini semuanya palsu dan kejam. Kadang pisau bisa lebih tajam dari pada perut." Monik berusaha menyakinkan Morgan agar mempercayainya. 

Monik lalu melambaikan tangannya kepada Morgan dan melangkah keluar menuju tempat parkir. Sementara Morgan kembali ke kamar rawat Michele.

Morgan menatap Michele putri kecilnya. Yang mengenakan selang infus ditangannya dan alat-alat pendeteksi denyut jantung, serta oksigen yang membantunya bernafas. Hati Morgan sakit melihat kondisi anaknya yang terbaring. Dia terngiang terus akan perkataan dokter, kalau pada jantung Michele harus ditanamkan sebuah alat. yang akan membantunya dalam memompa jantung dan alat itu sangatlah mahal. Morgan teringat akan kartu yang tante Monik berikan. Morgan berencana Besok dia akan pergi ke alamat itu dan Morgan harus menerima pekerjaan tersebut. 

Morgan tidak berpikir lama dia langsung menelepon bibi Febe agar beliau besok pagi-pagi datang ke rumah sakit untuk menjaga Michele. Sementara Morgan menemui tante Monik. Morgan terpaksa harus ijin cuti satu hari dari hotel tempatnya bekerja. 

***

Morgan berpakaian rapih layaknya orang yang melamar pekerjaan. Ditangannya map berwarna biru yang berisi semua dokumen curiculum vitae, surat lamaran kerja serta ijasah milik Morgan. Morgan mengenakan kemeja putih pemberian Katherin, pertama kali dia kenakan ketika hari ulang tahunya dan ketika dirinya menjalani hari pertama bekerja di hotel sebagai clening service. Kemeja itu membawa keberunungan bagi Morgan dan Katherin sangat suka melihat Morgan memakai kemeja itu. 

Morgan tampak lebih tampan dan Seksi serta postur tubuhnya lebih terbentuk mengenakan kemeja putih itu. Morgan menggunakan taxi sebagai angkutanya agar lebih cepat sampai. Morgan tidak mau saat melamar pekerjaan saja sudah berani datang terlambat. Baginya Itu nilai minus bagi pelamar kerja. 

"Blok 6 nomor 31B. Mungkin pagar hitam ini kali pak?" Tukas supir taxi itu. Nampaknya Morgan bingung akan alamat yang ditujunya. 

"Masa sih pak rumah mewah? bukan ruko atau gedung. Saya kan mau melamar kerja," Sahut Morgan yang kekeuh kalau tempat yang ditujunya itu berupa kantor.

"Ini benar mas. Saya sudah sering mengantar pulang para pekerja pemuda yang ganteng-ganteng seperti mas ke alamat ini. Gak mungkin saya salah," ucap Supir taxi itu yang kekeuh pada pendiriaanya juga. 

"Ya sudah saya turun disini, sekalian saya mau memeriksa kebenarannya. Nih ongkosnya pak?!" Morgan pun membuka pintu taxi itu dan segera keluar. 

Morgan mendekati gerbang rumah itu yang berdiri kokoh dan tinggi. Nampak sekali pekaramgan halaman rumah itu sangat luas dan asri

Tiba-tiba satpam rumah itu langsung menghampiri. 

"Cari siapa mas?" tanya nya kepada Morgan. 

"Saya mencari tante Monik. Katanya disini terima lowongan kerja?"tanya Morgan. 

Mendengar apa yang dikatakan Morgan barusan, Satpam tersebut bingung.

"Kalau cari bos ada, tetapi kalau mencari pekerjaan disini gak ada lowongan kerja?!" Jawab satpam itu. 

"Tante Monik kemarin menyuruh saya untuk datang kesini pak?!" Sahut Morgan lagi. 

"Oh, kalau itu saya paham. Kamu baru dipesan tante Monik yah? Memang sih tante Monik selalu senang dengan barang baru." jawab satpam itu dan Morgan mengerutkan alisnya. Dia masih belum mengerti maksud dari pembicaraan satpam itu. Morgan pun dipersilahkan masuk. Satpam itu lalu mengantar Morgan sampai ke lobi. Ketika dilobi, Morgan merasa ruangan tersebut terlihat seperti ruangan fitnes dan Gym yang luas dan lengkap dengan berbagai alat Gym. Ada beberapa pemuda dengan postur badan yang hampir sama seperti Morgan sedang melakukan Treadmill dan seorang lagi sedang melakukan angkat barbel untuk memperbesar otot tangannya. 

Morgan melihat itu semua langsung tersenyum, dia sempat berpikir kalau tempat yang dia tuju saat ini adalah tempat khusus untuk Gym dan Fitnes. Pastilah dia dipekerjakan disini sebagai pelatih fitnes atau sekedar sebagai asisten yang membantu instruktur Fitnes. Morgan sudah membayangkan jika bekerja ditempat ini dia akan hidup sehat. Tubuh nya tambah terbentuk lagi dan waktu untuk menjaga Michele akan lebih banyak. 

Terdengar suara hentakan hag sepatu dari tangga disamping yang tepiannya besi berwarna keemasan. Semakin menambah kemewahannya serta pegangan tangga tersebut berukir indah. Terlihat dari atas tante Monik sedang menuruni anak tangga itu dan menghampiri Morgan. 

"Hai sayang, kamu datang juga" seperti biasa tante Monik selalu menyapa Morgan dengan sapaan sayang. 

"Iya tante. Setelah saya pikir-pikir saya butuh pekwrjaan tambahan untuk biaya pengobatan Michele," jawab Morgan dengan tatapan penuh harap. 

"Biar kita leluasa membicarakannya, ayo ke ruang kerja saya. Kamu ikuti saya!" Tante Monik lalu mengarahkan Morgan ke ruang kerjanya. 

Mereka masuk dan tante Monik langsung mengunci ruangan itu. Membuat Morgan berpikir heran. Morgan mengamati ruang kerjanya. Terdapat sofa bed yang besar dan empuk serta ada kulkas ukuran sedang serta mini bar dengan berbagai merk minuman keras. Tidak ketinggalan kamar mandi yang luas lengkap dengan bathup dan showernya. Sangat terlihat jelas karena pintu kamar mandinya berupa kaca tembus pandang. Morgan sudah biasa melihat kemewahan seperti itu dirumah orang tuanya, yang lengkap dengan fasilitas mewahnya. 

Tante monik mengambil dan membuka satu botol Mansion serta menuangkannya kedalam gelas yang berisi beberapa butir es batu. Monik memberikan gelas yang berisi minuman itu satu untuk Morgan dan satu gelas lagi untuk dirinya sendiri. 

Monik langsung duduk di sebelah Morgan dan berjarak sangat rapat. Sehingga tercium aroma parfum milik Monik di penciuman Morgan. Wanginya yang sangat tajam namun Ber aroma sedikit lembut. Lalu tiba-tiba Tante  Monik langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Morgan, membuat morgan terkejut seperti mendapatkan serangan Fajar. 

Morgan pun terpancing dan membalas ciuman tante Monik yang gahar.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status