Share

2.Pasti bereaksi bila diserang duluan.

Morgan melakukan pekerjaannya, kali ini dia harus lembur agar ada tambahan selain dari gajinya. Manager hotel merasa kasihan akan keadaan Morgan saat ini. Manager hotel menyuruh Morgan agar mengantarkan pesanan makan malam untuk kamar 303. Penghuni kamar itu adalah pelangganan tetap hotel tempatnya bekerja. Penghuni kamar tersebut tidak tanggung-tanggung memberikan uang tip kepada cleaning service yang mengantarkan makan malamnya.

"Morgan. Kamu saja yang mengantar pesanan ini kekamar PIV 303! Aku yakin pelanggan hotel kita itu akan memberikan uang tip yang besar untuk mu. Aku harap itu bisa menambah biaya pengobatan Michele." Perintah Edy Manager hotel disitu.

"Terimakasih pak. Anda sudah sering membantu saya bahkan selalu meminjamkan saya uang," ucap Morgan berterimakasih dan terharu atas kebaikan Managernya itu.

"Itu tidak banyak, saya harap kamu tidak perlu mengembalikan uang yang kamu pinjam. Anggap saja saya memberikan uang jajan bulanan untuk Michele," sahut Edy lagi. 

Morgan menggengam tangan Managernya dan terus mengucapkan terimakasih. Lalu Morgan dengan senang hati membawa hidangan makan malam itu kepada tamu kamar 303. 

Morgan merapihkan seragam kemeja putihnya lalu dia semprotkan parfum kebanggaan nya pada tubuhnya. Dia harus tampil rapih dan bersih dihadapan tamu PIV itu.

Morgan menekan bel kamarnya dan mengatakan keberadaannya pada speaker yang tersedia pada setiap pintu.

"Cleaning service!" sapa Morgan dan suara dari dalam kamar menyuruhnya untuk masuk.

Morgan membuka pintu kamar itu dan mendapati seorang wanita kira-kira sepuluh tahun lebih tua darinya sedang duduk diatas ranjang dengan menggunakan handuk kimono. Sepertinya tamu hotel itu baru saja selesai mandi. Kakinya dia silangkan, sehingga bagian pahanya tersingkap sedikit keatas. Meski usianya lebih tua dari Morgan, tetapi wanita ini terlihat cantik dan terawat seperti gadis berumur dua puluh tahunan. Dadanya tumpah dan mekar terlihat sintal, serta kulitnya nampak mulus dan bersih. 

"Letakkan saja disitu!" Perintahnya sambil menyalakan matchis dan membakar rokok yang sudah tersemat dibibirnya. Wanita itu menyesap dalam rokoknya lalu menghembuskan dengan bibirnya yang merah. Dia terus mengamati bentuk tubuh Morgan yang cukup atletis, hal itu membuat Morgan sedikit gugup karena diamati begitu dalam.

"Botol anggurnya sudah saya buka nyonya. Apakah perlu saya tuangkan?" Tanya Morgan sopan.

Wanita itu berdiri dari duduknya dan mendekati Morgan serta tiba-tiba jemari tangannya langsung menggerayangi bokong Morgan, sambil menempelkan bibirnya yang hampir menyentuh telinganya dan berbisik.

"Siapa nama mu sayang?" Ucap wanita itu dengan sedikit mendesah.

"Mor-Morgan nyonya," ucap Morgan setengah gugup dan berjaga.

"Maukah kamu menemani saya minum malam ini?" Ucap nya lagi. kali ini tangannya melesat pada dada Morgan yang bidang. Morgan teringat akan pesan manager hotel bahwa pelanggan mereka yang satu ini tidak pelit memberikan uang tip yang besar. Pikir Morgan apa susahnya hanya menemani minum dan makan malam, Lagi pula dirinya juga belum makan malam. Pikirnya lagi.

"Baik nyonya saya akan menemani anda dan melayani anda malam ini," ucap Morgan polos. Lalu Morgan mulai menuangkan anggur kedalam gelas dan memberikannya ketangan wanita itu. 

Morgan meneguk angur itu dan wanita itu hanya menatap Morgan ketika meneguk anggurnya. Mata wanita itu nyalang dan menelan salivanya. 

Morgan menghabiskan anggur yang ada digelas miliknya. Pikirnya dia harus cepat-cepat menyudahi anggur dalam gelasnya agar uang tip itu cepat ketangannya setelah itu pekerjanya selesai.

Wanita itu meraba dada bidang Morgan, dan menyusupkan jemarinya melalui celah kemeja yang tidak terkancing pada kemeja yang dipakai Morgan. Hal itu membuatnya sedikit terkejut, hampir saja Morgan terpancing karena sentuhan-sentuhan yang wanita itu lakukan.

"Nama saya Monik. Biasa orang memaggil saya dengan tante Monik," tukasnya memperkenalkan diri pada Morgan, dan tanganya tetap menggerayangi dada Morgan.

"Oh. Na-nama nyonya tante Monik. It-itu nam-nama yang cantik," ucap Morgan gugup karena gelisah. Hatinya mulai was-was setelah Morgan mulai paham, apa maksud pelanggannya dengan mengatakan menemaninya malam ini.

Tante Monik semakin kelewat batas. Tangannya mulai turun kebawah dan meraba bagian tubuh Morgan yang paling sensitive membuat Morgan sontak dan terkejut.

