Share

kenalan

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-02 13:48:45

Aiden melihat Dea yang membawa dua botol susu dan bungkus snack, dan tiga kucing yang mengikutinya dari belakang.

"Susu?" batin Aiden, "trus ngapain kucing-kucing itu ikutan."

Dea menaruh salah satu botol susu di depan Aiden, lalu menaruh satu botol susu disampingnya. Dea membuka bungkusan snack, ternyata itu snack untuk kucingnya, Aiden mengira untuk mereka berdua.

Dea membagi rata snack menjadi tiga bagian, kucingnya mulai memakan snack pemberian Dea. Dea mencuci tangannya diwashtafel samping gazebo. lalu kembali duduk disamping Aiden, dia mencari sandaran untuk punggungnya sembari membuka sedotan dan memasukkan kebotol susu lalu dia mulai meminum susunya. Tiba-tiba Dea melirik Aiden, dan memberi isyarat pada Aiden untuk segera meminum susunya. Aiden pun buru-buru meminum susunya. Keheningan pun menyelimuti mereka berdua.

"Yaelah dah gede masih minum susu aja," batin Aiden. Sudah lama Aiden tidak meminum susu apalagi rasa coklat.

Tiba-tiba Dea bertanya,“Kesini terpaksa ya?” Aiden kaget mendengar pertanyaan Dea.

“Ekhem..nggak juga” jawab Aiden. Mencoba keep clam.

“Nama ?” tanya Dea.

“Aiden William Abhivandya,” jawab Aiden.

“Umur?” tanya Dea.

“Dua puluh tujuh,” jawab Aiden.

“Sudah kerja?” lanjut Dea.

“Sudah,” jawab Aiden.

“Berapa saudara, anak keberapa?” Tanya Dea lagi.

“Dua, anak kedua,” ucap Aiden.

“Tinggal sama ortu atau-”

“Udah punya rumah sendiri,” potong Aiden. "kalau lu?" tanya ganti Aiden kepada Dea.

"apanya?" tanya Dea balik.

"Nama, umur, pekerjaan, berapa saudara?" cerca Aiden.

"Dea Antika Purbasari, Dua puluh lima, nganggur, tiga bersaudara, anak pertama," jelas Dea.

"Oh."

“Punya pacar?” ceplosDea, menunggu jawaban Aiden, tetapi tidak kunjung dijawab juga. Dea melirik Aiden yang kebingungan mau menjawab apa.

“Punya ya,” tebak Dea.

“Belum sih,” jawab Aiden, tapi Dea merasakan keraguan dari jawaban Aiden.

“Oma kayaknya mau jodohin kita. Kamu udah siap?” tanya Dea. Aiden menggelengkan kepalanya.

“Siap gak siap harus siap. Gak bisa nolak keputusan Oma sama Mama Papa,” jawab Aiden. Sorot matanya yang terlihat sangat sedih. Dea memincingkan matanya memandang ekspresi Aiden.

“Hem,” respon Dea dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Kalau kamu gimana De?” tanya balik Aiden.

“Biasa aja. Kalau jadi nikah ya gapapa, kalau enggak ya bodoamat,” jawab Dea tanpa melihat Aiden.

“Kenapa gitu?” tanya Aiden.

“Karena kamu ganteng,” jawab Dea asal, tanpa diduga Aiden tersedak oleh air liurnya sendiri. Benar-benar langsung to the point anak ini.

‘Eh wait!! Emang aku ganteng ya? Tapi kebanyakan orang memujiku seperti itu sih,’ pikir Aiden, rasa percaya dirinya tiba-tiba meningkat seratus derajat celcius.

Dea tersenyum melihat respon Aiden, nih anak memang jago banget bikin cowok salting, saking seringnya ketemu cowok dengan berbagai macam tipe membuat Dea mudah membuat cowok langsung klepek-klepek atau salah tingkah sendiri.

“Aku udah punya calon istri,” jawab tenang Aiden mencoba mengendalikan dirinya. Mencoba tetap selow setelah mendapat jawaban yang sedikit mengesankan.

“Trus?” tanya Dea dengan salah satu alis yang terangkat.

