Home / Romansa / Well, Hello Again, Mr. CEO! / 24 Jam Paling Kacau dalam Hidupku

Share

24 Jam Paling Kacau dalam Hidupku

Author: pinkblush
last update Last Updated: 2025-01-30 23:19:58

"Kadang, kita harus lewat jalan yang paling tidak terduga untuk menemukan kenyataan yang paling menyakitkan." – Mauryn Alexandra Devina

***

Sebelumnya, Mauryn pulang ke rumah dalam keadaan kacau dan disambut oleh kepanikan dua sahabatnya, Leona dan Tessa. Setelah menceritakan apa yang terjadi, sesuai harapan, Leona yang memiliki tempramen tinggi langsung bersiap untuk membocorkan kepala Evan.

Namun, semua berubah saat dia menceritakan bahwa dia menjalani one night stand dengan seseorang yang sangat tidak terduga.

Felix, yang dulu merupakan senior kampus mereka bertiga.

Dua sahabat Mauryn langsung mengejeknya, mengatakan betapa mereka mengingat bagaimana dulu Mauryn menolak pria itu saat tiba-tiba saja dia mengajak Mauryn berpacaran.

Meskipun begitu, bercerita pada Leona dan Tessa bisa menekan rasa khawatir dan sedih yang masih melanda hati Mauryn saat ini. Yang jelas, itu adalah 24 jam paling kacau yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Setelah sedikit tenang, dia memutuskan untuk pergi keluar sendirian. Dia butuh udara segar untuk menenangkan hatinya.

Dia berjalan-jalan di pusat kota, masuk ke beberapa toko, dan bahkan membeli beberapa barang yang tidak terlalu penting-hanya karena dia merasa perlu membeli sesuatu.

Saat itulah Mauryn menyadari bahwa langit tidak runtuh, dan semua yang ada di bumi masih ada. Dunia masih sama seperti kemarin. Dan satu-satunya yang berubah adalah dia.

Saat sedang melihat-lihat sepatu di butik, seorang pegawai toko mendekatinya dengan senyum profesional. "Lagi mencari sesuatu yang spesifik, Mbak?"

Mauryn hanya tersenyum. "Nggak, cuma liat-liat."

Dia akhirnya membeli sepasang sepatu hak tinggi yang sama sekali tidak dia butuhkan. Tapi setidaknya, menggesek kartu kredit untuk mendapatkan poin sedikit mengalihkan pikirannya dari kekacauan hidupnya.

Setelah beberapa jam berjalan-jalan, dia akhirnya duduk di sebuah kafe, menatap ke luar jendela.

Hatinya masih terasa gelisah. Dia merasa kecewa dan frustasi dalam waktu bersamaan. Perselingkuhan Evan masih menusuknya seperti duri yang belum bisa dicabut. Dan kejadian dengan Felix? Itu masih terlalu absurd untuk dia cerna.

Mauryn menghembuskan napas panjang.

"Apa aku akan bisa melewati ini?"

Dia tidak tahu jawabannya.

Lalu, waktu seperti berlalu begitu saja. Hari sudah gelap dan Mauryn berjalan sendirian di antara toko-toko dengan tatapan nanar tanpa menyadari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

Tiba-tiba saja, kilas balik mengenai pengkhianatan Evan kembali terlintas dalam benaknya hanya karena dia mendengar sebuah musik yang menjadi musik favoritnya dan Evan mengalun di salah satu cafe yang ada di sana.

Mata Mauryn mulai memanas, air mata telah menggenang di pelupuk matanya tanpa dia sadari. Lalu, kenangan bersama Evan terus berputar di kepalanya. Cukup untuk sekedar menghancurkan kembali perasaannya.

"Bedebah," lirihnya sebelum akhirnya dia terduduk begitu saja karena kakinya tiba-tiba melemah. Dia menangis sejadi-jadinya di tempat itu tanpa menghiraukan tatapan aneh orang-orang kepadanya.