"Maaf, jangan tante!" ucap Morgan lirih. Bagaimanpun Morgan adalah lelaki normal yang punya sisi sensitive dan pasti akan bereaksi jika ada yang menyerangnya duluan.

"Hmmm...milik mu oke juga. Aku gemes ingin memainkannya," tukas tante Monik sambil mengedipkan matanya kepada Morgan. Morgan terus menarik nafas panjang dan menahan nafsu dirinya. Dia sudah hampir tidak kuat lagi. Bagaimanapun dia harus segera keluar dari kamar itu.

"Maaf nyonya saya permisi dulu. Masih banyak tugas yang harus saya kerjakan." Morgan dengan tegas berpamitan dan tetap bersikap sopan. Dia harus keluar dari kamar itu, jika tidak hasratnya akan meledak dikamar itu bersama dengan wanita itu. Apalagi sudah lama kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi setelah Katherin meninggal dunia dan dia pun sibuk mengurus Michele. 

Morgan selalu punya cara menghilangkan rasa ingin bersetebuhnya. Yaitu dengan berolah raga ke Gym yang iurannya tidak terlalu mahal, serta berada dekat dari tempatnya tinggal. Saat dia berolahraga hasrat ingin bersetubuhnya itu akan langsung hilang karena teralihkan.

Ketika Morgan hendak pergi, Monik menarik tangannya. Morgan terkejut dan melirik kearah Monik.

"Kau tidak mau mengambil uang tip mu?" Tanya tante Monik sambil menunjuk kearah belahan dadanya, ada terselip gulungan uang kertas yang cukup tebal disana.

"Ambil Morgan. Itu uang tip buat kamu karena kamu sudah menemani tante Minum," ucap tante Monik dan lagi-lagi mengedipkan matanya serta, menjilat manja bibirnya sendiri. Seolah masih menggoda Morgan.

Dengan sedikit hati-hati Morgan mencoba mengambil uang tersebut dan berhasil lalu dia cepat-cepat keluar dari kamar itu. Benar saja uang tip yang Morgan terima dari tante Monik sangat besar.  Managernya berkata benar tentang keroyalan tante Monik tamu PIV yang satu ini.

***

Suatu hari disaat libur Morgan mencoba membawa Michele jalan-jalan ke sebuah supermarket. Umur Michele sudah menginjak umur empat tahun dan dia adalah gadis kecil yang cerdas dan cantik. Sesampainya di supermarket Michele meminta ayahnya membelikannya buah apel kesukaannya. "Papa belikan Michele buah apel. Michele juga mau pie apel!" rengek Michele sambil menunjuk pada tumpukan apel.

"Oke! Papa belikan tapi Michele jangan menangis lagi." Bujuk Morgan kepada anaknya itu dan Michele menganguk.

Saat Morgan memilih buah apel tiba-tiba tangannya disentuh oleh seorang wanita dan terpaksa Morgan menoleh kearah wanita itu. 

"Tan-tante Monik!" sapa Morgan yang langsung mengenal wajah Monik.

"Hai sayang. Saya senang kamu lansung mengingat tante. Apa khabar, kamu datang sendiri?" tanya tante Monik.

"Tidak tante saya membawa putri kecil saya." Jawab Morgan sambil menunjuk kearah Michele.

Monik menoleh kearah Michele, "Wow!papannya tampan dan putrinya cantik. Pasti mamanya juga cantik yah?" sahutnya lagi.

"Istri saya sudah tiada saat melahirkan Michele," ucap Morgan dengan raut sedih.

"Ough...maaf kan tante sayang tante tidak tau. Tante turut perihatin yah!" Sahut Monik. 

"Tidak apa-apa tante," ucap Morgan tegar. 

"Sebagai permintaan maaf tante. Semua belanjaan kamu dikeranjang akan tante bayar. Kalau ada yang mau kamu tambah atau membeli susu untuk Michele akan tante bayar." Ucap Monik senang.

Morgan terkejut menurutnya tante Monik berhati baik, "Terimakasih tante," ucap Morgan dan mereka bergegas menuju ke kasir.

Setelah mereka selesai membayar ke kasir tante Monik mengajak Morgan untuk menemaninya makan siang. Saat tiba direstauran tiba-tiba Michele menangis dan memegang dadanya, "Papa dada Michele sakit!" Morgan langsung memeriksa kondisi putrinya.

"Wajah kamu pucat sekali nak dan kamu keringat dingin. Kita ke rumah sakit sekarang yah. Michele yang kuat yah nak!" Morgan panik sebab ini serangan jantung Michele yang pertama kali. Morgan langsung menggendong Michele sementara tante Monik melihat Morgan yang begitu panik segera menawarkan mobilnya untuk membawa Michele. Tante Monik langsung menyerahkan kunci mobilnya pada Morgan.

"Ini kunci mobil tante. Kamu bisa menyetir kan? Kalau menunggu taksi nanti kelamaan!" Sahut tante Monik yang juga ikutan cemas.

Morgan tidak mau membuang waktu dia segera merebahkan Michele di bangku belakang ditemani tante Monik. Morgan menyetir dan mulai melaju sangat cepat menuju rumah sakit.

Tidak memakan waktu lama Morgan tiba dirumah sakit dan langsung membawa Michele ke ruang IGD untuk diperiksa. 

Para suster langsung memasang selang oksigen pada Michele karena sesak. Melihat itu Morgan semakin cemas akan kondisi putri kecilnya itu.

***

To be Countinue. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status