Home / Romansa / When I Me(e)t You / 113 Perubahan Sikap Arka

Share

113 Perubahan Sikap Arka

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-05-30 20:58:28

“Kamu ngapain, Ka?”

Sepasang tangan yang tiba-tiba saja melingkari perutnya dari belakang membuat Arka hampir berteriak andai saja ia tidak mendengar suara yang sudah akrab di telinganya.

“Masak.”

“Bahaya, nggak usah lah, kan ada Bi—” Caraka menutup mulutnya dan langsung melepaskan belitan tangannya saat menyadari kalau sekarang di rumahnya tidak hanya ada dirinya dan Arka.

Si Bibi, yang ditinggalkan mertuanya di rumah itu sejak tadi duduk di bar stool sambil mengupas mangga, tapi Caraka tidak menyadarinya dan langsung memeluk Arka sesampainya di rumah. Kini wanita berusia paruh baya itu hanya mengulum senyum melihat Caraka yang salah tingkah.

“Mas Caraka mau nemenin Non masak?” tanyanya penuh pengertian. Mungkin pasangan pengantin lama rasa baru itu ingin menghabiskan waktu berdua.

“Boleh, Bi. Biar saya aja yang nemenin Arka masak.”

“Bibi permisi dulu ya, Mas, Non, mau mandi sore dulu.”

“Makanya, Abang. Dilihat dulu, ada orang nggak. Kalo aja bukan Bibi yang di sini, Mama misalnya, g
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   115 Takdir Ternyata Sebercanda Ini

    Naya: Ka, longgar nggak?Arka: Apaan? Baju gue?Naya: Jadwal, Arka. JADWAL!Arka terbahak melihat balasan pesan dari Naya. Bisa dibayangkannya raut wajah Naya yang kesal karena mendapati balasan pesannya yang tidak jelas.Arka: Mau ngajak ke mana?Naya: Makan yuk, udah lama nggak ketemu, sekalian ada yang mau gue kasihin ke loArka: Apa?Naya: Nanti lo juga tauArka: Ok, nanti gue ke café lo ya, tapi gue izin suami gue duluNaya: Please lah, makan di luar gituNaya: Tega banget dari senin sampe minggu lo nyuruh gue makan di caféArka: Ih rempong, ya udah nanti kasih tau mau di manaNaya: GI, Fish & Co?Arka: GI ok, tapi jangan makan ikan ya, pleaseArka bergidik saat mengetikkan pesan itu kepada Naya, karena belakangan ini perutnya bergejolak setiap mencium amis ikan, apalagi memakannya.Naya: Ojju?Arka: DealSetelah Naya tidak membalas lagi pesannya, Arka langsung menghubungi Caraka untuk meminta izin. Caraka yang memang sedang ada meeting tentu saja mengizinkan Arka selama Arka mau

  • When I Me(e)t You   114 Harusnya Bersyukur

    Daniel mengedarkan pandangannya ke sekitar, menatap Niken yang duduk bersebelahan dengan Edo lalu menatap Delia yang duduk di sampingnya, dan Caraka yang duduk di single sofa tidak jauh darinya. “Lagi … berantem?”Caraka hanya tersenyum simpul sambil menoleh ke arah teras samping di mana Arka sedang bermain bersama Putri.Bahkan seorang Daniel yang tidak biasa peka dengan keadaan orang lain saja bisa menyadari perbedaan sikap Arka saat menerima mereka, juga sikap Caraka yang jadi lebih dingin dari biasanya.Padahal selama ini Caraka selalu menempel di samping Arka kalau ada laki-laki di sekitarnya, tidak peduli kalau lelaki itu adalah Daniel yang sama sekali tidak memiliki potensi untuk dilirik Arka.Niken dan Edo hanya terkekeh geli melihat kusutnya wajah Caraka.“Kenapa, Ka?” tanya Edo. “Ya biasalah, hormon ibu hamil. Agak keteteran aja gue ngikutin maunya.”Empat pasang mata itu hanya menatap Caraka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sampai akhirnya Delia yang memecah kesunyian.