Setelah cukup lama dia berdiam diri di sana, dengan susah payah Mauryn kembali berdiri lalu masuk ke dalam mobil yang berbaris di antara para taksi. Dengan sesegukan, dia memberitahu alamat rumahnya pada sang sopir lalu setelah itu asyik menangis sembari menutup wajahnya sendiri.

Namun, yang di dalam mobil itu bukanlah sopir. Mobil yang dia naiki pun bukan taksi. Itu adalah Felix dan mobilnya. Felix yang saat ini menatap Mauryn dengan kebingungan. Tetapi sebelum dia sempat mencerna apa yang terjadi pada Mauryn, taksi di belakangnya membunyikan klakson pertanda dia harus segera menjalankan mobilnya. Mau tidak mau, Felix pun segera pergi membelah jalanan Jakarta dengan ditemani isak tangis Mauryn di sepanjang perjalanan.

Untuk mengatasi situasi canggung itu, Felix memutuskan untuk menyalakan musik agar suara tangisan Mauryn tidak terlalu terdengar, tetapi isak tangis itu justru beradu dengan suara musik yang dia putar. Sementara itu, Mauryn sama sekali tak menyadari siapa yang bersamanya saat ini karena lebih memilih untuk melihat ke jendela mobil.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di depan rumah Mauryn.

"Kita sudah sampai," ucap Felix.

Dengan tangis yang masih sesegukan, Mauryn membuka dompetnya lalu memberikan salah satu kartunya pada Felix tanpa sama sekali melirik ke arahnya. Felix mengambil kartu itu dengan bingung, memperhatikannya, lalu mengembalikannya pada Mauryn.

Setelah itu, Mauryn pun segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Mauryn pergi menuju dapur lalu mengambil beberapa kaleng bir dan menenggaknya. Hingga tak tahu sudah berapa kaleng bir yang dia minum saat ini, bicaranya mulai melantur.

"Tuhan nggak pernah ngasih penderitaan melebihi kemampuan manusia. Bukannya itu luar biasa? Gue ini pasti dianggap sebagai an amazing bitch. Oh my gosh! You're overestimating me! Aku nggak bisa menangani cobaan seberat ini." Mauryn yang mabuk berat meraba kaleng-kaleng bir di atas meja. Sedangkan, dua sahabatnya yaitu Leona dan Tessa hanya duduk sembari memperhatikan kegiatan wanita itu.

"Eh habis? Biar gue ambil lagi." Mauryn berdiri dari duduknya dengan sempoyongan lalu berjalan susah payah menuju kulkas.

Melihat itu, Tessa yang mulai jengah pun buka suara. "Bir kita udah habis loh, Ryn."

"Lagian gue juga nggak mau," sahut Leona.

Langkah kaki Mauryn terhenti. "Kalo gitu, kita minum wine aja," ucapnya dengan sumringah.

Dia berlari dengan setengah berjinjit, lalu mengambil sebotol wine yang tertata rapi di atas meja. Namun, suasana hatinya langsung berubah 180 derajat setelah melihat pot bunga di atas meja itu.

Tolong bicara yang baik sama aku.

Mauryn membaca tulisan yang tertempel pada pot bunga itu, sesaat kemudian dia kembali meledak-ledak.

"Bicara yang baik? Gimana bisa? Semuanya hancur! Kamu pengen aku bicara baik-baik? Kamu salah, tapi nggak mau disalahin? Kamu pikir seseorang akan menghibur kamu? Sadar, dong. Di dunia yang dingin dan keras ini, nggak ada seorang pun yang berada di pihak kamu! Orang-orang menunggu kehancuran kamu. Orang-orang senang kamu sengsara!" Mauryn mengomel pada pot bunga itu dengan suara nyaring.

Leona dan Tessa tak sanggup lagi menghadapinya, mereka berdua langsung berdiri dari duduknya.

"Ayo kita bawa dia ke tempat tidur," ucap Leona.

