Home / Romansa / When I Me(e)t You / 69 Baru Ada Main di Luar

Share

69 Baru Ada Main di Luar

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-05-13 18:51:20

"Arka!" Caraka mengernyit bingung saat membuka pintu kamar dan menemukan kamar dengan keadaan kosong. Padahal mobil istrinya sudah terparkir di garasi, artinya istrinya itu sudah pulang.

"Ka!" Sekali lagi ia meneriakkan nama istrinya.

"Abang pulang?" Terdengar sahutan Arka dari lantai dua.

Caraka bergegas menaiki anak tangga dan menemukan istrinya yang duduk bersandar pada headboard ranjang. “Ngapain di sini?”

"Eh, inir … jadi kamar kerjaku, boleh ya, Bang? Habisnya kalo aku ngerjain bahan ajar di kamar kita, takut berantakan."

Caraka mengangguk, tidak membiarka Arka yang hendak berdiri menyambutnya. Caraka malah melemparkan tubuhnya ke atas kasur, kemudian memeluk paha Arka dan mulai memejamkan mata.

“Abang, nanti bajunya kusut. Emangnya nggak balik ke kantor?”

“Nanti ganti baju. Kamu kesepian nggak, Ka? Mau si Mbak disuruh nemenin kamu seharian di rumah? Jadi, Mbak baru pulang kalo udah sore. Atau mau make ART yang beneran tinggal di sini?”

“Ntar aja kita pikirin lagi. Abang ngapain
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
nah mending lw jodohin niken sama edo deh niel yg jelas jelas gak ada pasangan ketimbangan ngide niken sama caraka.
goodnovel comment avatar
Lina Maryani
nggak suka Daniel,ngundang kericuhan...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   75 Complicated

    "Jadi Mas Caraka ini bener anak Bu Ayu?" Suara bertanya itu diiakan oleh Rahayu yang duduk di samping Arka.Seperti janji Caraka dan Arka, mereka mengundang makan siang, teman-teman Arka di tempat kerjanya, termasuk Danang yang selalu membuat Arka risih dan membuat Caraka mengetatkan penjagaannya.Undangan lunch buffet di Hotel Kempinski sebenarnya membuat sebagian orang terlonjak kaget sekaligus excited, tapi Arka sempat menghadiahi Caraka dengan pelototannya. Ia memang meminta Caraka untuk mengundang teman-temannya lunch buffet di hotel, tapi juga tidak harus di Hotel Kempinski.Yasmin yang duduk di seberang Arka diam-diam mengacungkan dua jempol setelah melihat wajah kusut dari Danang. Ia setuju suami Arka mengambil langkah ekstrim ini. Sebagai jajaran guru, bukannya jajaran komisaris, tentu saja makan siang di hotel bintang lima bukanlah hal yang biasa bagi mereka.“Nggak suka makanannya, Ka?” tanya Ayu pelan sambil menepuk tangan Arka yang berada di atas pahanya.“Oh, nggak, Bu,

  • When I Me(e)t You   74 Pantas Saja Dia (Dulu) Jatuh Cinta

    -Cinta hanya satu, tak perlu dibagi dua--Aku menginginkan hatimu seutuhnya--Jangan sampai terjebak dalam cinta segitiga-Caraka melirik Arka dengan ragu. Walau ia tidak melakukan apa pun yang berkaitan dengan cinta segitiga, tapi rasanya Arka sedang menyindirnya. “Ka, ini udah beberapa hari, sejak balik dari Puncak, kamu muter lagu ini pagi, siang, sore, malem. Nggak bosen?"“Bagus kok lagunya. Sekalian reminder buat Abang,” jawab Arka yang hanya menatap Caraka tanpa ekspresi apa pun. Ketika ia mendengarkan lagu ‘Cinta Segitiga’ yang disenandungkan Misellia Ikwan feat Eclat, entah kenapa ia langsung merasa lirik lagunya pas dengan keadaannya saat ini.“Abang kenalin ya sama Niken, biar kamu nggak usah cemburu.”“Dikenalin belum tentu nggak bikin cemburu loh, Bang.”“Iya, ngerti. Tapi paling nggak kamu bisa lihat sendiri Niken punya perasaan sama Abang atau nggak. Nanti siang ya, kalo dia nggak ada urusan, Abang jemput kamu sekaligus ketemu sama dia.”"Terserah Abang deh."Bertepatan

