Home / Romansa / Well, Hello Again, Mr. CEO! / CEO Baru, Masalah Baru

Share

CEO Baru, Masalah Baru

Author: pinkblush
last update Last Updated: 2025-02-26 23:38:37

"Sebelas tahun cinta bisa runtuh dalam hitungan detik. Dan yang lebih ironis, orang yang dulu tak sengaja kupermalukan justru menjadi saksi kejatuhanku." -Mauryn Alexandra Devina

***

Di pagi hari yang cukup cerah ini, Mauryn berjalan dengan langkah gontai dari parkiran menuju kantor yang jaraknya lumayan jauh dengan kepala berat. Bukan hanya karena heels-nya yang kebesaran setengah ukuran—meskipun itu juga berkontribusi pada penderitaannya pagi ini—tetapi karena isi kepalanya yang masih berkabut oleh kejadian semalam.

Dia menemukan kekasih yang sudah dia pacari selama sebelas tahun telah berselingkuh darinya. Lalu, ada satu insiden yang terjadi bersama seseorang dengan nama tak terduga.

Felix Nathaniel Mahardika.

Felix yang dulu pernah dia tolak dengan alasan paling konyol seumur hidupnya. Felix yang semalam entah bagaimana bisa terlibat dalam malam tergelapnya. Dia menghabiskan seluruh harinya dengan memikirkan masalah itu.

Mauryn masih belum mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi. Satu detik dia menangis sesegukan di pojok kelab, menceritakan penderitaannya ke seorang pria asing, lalu tiba-tiba ...

Boom.

Hotel. Kamar. Pagi hari. Felix.

Mauryn menutup wajahnya dengan kedua tangan saat dia berdiri di depan pintu kantor.

Dia juga memikirkan bagaimana harus bersikap saat bertemu dengan Evan nanti, sebab pertemuan mereka tak mungkin dihindari karena mereka bekerja di perusahaan yang sama.

"Aku cuma harus menahan emosi aku aja waktu berhadapan sama dia," gumamnya pelan sambil menarik napas dalam-dalam.

Oke, santai. Tarik napas. Hari ini cuma akan menjadi hari kerja biasa. Nggak ada hal buruk yang akan terjadi, batin Mauryn.

Lalu dia masuk ke dalam kantor.

Namun, begitu Mauryn melangkah masuk ke kantor, firasat buruk langsung menyerangnya.

Suasana di lantai kerja terasa ... aneh. Biasanya, orang-orang akan tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Tapi hari ini, mereka sibuk dengan sesuatu yang lain—dan itu adalah dirinya. Sepanjang perjalanan yang dilalui Mauryn untuk menuju ke ruangannya, dipenuhi oleh tatapan aneh orang-orang di sekitarnya.

Begitu dia tiba di ruangan dan berjalan ke meja, beberapa rekan kerja yang sedang ngobrol langsung terdiam, lalu berpura-pura sibuk mengetik. Yang lain berbisik-bisik di pojok, sesekali melirik ke arahnya sambil menahan tawa.

Mauryn menyipitkan mata curiga.

Ini ada apa, sih? Kok pada aneh?, batinnya.

Saat dia duduk, Saskia, rekan satu timnya, langsung mendekat dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

"Mauryn, kamu nggak apa-apa?" tanya Saskia dengan ekspresi campuran antara simpati dan kepo akut.

"Iya. Kenapa?"

Saskia menggigit bibirnya. "Kamu ... belum lihat grup chat kantor, ya?"

"Belum, kenapa emangnya?"

Alih-alih menjawab, Saskia menyerahkan ponselnya. Dengan rasa penasaran bercampur cemas, Mauryn mengambilnya dan melihat isi grup obrolan kantor.

Di sana, di grup obrolan kantor, ada sebuah video.

Dirinya.

Di kelab.

Mabuk berat dan menangis dengan makeup luntur seperti zombie yang gagal move on.

Dan yang lebih buruk, saat dia mengatakan berbagai macam ocehan yang sama sekali tidak dia sadari.

Mauryn merasa ingin hilang. Bukan mati, bukan kabur. Hanya lenyap sejenak dari semua perhatian yang tertuju padanya saat ini.