  • When I Me(e)t You   113 Perubahan Sikap Arka

    “Kamu ngapain, Ka?”Sepasang tangan yang tiba-tiba saja melingkari perutnya dari belakang membuat Arka hampir berteriak andai saja ia tidak mendengar suara yang sudah akrab di telinganya.“Masak.”“Bahaya, nggak usah lah, kan ada Bi—” Caraka menutup mulutnya dan langsung melepaskan belitan tangannya saat menyadari kalau sekarang di rumahnya tidak hanya ada dirinya dan Arka.Si Bibi, yang ditinggalkan mertuanya di rumah itu sejak tadi duduk di bar stool sambil mengupas mangga, tapi Caraka tidak menyadarinya dan langsung memeluk Arka sesampainya di rumah. Kini wanita berusia paruh baya itu hanya mengulum senyum melihat Caraka yang salah tingkah.“Mas Caraka mau nemenin Non masak?” tanyanya penuh pengertian. Mungkin pasangan pengantin lama rasa baru itu ingin menghabiskan waktu berdua.“Boleh, Bi. Biar saya aja yang nemenin Arka masak.”“Bibi permisi dulu ya, Mas, Non, mau mandi sore dulu.”“Makanya, Abang. Dilihat dulu, ada orang nggak. Kalo aja bukan Bibi yang di sini, Mama misalnya, g

  • When I Me(e)t You   112 Happiness Is Not by Chance, But by Choice

    Caraka menatap Randy tanpa bergeming sedikit pun. Begitu pun Randy—yang meskipun dengan tangan terborgol—masih berani menatap Caraka dengan nyalang.“Aku tau kamu lagi banyak masalah, Ran. Kepergian Om, sakitnya Tante, utang keluarga, aku tau itu semua bikin kamu dalam kondisi sulit. Tapi apa iya karena itu kamu lalu menggadaikan hatimu ke setan dan milih jadi orang jahat? Yang kamu culik itu istriku, Ran. Keluargamu juga.”Satu sudut bibir Randy terangkat sebelum menyemburkan kenyataan yang selama ini tidak diketahui Caraka. “Detik ketika ayahmu menolak membantu ayahku, aku udah nggak nganggep kita keluarga. Dan kamu, untuk apa kamu belain keluarga Bestari? Harusnya, Ka … harusnya setengah dari harta kekayaan keluarga itu adalah milik keluarga Abimana.Caraka mengernyitkan kening. Ia jarang sekali menyebut keluarganya sebagai keluarga Abimana. Ia, Randy, ayah mereka, sama-sama berbari nama belakang Abimana karena permintaan dari buyut mereka.Sudah beberapa generasi mereka menggunaka

  • When I Me(e)t You   111 Beri Dia Kesempatan

    “Caraka, Randy keluargamu, nggak bisakah ini diselesaikan secara kekeluargaan?”Lelaki berkemeja batik lengan panjang yang mencekal tangan Caraka itu tampak sangat kelelahan. Mungkin perjalanannya dari sebuah kota kecil di Jawa tengah yang membuatnya kelelahan, mungkin juga karena masalah yang akhir-akhir ini menimpa keluarganya yang membuat lelaki itu tampak kuyu.Caraka mengenal lelaki yang bernama Laksono sebagai kakak laki-laki dari ibu Randy. Beberapa kali mereka bertemu, termasuk saat lelaki itu datang melayat ke Bogor waktu ayahnya meninggal dunia bertahun-tahun silam.“Pakdhe,” Caraka menyalami lelaki itu kemudian mengajaknya untuk berbicara di kursi tunggu yang ada di teras kantor polisi, setelah Caraka meminta waktu sebentar kepada polisi yang akan mengantarnya bertemu dengan Randy.“Pakdhe nyampe Jakarta kapan?” tanya Caraka memulai pembicaraan.“Tadi pagi. Kamu apa kabar? Istrimu baik-baik aja?”Caraka mengangguk singkat. Ia tadi mendengar jelas permintaan lelaki itu, kare

  • When I Me(e)t You   110 I'm So Lucky to Have You, and Him, or Her

    "Abang sama Mas kenapa sih?" tanya Arka saat kedua lelaki itu hanya memandanginya tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah dokter keluar dari kamar rawat itu.Jantung Caraka masih berdebar kencang, begitu pun dengan Arga yang masih mencoba mencerna apa yang dikatakan dokter meskipun dokter tadi berbicara dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti untuk orang awam.Tiba-tiba Caraka bersimpuh di lantai dengan wajah ditutupi kedua tangannya yang terlipat di atas kasur, tepat di sebelah istrinya.“Abang kenapa?” tanya Arka panik.Arga juga menghampiri Caraka dan memegang kedua lengan bagian atasnya, khawatir luka di kepala Caraka membuatnya pusing lagi. “Caraka, pindah ke ranjang, kupanggilin dokter abis ini.”Caraka mendongak, kini sebuah senyuman sudah menghiasi bibirnya, walau matanya masih tampak berkaca-kaca.“Abang nangis?” tanya Arka semakin bingung.“Nggak.” Caraka menggeleng cepat kemudian duduk di pinggir ranjang, menghadap pada Arka yang masih terlihat tenang setelah mendenga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status