  • When I Me(e)t You   73 I Messed This Up

    "Hmm ... bukan mantan. Cuma, jujur dulu Abang pernah suka sama dia. Duluuu banget."Kan, benar dugaan Arka, apa yang diceritakan Caraka bukanlah hal yang menyenangkan untuk didengar."Cantik?" tanya Arka.Nah kan, pertanyaan menjebak. Kenapa Arka melemparkan pertanyaan aneh semacam itu? Kalau Caraka menjawab ‘cantik’, setelahnya pasti Arka akan uring-uringan, tapi kalau Caraka menjawab ‘tidak’, pasti Arka akan menuduhnya berbohong.“Ya … mau cantik atau nggak kan Abang udah punya kamu.”“Normatif! Bilang aja cantik!”Caraka menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ternyata begitu kalau Arka sedang cemburu. Dari mana Arka punya ketegasan seperti itu?“Abang udah nggak punya perasaan sama dia, Sayang. Sama aja kayak waktu kamu terakhir ketemu mantanmu, udah nggak ada perasaan apa-apa kan?”“Ya beda dong, Bang. Aku nggak ketemu Yudha setiap hari. Abang bakal ketemu dia setiap hari.”“Kamu cemburu?”Arka berdecak kesal, lalu bergeser, memunggungi suaminya.Caraka menggigit

  • When I Me(e)t You   72 Kancilen

    “Abang, kok ke sini?” Arka langsung berdiri, menghampiri Caraka yang berada sekitar sepuluh meter di belakangnya.Caraka mengangguk singkat dan melemparkan senyumnya selagi semua tatapan mata tertuju padanya.“Maaf ya, Abang nggak tahan,” bisiknya pada Arka—yang bukannya marah, tapi malah melemparkan senyumnya. Di luar prediksi Caraka tentu saja, tadinya ia kira Arka akan marah besar karena dirinya mengganggu acara outing itu.“Arka, kenalin dong,” ucap Heru, kepala keuangan yayasan.Di luar sekolah, Arka, Yasmin, dan beberapa pegawai magang, memang tidak dipanggil dengan embel-embel ‘Bu’ atau ‘Pak’ karena umur mereka yang jauh lebih muda daripada pegawai lainnya.Arka menarik tangan Caraka untuk mendekat, walau ia tidak tahu apa tujuan Caraka sampai menyusulnya, tapi toh harus diakuinya kalau ia senang dengan kedatangan Caraka. “Bapak, Ibu, semuanya, kenalin, ini suami saya, Caraka.”Beberapa orang bersorak menggoda, sementara sebagian lagi membuka mulut tanpa mampu mengeluarkan sepa

  • When I Me(e)t You   71 Kekhawatiran Caraka

    "Abang anter ya, Ka.”“Kan naik mini bus dari sekolah, Bang. Anter ke sekolah aja ya.”Caraka bersungut kesal. Padahal ia ingin mengantar Arka sampai ke villa, dan sepulangnya dari mengantar Arka, ia bisa langsung ke rumah ibunya.“Abang kenapa sih, kayak nggak pengen banget aku pergi?”“Aneh aja rasanya setelah setiap hari ketemu kamu, terus tiba-tiba ada hari kita nggak ketemu.”“Besok siang juga udah balik, Bang. Jadi nggak ada hari yang kita bener-bener nggak ketemu.”Caraka hanya bisa menghela napas. Mungkin kalau nanti dia dipanggil kantor pusat untuk annual meeting di London, ia akan mengajak Arka. Sepertinya ia tidak bisa terlalu jauh dari Arka.Dengan ogah-ogahan, Caraka melajukan mobilnya menuju sekolah Arka. Selama dalam perjalanan, berkali-kali Caraka memberikan petuahnya, mirip seperti orang tua yang akan melepas anaknya pergi berlibur.“Hp stand by ya. Izinin juga ke Yasmin, Abang mungkin hubungin dia kalo kamu nggak bisa dihubungi. Terus—”“Abaaang. Iya, aku ngerti, Ban

  • When I Me(e)t You   70 Dedek-Dedek Gemes

    "Welcome, Ken.”Niken mendelik ke arah Daniel. Rasanya tidak tepat seorang yang punya jabatan di perusahaan terlihat terlalu dekat dengan pegawai baru.Caraka yang mengerti maksud lirikan Niken, langsung menyodorkan tangan untuk menyalami Prayoga yang pagi itu mereka panggil berdua dengan Niken untuk penandatanganan kontrak kerja. “Welcome, Ga. Bisa saya panggil begitu kan?”Keempatnya lalu mengobrol ringan sebelum seorang dari bagian HRD datang, menjelaskan pekerjaan mereka—yang tentu saja mereka berdua sudah tahu—dan mengantar mereka ke ruangan masing-masing.“Niken memang temen kita, tapi jangan terlalu nunjukin juga ke pegawai yang lain, nggak enak dilihatnya. Nanti kejadian Niken di kantor yang lama, bisa terulang lagi di sini, dikira kalo dia dapet proyek karena temenan sama kita,” ucap Caraka memperingati.“Iya, sorry, gue nggak mikir sampe ke sana. Eh, Ka, kalo weekend ini kita ngumpul gimana?”“Kita ini, maksudnya siapa aja?”“Ya … gue, lo, Niken, Delia. Mungkin Edo bakal lan