Dia menatap layar dengan ngeri. Grup obrolan kantor dipenuhi dengan meme. Dia sudah menjadi bulan-bulanan para karyawan kantor.

Budi (Finance Team): Fix, ini lebih seru dari meeting pagi!

Rina (HR): Mbak Mauryn, tolong ajari kami cara pensiun dari pacar.

Andi (IT): Evan masuk trending topic nih, kasihan juga ... dikutuk live begitu wkwkwk.

Mauryn menutup mulutnya, wajahnya merah padam.

"SIAPA YANG UPLOAD INI?!"

Saskia menelan ludah. "Katanya ada karyawan kita yang lihat kamu di kelab, terus ... ya, dia merekam kamu dan menyebarkannya di grup."

Mauryn menghembuskan napas panjang. Ini lebih buruk dari presentasi produk yang crash di depan investor.

Dia menutup wajahnya di meja. "Aku nggak bisa kerja di sini lagi. Aku harus resign. Aku akan ganti nama dan pindah ke desa terpencil di pelosok Kalimantan."

Sebelum Saskia bisa menjawab, suara HR Manager terdengar dari speaker kantor.

"Semua karyawan harap berkumpul di ruang rapat utama untuk menyambut CEO baru kita!"

Mauryn mendesah. Oke, mungkin ini bisa menjadi pengalihan isu. CEO baru, wajah baru, masalah baru.

Dia menyeret langkahnya ke ruang rapat bersama yang lain.

Ruangan itu sudah penuh sesak ketika Mauryn masuk. Semua orang berbisik-bisik, bertanya-tanya siapa sosok CEO baru yang akan menggantikan pimpinan lama mereka.

"Katanya orangnya keren."

"Denger-denger masih muda, loh!"

"Jangan-jangan kayak bos di drama Korea ...."

Mauryn tidak peduli. CEO baru atau tidak, dia hanya ingin rapat ini cepat selesai agar dia bisa mencari tahu siapa dalang di balik video viralnya.

Begitu HR Manager berdiri di depan, semua orang langsung diam.

"Baiklah, kita sambut CEO baru kita, Felix Nathaniel Mahardika!"

Seketika, ruangan menjadi hening.

Mauryn merasakan seluruh darahnya menguap dari tubuhnya.

Tunggu. Apa?

Dan kemudian, Felix masuk ke ruangan dengan santai. Mengenakan setelan jas yang sempurna, ekspresi percaya diri, dan ...

Senyuman yang mengarah langsung kepadanya.

Mata mereka bertemu.

Mauryn hampir mimisan.

Felix terlihat terlalu santai untuk ukuran pria yang baru saja jadi CEO—atau pria yang semalam terlibat skandal tak sengaja dengan seorang pegawai. Dia berdiri dengan percaya diri, menyapu pandangan ke seluruh ruangan sebelum akhirnya berbicara.

"Halo semuanya, saya Felix Nathaniel. Seperti yang kalian tahu, saya adalah CEO baru perusahaan ini. Saya harap saya bisa bekerja dengan baik bersama kalian semua dan membawa perusahaan ini ke level yang lebih tinggi."

Felix tetap tersenyum. Tapi ada kilatan geli di matanya saat dia melirik ke arah Mauryn yang duduk membeku seperti patung es.

Setelah acara selesai, semua orang berhamburan keluar dengan wajah penuh antusiasme. Tapi Mauryn masih terpaku di kursinya.

Saskia menepuk bahunya. "Kamu nggak apa-apa? Kamu kayak lagi liat hantu."

Mauryn tidak menjawab.

Karena masalahnya bukan 'melihat hantu.'

Masalahnya adalah, hantu itu sekarang adalah bosnya.

***

Ketika kembali ke mejanya, Mauryn langsung membuka laptop dan mulai mengetik.

SUBJECT: Resignation Letter

TO: HR Department

Jari-jarinya mengetik cepat. Tidak ada cara dia bisa bertahan di kantor ini dengan Felix sebagai CEO. Tidak setelah apa yang terjadi. Tidak setelah video mabuknya viral. Tidak setelah mereka menghabiskan malam bersama dan dia malah kabur begitu saja.

Tiba-tiba, sekelibat ingatan tentang malam itu menghampiri kepalanya.

Saat berada di dalam gendongan Felix menuju kamar hotel, Mauryn memperhatikan wajah pria yang membawanya.