“Aku mau nikah sama Dia,” jawab Aiden dengan menatap kedua bola mata Dea dengan penuh keyakinan. Berusaha meyakinkan Dea, tapi Dea malah malah menunjukkan ekspresi jeleknya dengan mengangkat bibir kanan atasnya dan alis kiri yang terangkat.

“Emang direstui sama keluargamu?” ceplos Dea.

‘Deg!’ terpental secara tiba-tiba jantung Aiden, potek sudah kepercayaan diri Aiden mendapat pertanyaan yang membagongkan dari Dea.

“Enggak,” jawab Aiden. Lagi-lagi sorot mata sedihnya diperlihatkan. "Gampang sekali dibaca, gaseru banget," batin Dea.

“Yaudah nikah sama aku aja,” ucap Dea.

“T-tapi.. Aku gak cinta kamu,” jawab Aiden shock mendengar perkataan Dea.

“Aku juga ga cinta kamu kali,” sewot Dea dengan kedua alis yang menyatu, merasa harga dirinya tiba-tiba tersungkur kedalam laut karena pernyataan Aiden.

Tanpa Dea dan Aiden sadari ada sepasang teliga dan mata yang dari tadi menguping pembicaraan mereka dengan senyum-senyum. Perlahan kaki orang itu melangkah menjauh dan kembali keruang tamu, dengan senyum merekah terhias diwajahnya.

“Gimana Oma?” tanya Mama Aiden kepada oma yang sedari tadi lengkungan bibir itu terhias diwajah oma. Oma menunjukkan dua jempol kepada semua orang yang berada diruang tamu. Oma menyalakan rekaman audio yang dia dapat saat menguping pembicaraan Aiden dan Dea, meski agak samar-samar karena terdengar suara air kolam yang gemericik dan suara beberapa burung. Tetapi ketika speaker handphone suaranya diperbesar mereka semua masih bisa mendengar pembicaraan mereka berdua.

“Ya ampun Anak Ayah,” ucap malu ayah. Ketika mendengar Dea mengajak Aiden nikah. Semua orang tertawa mendengar percakapan Aiden dan Dea.

“Alhamdulillah.. akhirnya ada yang cocok juga,” ucap syukur mama karena Dea akhirnya menerima laki-laki lain selain Airon.

“Aahaha.. apa kita bahas tanggal pernikahannya sekarang juga Pak?” tanya Papa Aiden pada ayah yang penuh semangat karena tidak sabar menggelar acara pernikahan untuk anak keduanya. Mama dan Oma Aiden manggut-manggutkan kepalanya tanda setuju atas ide papa Aiden.

“Apa tidak terlalu cepat ya pa?” tanya Ayah ragu.

“Semakin cepat semakin baik pak,” jawab papa Aiden.

“Iya bener pak. Gimana kalau dua minggu lagi,” usul oma.

“Waduhh.. apa tidak terlalu cepat? Kami belom menyiapkan apa-apa,” ujar Ayah.

“Gimana mas? ” tanya ayah pada kakaknya yang selaku sebagai orang paling tua dirumah ini.

“Semakin cepat memang semakin baik, tapi kita perlu bertanya sama yang akan dinikahkan. Soalnya yang menjalani bahtera rumah tangga itu bukan kita, tetapi Dea dan Aiden,” jawab paman Dea dengan bijak.

“Kalau gitu kita tunggu mereka berdua kesini aja,” jawab Oma lagi.

Disaat semua orang sedang sibuk membicarakan, acara pernikahan diruang tamu. Aiden dan Dea masih berbincang-bincang ditaman.

“Terus kenapa mau nikah sama aku?” tanya Aiden. Yang tidak puas dengan jawaban Dea.

“Soalnya kamu ganteng Aiden,” jawab Dea.

“Jangan bercanda De,” ucap Aiden.

“Terus aku harus jawab apa?” tanya Dea balik.

“Yang serius jawabnya,” ucap Aiden yang mulai kesal.

“Kamu.. kaya, ganteng, mapan. Dari style kamu sepertinya orang kaya. Dan sepertinya itu bakal memuaskan buatku,” jawab Dea sambil melihat titik tengah dari badan Aiden. Tentu saja dengan tatapan hot dan seringaian  senyum mematikan. Aiden melihat dimana tatapan mata itu tertuju. Damn!!