Mereka terus membujuk agar Mauryn mau dibawa ke kamar meski wanita itu terus berusaha untuk menghindar dan menolak. Tapi Leona dan Tessa tahu bahwa Mauryn yang seperti ini tak bisa dibiarkan. Meskipun harus setengah diseret, mereka harus tetap membawa Mauryn ke kamar.

Mereka memahami bahwa saat ini Mauryn berada di titik terendah hidupnya. Diselingkuhi oleh orang yang sudah dia pacari selama hampir 12 tahun sama sekali bukan hal yang mudah dan itu sangat sulit untuk bisa diterima. Rasa sakitnya pasti tak tertahankan. Wajar jika Mauryn sampai menjadi seperti sekarang ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Memperjuangkan Harga Diri

    Seisi Lumora Tech tak henti-hentinya membicarakan kasus yang sedang panas ini. Bahkan, beberapa dari mereka mulai mengorek-ngorek masa lalu Martha demi menyudutkannya."Kamu udah liat foto lama Martha di internet belum?" tanya seorang karyawan laki-laki terhadap rekannya ketika mereka bersantai di cafetaria yang ada di Lumora Tech."Foto-foto lama dia?"Mereka berdua kemudian melihat-lihat foto yang berada pada akun media sosial milik seseorang yang mengaku-ngaku sebagai teman lamanya.Aku kenal dia waktu kuliah. Dia emang suka gonta-ganti pacar dengan cepat. Aku dengar dia membalas itu karena masalah jabatan yang lebih tinggi, udah aku duga.Itulah tulisan caption yang dibagikan oleh orang tersebut."Ya ampun ....""Udah aku duga, sih pasti kayak gini. Pak Ian cuma lagi nggak beruntung aja. Orang jelas banget itu suka sama suka, bukan cuma dia yang salah. Astaga, apa yang udah terjadi sama dunia ini? Saya jadi takut ngo

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Skandal Percobaan Pemerkosaan

    Martha masih duduk sendirian di meja kerjanya. Pikirannya berkecamuk penuh campur aduk. Dengan perasaan sedikit ragu tetapi juga penuh tekad, dia membuka aplikasi khusus pegawai Lumora Tech yang terinstal di ponselnya. Lalu, kemudian ... mulai mengetikkan beberapa kalimat pada halaman survey kebahagiaan karyawan.Saya korban percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Ian Wicaksono yang merupakan Kepala Manajer SDM dari Lumora Tech. Perkenalkan nama saya Martha Donna Harahap, Senior Product Manager dari Tim Product Development di Lumora Tech. Pada malam tanggal 30 Oktober, satu tahun yang lalu, saya menjadi korban percobaan pemerkosaan Pak Ian di hotel La Crystal. Pada saat itu, saya adalah seseorang yang ingin menang. Saya kira saya baik-baik saja, sampai akhirnya hal itu terjadi. Saya berniat untuk melaporkan dia atas kejadian itu, tapi rasa takut menguasai saya. Jadi, akhirnya saya memilih untuk lari. Saya bicara sekarang, setahun kemudian, karena saya menyadari Pak Ia

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Teka-Teki

    Mauryn berdiri di depan kaca kamar mandi lantai delapan, memandangi bayangannya sendiri yang terlihat jauh lebih tenang dari yang dia rasakan. Bibirnya mengulas senyum tipis, palsu tapi terlatih. Ini bukan tentang keberanian. Ini tentang kebenaran.Dia melirik jam tangan. Sudah hampir waktunya. Ian baru saja selesai memimpin rapat tim divisi lain. Berdasarkan informasi dari Evan, setelah ini biasanya pria itu kembali ke ruangannya selama satu jam sebelum lanjut ke pertemuan berikutnya. Dan itulah jendela waktunya.Namun kali ini, Mauryn tidak akan masuk ke ruangannya.Langkahnya membawanya ke pantry dekat ruang kerja tim engineering, tempat yang jarang dilewati saat jam-jam sibuk. Dia berdiri di dekat mesin kopi, pura-pura sibuk menyiapkan minuman ketika Ian melintas di koridor."Pak Ian," sapa Mauryn dengan suara pelan tapi cukup jelas.Ian menoleh dan tersenyum kecil. "Mauryn. Sedang istirahat sebentar?""Sedikit. Sebenarnya ..