"Kak Felix? Wah ... kamu udah jadi keren banget sekarang. Udah nggak kayak jamet lagi. Andai aja aku tetap nerima kamu yang bau keringat dulu, pasti sekarang aku nggak kacau kayak gini," celetuk Mauryn.

Mauryn merasa semakin frustasi karena memori itu. Bagaimana bisa dia sempat mengatai Felix dalam mabuknya?

"Mauryn, kamu beneran udah gila. Itu sebabnya Tuhan menghukum kamu sekarang," ucapnya pada dirinya sendiri.

Dia mengacak-acak rambutnya sendiri dan bersiap untuk mengirim email pengunduran dirinya. Tapi sebelum dia bisa menekan Send, ada notifikasi email masuk.

Dari: Felix Nathaniel Mahardika (CEO)

Subjek: Kita Perlu Bicara

Mauryn menelan ludah.

Tidak. Tidak. Tidak.

Dia menutup laptopnya cepat, lalu memandang kosong ke arah langit-langit.

Ini baru hari pertama, dan dia sudah ingin melompat dari jendela.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Memperjuangkan Harga Diri

    Seisi Lumora Tech tak henti-hentinya membicarakan kasus yang sedang panas ini. Bahkan, beberapa dari mereka mulai mengorek-ngorek masa lalu Martha demi menyudutkannya."Kamu udah liat foto lama Martha di internet belum?" tanya seorang karyawan laki-laki terhadap rekannya ketika mereka bersantai di cafetaria yang ada di Lumora Tech."Foto-foto lama dia?"Mereka berdua kemudian melihat-lihat foto yang berada pada akun media sosial milik seseorang yang mengaku-ngaku sebagai teman lamanya.Aku kenal dia waktu kuliah. Dia emang suka gonta-ganti pacar dengan cepat. Aku dengar dia membalas itu karena masalah jabatan yang lebih tinggi, udah aku duga.Itulah tulisan caption yang dibagikan oleh orang tersebut."Ya ampun ....""Udah aku duga, sih pasti kayak gini. Pak Ian cuma lagi nggak beruntung aja. Orang jelas banget itu suka sama suka, bukan cuma dia yang salah. Astaga, apa yang udah terjadi sama dunia ini? Saya jadi takut ngo

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Skandal Percobaan Pemerkosaan

    Martha masih duduk sendirian di meja kerjanya. Pikirannya berkecamuk penuh campur aduk. Dengan perasaan sedikit ragu tetapi juga penuh tekad, dia membuka aplikasi khusus pegawai Lumora Tech yang terinstal di ponselnya. Lalu, kemudian ... mulai mengetikkan beberapa kalimat pada halaman survey kebahagiaan karyawan.Saya korban percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Ian Wicaksono yang merupakan Kepala Manajer SDM dari Lumora Tech. Perkenalkan nama saya Martha Donna Harahap, Senior Product Manager dari Tim Product Development di Lumora Tech. Pada malam tanggal 30 Oktober, satu tahun yang lalu, saya menjadi korban percobaan pemerkosaan Pak Ian di hotel La Crystal. Pada saat itu, saya adalah seseorang yang ingin menang. Saya kira saya baik-baik saja, sampai akhirnya hal itu terjadi. Saya berniat untuk melaporkan dia atas kejadian itu, tapi rasa takut menguasai saya. Jadi, akhirnya saya memilih untuk lari. Saya bicara sekarang, setahun kemudian, karena saya menyadari Pak Ia

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Teka-Teki

    Mauryn berdiri di depan kaca kamar mandi lantai delapan, memandangi bayangannya sendiri yang terlihat jauh lebih tenang dari yang dia rasakan. Bibirnya mengulas senyum tipis, palsu tapi terlatih. Ini bukan tentang keberanian. Ini tentang kebenaran.Dia melirik jam tangan. Sudah hampir waktunya. Ian baru saja selesai memimpin rapat tim divisi lain. Berdasarkan informasi dari Evan, setelah ini biasanya pria itu kembali ke ruangannya selama satu jam sebelum lanjut ke pertemuan berikutnya. Dan itulah jendela waktunya.Namun kali ini, Mauryn tidak akan masuk ke ruangannya.Langkahnya membawanya ke pantry dekat ruang kerja tim engineering, tempat yang jarang dilewati saat jam-jam sibuk. Dia berdiri di dekat mesin kopi, pura-pura sibuk menyiapkan minuman ketika Ian melintas di koridor."Pak Ian," sapa Mauryn dengan suara pelan tapi cukup jelas.Ian menoleh dan tersenyum kecil. "Mauryn. Sedang istirahat sebentar?""Sedikit. Sebenarnya ..