“Dasar perempuan mesum!!!” teriak Aiden.

“Ssttt… jangan keras-keras,” peringat Dea dengan pelototan matanya yang sangat luar biasa.

“ Jangan bercanda De,” ucap Aiden yang berusaha menahan emosinya.

“ Aku tidak bercanda Aiden,” jawab santai Dea.

“Jawab dengan benar De,” ketus Aiden

“Okey.. Kamu,adalah cowok terakhir yang dikenalkan Ayah buat Aku. Ayah dan Mertuaku yang dulu sudah kehabisan stok kenalan cowok buat aku. Kali ini aku berusaha nerima kamu, Aku capek denger kata-kata khawatir dari orangtuaku dan mertuaku. Mereka takut kalau Aku tidak mau menikah lagi. Sebelum Kamu datang kesini dengan keluargamu, setidaknya orangtuamu pasti sudah memberitahu seluk belukku. Jadi Aku harap Kamu juga mau menerimaku," jelas Dea panjang lebar kali tinggi yang berusaha menjawab pertanyaan Aiden secara serius.

“Itu aja?” tanya Aiden.

“Ya.. memangnya harus apalagi?” tanya Dea balik.

“Bukan karena aku ganteng dan kaya raya?” tanya Aiden.

“Enggak. Bullshit doang tadi, Khehe,” kekeh Dea.

“Dasar wanita pembohong,” celetuk Aiden sesal karena sudah percaya dengan kata-kata wanita ini.

“Cowok baperan,” ejek Dea dengan seringai bak vampire.

“Hem,” Aiden menghela nafasnya. “Sebelum menikah kita bikin perjanjian aja gimana?”

“Yaiyalah… perjanjian pra nikah kan?” tanya Dea.

“Iya.. Kamu bisa nikmatin semua fasilitas dirumahku, termasuk uang. Tapi biarin aku bebas berhubungan dengan wanita lain. pernikahan hanya berlangsung selama dua tahun,” jelas Aiden yang berusaha tetap tenang.

“Rumah dan kekayaan dalam rumah sekaligus gajimu selama kita menikah. Itu semua milikku, dan Kamu bisa berhubungan dengan wanita itu. But, selama kita menikah Kamu dilarang berhubungan badan dan membuat wanita itu hamil diluar pernikahan. Aku juga minta keamanan diriku selama kita menikah, bisa saja nanti pacarmu itu tiba-tiba ngancam aku,” jelas Dea.

“Gaadil itu De, Wendy juga bukan perempuan seperti yang kamu pikirkan,” sanggah Aiden.

“Adil Aiden, Aku menjaga kehormatanku dan kehormatanmu. Memangnya kamu tidak malu kalau punya anak dari hasil perselingkuhan. Aku juga anti dipoligami sebelum kita cerai,” jawab Dea.

“Hahh.. terus kebutuhan seksualitas gua gimana?” tanya Aiden spontan tanpa pikir panjang.

“Lahh.. memang sebelumnya gimana?” tanya Dea balik pada Aiden. Aiden hanya berdeham, mengingat bahwa selama ini dia memuaskan dirinya sendiri, secara mandiri tanpa ada bantuan dari orang lain.

“Tahan selama dua tahun, setelah itu Kamu bisa lakuin itu bareng cewekmu,” lanjut Dea. Dia juga ikutan malu mendengar pertanyaan Aiden.

“Okey. Kapan bisa bikin perjanjiannya?” tanya Aiden pada Dea.