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menjebak Seseorang

    Saat baru saja tiba di kantor, Evan melihat Freya sedang berbicara di telepon dan terlihat sangat frustasi. Dari yang dia dengar, sepertinya wanita itu tengah bertengkar dengan sang ibu. Lantas, dia pun menghampirinya setelah Freya menutup teleponnya.Begitu Freya menutup telepon dan menghela napas panjang, Evan menghampirinya dengan senyum kecil."Astaga. Hidup emang berat buat orang dewasa. Iya, kan?" ucapnya pelan.Freya mendongak. "Kamu denger?" tanyanya canggung.Evan tertawa kecil. "Kabur aja dari rumah. Gimana? Ide bagus, kan?"Freya tergelak. "Apa? Aku bukan bocah. Gimana bisa aku kabur kayak gitu?""Kamu masih kecil. Masih belum 30 tahun, kan?"Tawa Freya pecah lagi. Evan ikut tersenyum melihatnya. "Akhirnya kamu ketawa. Aku ngomong kayak gitu biar kamu ketawa.""Betul, aku jadi ketawa berkat kamu," ucap Freya dengan senyum masih setengah getir.Suasana ringan itu buyar saat ponsel Evan berderi

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menyaksikan Perselingkuhan, Lagi?

    "Kalian bekerja keras untuk mengatasi krisis saat data pelanggan kita diretas, tapi saya baru sempat berterima kasih sekarang. Saya mengundang kalian makan malam untuk menunjukkan rasa terima kasih dan menyelamati promosi Pak Evan. Saya tau krisis itu telah berdampak buruk bagi semua orang. Ini semua karena ketidakmampuan saya, jadi salahkan saya untuk semua kesulitan. Sementara itu, seseorang kesulitan, jadi saya harap kalian bisa menunjukkan dukungan penuh. Untuk merayakan kesuksesan, kita akan minum anggur dan makan seperti raja dan ratu hari ini." Felix membuka jamuan makan malam bersama tim gabungan malam ini.Semua orang mengangkat gelas anggur mereka."Lumora Tech.""Lumora Tech!"Mereka semua bersulang lalu meneguk anggur itu.Gelas-gelas beradu dalam derai tawa. Musik lembut mengalun dari sudut ruangan restoran rooftop itu, menyatu dengan obrolan yang riuh dari para karyawan Lumora Tech. Lampu-lampu gantung menyebarkan cahaya kekuningan yang hangat, menciptakan suasana akrab

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Transparansi dan Pemulihan

    Leona tertawa getir. "Selama ini lo semua kira gue memutuskan Kayden karena bosan? Karena gue capek? Bukan. Gue ... gue cinta dia, Ryn. Gue cinta dia lebih dari apapun. Tapi gue nggak bisa ngasih dia keturunan. Gue nggak bisa mengandung anak-anaknya. Gue mandul."Tenggorokan Mauryn tercekat. Dia memegangi mulutnya, tubuhnya mulai gemetar."Gue mutusin Kayden karena gue nggak mau mengikat dia dengan sesuatu yang rusak kayak gue," suara Leona pecah menjadi tangisan. "Gue pengen banget jadi seorang ibu, Ryn. Gue pengen banget punya bayi kecil yang bisa gue peluk tiap malam. Tapi gue nggak bisa. Tuhan nggak ngasih gue kesempatan itu."Leona menghapus air matanya kasar."Sedangkan lo ... lo dengan begitu gampangnya mau menyingkirkan kehidupan kecil itu. Seolah itu sampah. Seolah ... seolah lo nggak tau betapa berharganya dia. Dan lo liat Tessa. Udah berapa tahun dia nikah sama Arhan tapi belum juga dikasih anak, kan? Lo tau betapa sakitnya hati kita be