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menjebak Seseorang

    Saat baru saja tiba di kantor, Evan melihat Freya sedang berbicara di telepon dan terlihat sangat frustasi. Dari yang dia dengar, sepertinya wanita itu tengah bertengkar dengan sang ibu. Lantas, dia pun menghampirinya setelah Freya menutup teleponnya.Begitu Freya menutup telepon dan menghela napas panjang, Evan menghampirinya dengan senyum kecil."Astaga. Hidup emang berat buat orang dewasa. Iya, kan?" ucapnya pelan.Freya mendongak. "Kamu denger?" tanyanya canggung.Evan tertawa kecil. "Kabur aja dari rumah. Gimana? Ide bagus, kan?"Freya tergelak. "Apa? Aku bukan bocah. Gimana bisa aku kabur kayak gitu?""Kamu masih kecil. Masih belum 30 tahun, kan?"Tawa Freya pecah lagi. Evan ikut tersenyum melihatnya. "Akhirnya kamu ketawa. Aku ngomong kayak gitu biar kamu ketawa.""Betul, aku jadi ketawa berkat kamu," ucap Freya dengan senyum masih setengah getir.Suasana ringan itu buyar saat ponsel Evan berderi

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Menyaksikan Perselingkuhan, Lagi?

    "Kalian bekerja keras untuk mengatasi krisis saat data pelanggan kita diretas, tapi saya baru sempat berterima kasih sekarang. Saya mengundang kalian makan malam untuk menunjukkan rasa terima kasih dan menyelamati promosi Pak Evan. Saya tau krisis itu telah berdampak buruk bagi semua orang. Ini semua karena ketidakmampuan saya, jadi salahkan saya untuk semua kesulitan. Sementara itu, seseorang kesulitan, jadi saya harap kalian bisa menunjukkan dukungan penuh. Untuk merayakan kesuksesan, kita akan minum anggur dan makan seperti raja dan ratu hari ini." Felix membuka jamuan makan malam bersama tim gabungan malam ini.Semua orang mengangkat gelas anggur mereka."Lumora Tech.""Lumora Tech!"Mereka semua bersulang lalu meneguk anggur itu.Gelas-gelas beradu dalam derai tawa. Musik lembut mengalun dari sudut ruangan restoran rooftop itu, menyatu dengan obrolan yang riuh dari para karyawan Lumora Tech. Lampu-lampu gantung menyebarkan cahaya kekuningan yang hangat, menciptakan suasana akrab

  • Well, Hello Again, Mr. CEO!   Transparansi dan Pemulihan

    Leona tertawa getir. "Selama ini lo semua kira gue memutuskan Kayden karena bosan? Karena gue capek? Bukan. Gue ... gue cinta dia, Ryn. Gue cinta dia lebih dari apapun. Tapi gue nggak bisa ngasih dia keturunan. Gue nggak bisa mengandung anak-anaknya. Gue mandul."Tenggorokan Mauryn tercekat. Dia memegangi mulutnya, tubuhnya mulai gemetar."Gue mutusin Kayden karena gue nggak mau mengikat dia dengan sesuatu yang rusak kayak gue," suara Leona pecah menjadi tangisan. "Gue pengen banget jadi seorang ibu, Ryn. Gue pengen banget punya bayi kecil yang bisa gue peluk tiap malam. Tapi gue nggak bisa. Tuhan nggak ngasih gue kesempatan itu."Leona menghapus air matanya kasar."Sedangkan lo ... lo dengan begitu gampangnya mau menyingkirkan kehidupan kecil itu. Seolah itu sampah. Seolah ... seolah lo nggak tau betapa berharganya dia. Dan lo liat Tessa. Udah berapa tahun dia nikah sama Arhan tapi belum juga dikasih anak, kan? Lo tau betapa sakitnya hati kita be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status