  • When I Me(e)t You   69 Baru Ada Main di Luar

    "Arka!" Caraka mengernyit bingung saat membuka pintu kamar dan menemukan kamar dengan keadaan kosong. Padahal mobil istrinya sudah terparkir di garasi, artinya istrinya itu sudah pulang."Ka!" Sekali lagi ia meneriakkan nama istrinya."Abang pulang?" Terdengar sahutan Arka dari lantai dua.Caraka bergegas menaiki anak tangga dan menemukan istrinya yang duduk bersandar pada headboard ranjang. “Ngapain di sini?”"Eh, inir … jadi kamar kerjaku, boleh ya, Bang? Habisnya kalo aku ngerjain bahan ajar di kamar kita, takut berantakan."Caraka mengangguk, tidak membiarka Arka yang hendak berdiri menyambutnya. Caraka malah melemparkan tubuhnya ke atas kasur, kemudian memeluk paha Arka dan mulai memejamkan mata.“Abang, nanti bajunya kusut. Emangnya nggak balik ke kantor?”“Nanti ganti baju. Kamu kesepian nggak, Ka? Mau si Mbak disuruh nemenin kamu seharian di rumah? Jadi, Mbak baru pulang kalo udah sore. Atau mau make ART yang beneran tinggal di sini?”“Ntar aja kita pikirin lagi. Abang ngapain

  • When I Me(e)t You   68 This Damn Circle!

    -London, enam tahun lalu-“Lirik-lirik mulu, Ka,” ledek Daniel.Caraka, Daniel, Edo, dan Niken, keempatnya berteman dekat karena merupakan mahasiswa yang sama-sama berasal dari Indonesia, ditambah lagi mereka berada di fakultas yang sama. Pertemanan mereka ditambah dengan Delia dan Clarisa yang berbeda fakultas namun dekat dengan Niken. Mereka sering berkumpul berenam untuk melepaskan penat menjadi mahasiswa di tanah rantau.“Apaan sih?” Caraka menunduk. Separuh hatinya telah dijatuhkan kepada wanita dengan rambut sebahu, yang lemah lembut dan kalem itu. Semua karakternya mendekati wanita yang ia impikan, seperti ibunya yang juga lemah lembut. Kecantikan? Tidak perlu ditanya lagi, tapi itu bukan point utama bagi Caraka.Sialnya, otak Caraka masih mengingat setiap kata qabul yang diucapkannya di depan seorang lelaki bernama Hadi Wijaya. Bukan hanya di depan Hadi Wijaya, tetapi di depan Tuhan. Ia telah berikrar untuk menjadi seorang suami bagi seorang wanita yang saat itu terbujur kaku

  • When I Me(e)t You   67 Tidak Ada Rasa yang Tertinggal

    “Bang, bangun.” Kali ini Arka berhasil bangun lebih dulu dari Caraka karena ia tidak bisa tidur sejak terbangun tengah malam.Entah berapa jam dihabiskan Arka hanya untuk memandangi Caraka sambil berpikir kenapa ia bisa dalam waktu sekejap jatuh cinta pada lelaki itu? Kenapa ia bisa percaya dan menyerahkan diri kepadanya?Dan Arka tetap tidak menemukan jawabannya, berjam-jam yang sia-sia mungkin menurut orang lain, tapi tidak menurut Arka. Dia jadi menyukai alis tebal Caraka yang hampir menyatu ketika lelaki itu mengernyit. Dia juga menyukai bibir Caraka yang terlihat tidak terlalu tebal, tapi saat dilumatnya sepertinya jauh lebih tebal daripada yang terlihat dari luar. Dia suka kelopak mata Caraka yang kadang berkedip pelan dalam tidurnya. Aaargh, rasanya Arka bisa gila.“Tumben bangun duluan.” Caraka menarik Arka ke dalam pelukannya. Ia masih terlalu malas untuk beranjak dari kasur.“Abang, ih, lengket.”Caraka mengerjap pelan, menunduk melihat kondisi badan mereka berdua. “Jangan d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status