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Luka yang Tak Pernah Kau Lihat

    Felix berdiri di ruang rapat dengan ekspresi kaku dan rahang mengeras. Di tangannya, dia menggenggam hasil investigasi lengkap yang disusun oleh divisi keamanan siber dan CTO Sophia Zhang. Di sisi kanan meja, duduk Mauryn dengan tangan mengepal di pangkuan, berusaha menahan gemuruh yang bergema di dadanya. Hari ini, kebenaran akan diungkap."Sesuai hasil audit digital dan pemeriksaan forensik, tindakan penyusupan telah dikonfirmasi berasal dari perangkat pribadi milik Luna Sasmita," ucap Sophia dengan nada tajam namun terkendali. "Jejak komunikasi yang terekam menunjukkan keterlibatannya dalam percakapan terenkripsi dengan akun yang diketahui berafiliasi dengan SynaptIQ Technologies."Felix melirik Mauryn. Tatapan mereka bertemu—pendek, tapi cukup untuk menyampaikan betapa rumit dan menyakitkannya situasi ini.Luna kini berada dalam tahanan internal sementara menunggu proses hukum berjalan. Yang tertinggal hanyalah debu-debu curiga yang belum sepenuhnya mengendap di dalam tim Product

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Kehamilan yang Dirahasiakan

    Pintu apartemen terbuka pelan. Suara kunci diputar nyaris tak terdengar di tengah suara hujan yang masih menetes ringan di luar sana. Sepatu hak tinggi Mauryn menyentuh lantai kayu dengan langkah lesu. Tubuhnya lunglai. Kepala berdenyut. Perutnya terasa seperti dipelintir sejak siang. Dia hanya ingin meresap dalam diam, mengganti baju, lalu tenggelam dalam kasur.Namun yang menyambutnya justru bukan keheningan yang dia harapkan.Leona duduk di ujung sofa dengan tangan menyilang di dada, wajahnya kaku seperti batu karang. Tatapannya menusuk tajam, seperti bisa menembus seluruh kulit luar Mauryn dan melihat apa yang tersembunyi di dalam.Tessa berdiri di dekat jendela, tak kalah tenang tapi jelas-jelas menyimpan badai di balik tatapan matanya yang lembut."Baru pulang?" ucap Leona tanpa basa-basi, suaranya dingin, tajam, mengiris seperti belati.Mauryn berdiri mematung di ambang pintu, merasakan tengkuknya mulai dingin oleh hawa yang tiba-t

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Musuh dalam Selimut

    Mauryn dan orang-orang yang berada di tim gabungan, menyisir ulang akses dan log login. Satu nama muncul berulang—dengan pola waktu mencurigakan, lokasi yang sama, dan durasi login yang panjang dengan nama Luna Sasmita. Mauryn menahan napas. Luna. Pegawai baru yang hampir tak pernah bersuara di rapat. Yang masih terlihat canggung dan sering duduk paling pojok. Pegawai yang baru bekerja di Lumora Tech sejak masalah ini terjadi. Dan yang dulu ... bekerja sebagai SPG makanan beku di kantin basement kantor. "Dia masuk lewat jalur rekrutmen vendor," ucap Felix sambil menelusuri data HR. "Direkrut cepat karena katanya punya background teknik dari universitas luar negeri, tapi nggak pernah bisa diverifikasi penuh. Sulit bagi saya untuk menelusuri setiap karyawan baru, karena saya nggak langsung mewawancarai mereka." Mauryn merasa dadanya sesak. "Perangkat pribadinya?" tanya Sophia. "Udah di-clone tim forensic. Kami temukan pattern log mirip di ponselnya. Dan ... ada jejak komunikasi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status