“Malam ini, aku bakal minta bantuan temenku,” jawab Dea.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • When I Start (Indonesia)   TAMAT

    Kilauan lampu-lampu kota Monaco memantul di permukaan laut, menciptakan pemandangan yang begitu magis. Dari balkon suite mewah mereka, Dea memandangi keindahan kota yang tak pernah tidur itu, sementara di belakangnya, langkah Aiden semakin mendekat.Tanpa suara, pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Dea, menariknya ke dalam dekapan hangat. "Kau terlalu serius menatap ke luar," gumamnya di dekat telinga istrinya, suaranya berat namun mengandung senyum.Dea tersenyum kecil, membiarkan tubuhnya bersandar ke dada bidang suaminya. "Aku masih tak percaya kita ada di sini," bisiknya, jemarinya tanpa sadar menyentuh lengan Aiden yang melingkupinya.Aiden memiringkan kepalanya, menatap wajah wanita yang kini benar-benar menjadi miliknya. "Aku sudah bilang, aku akan membawamu ke mana pun kau mau, selama kau tetap di sisiku."Dea menoleh, mata mereka bertemu dalam kehangatan yang sulit dijelaskan. "Dan kau yakin ingin terus bersamaku?" tanyanya lirih.Alih-alih menjawab dengan kata-kata, Ai

  • When I Start (Indonesia)   Coming

    Kembali ke Pelukan yang SamaDea berlari menerobos masuk tanpa permisi. Napasnya memburu, dadanya sesak oleh perasaan yang berkecamuk. Jantungnya berdegup kencang saat menyadari beberapa orang menatapnya penuh keterkejutan."Madam! Tuan ada di kamar!" teriak Rara dari kejauhan saat menyadari perempuan itu masuk ke rumah.Tanpa ragu, Dea langsung menaiki tangga, melewati lorong yang sudah begitu familiar di ingatannya. Setiap langkah terasa begitu berat, seolah ada beban yang menekan dadanya. Ia tidak tahu apakah Aiden masih menginginkannya di sini. Ia tidak tahu apakah dirinya masih punya tempat di sisi pria itu.Tangannya gemetar saat ia mendorong pintu kamar yang tidak terkunci. Pandangannya langsung tertuju pada sosok yang duduk di tepi ranjang, membelakanginya. Aiden.Laki-laki itu tampak jauh lebih kurus dibanding terakhir kali ia melihatnya. Rambutnya berantakan, wajahnya lelah, dan di sampingnya terdapat botol alkohol yang belum sepenuhnya kosong.Dea menahan napas. Ini bukan A

  • When I Start (Indonesia)   Jawaban

    Devano menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya yang bergejolak. Ia berdiri tegak, menatap Dea dengan tatapan yang lebih dalam daripada sebelumnya. Mata mereka bertemu, dan wanita itu bisa melihat kejujuran yang memancar dari dalam dirinya. Devano jarang sekali begitu terbuka, tetapi malam ini, ia merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan apa yang telah lama ia simpan."Aku datang untuk berbicara, Dea," katanya pelan, suaranya sedikit serak. "Ada hal yang harus aku katakan padamu."Wanita itu mengernyitkan dahi, sedikit bingung. "Ada apa? Apa yang kamu maksud?"Devano melangkah lebih dekat, meskipun hatinya terasa berat. Namun, ini adalah momen yang menentukan, dan meskipun ia tahu itu bisa membuat segalanya lebih rumit, ia tak bisa lagi menahan perasaannya."Dea, aku tahu selama ini kita hanya teman, mungkin lebih dari itu bagi sebagian orang," katanya dengan hati-hati. "Tapi aku ingin jujur padamu. Aku..." Pria itu menggantungkan ucapannya, tetapi tak berselang l

  • When I Start (Indonesia)   Percakapan

    "Tentu," Dea menjawab, menatapnya dengan sorot ingin tahu. Devano menghela napas sebelum melanjutkan, suaranya sedikit lebih serius dibanding sebelumnya. "Kamu benar-benar tidak ingin kembali pada Aiden?" Langkah Dea kembali terhenti sejenak. Ada keheningan di antara mereka, hanya terdengar langkah-langkah para pengawal yang berjaga di sekitar. Mata Dea menatap Devano lurus, ekspresinya tenang, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang sulit diterjemahkan."Aiden benar-benar hancur, Dea," lanjut Devano, suaranya lebih pelan kali ini. "Dia mencarimu ke mana-mana. Dia bahkan tidak lagi peduli pada pekerjaannya. Kau mungkin berpikir dia akan baik-baik saja tanpamu, tapi kenyataannya tidak begitu. Dia benar-benar hancur."Dea mengepalkan tangannya tanpa sadar. Dia tahu bahwa meninggalkan Aiden bukanlah hal mudah bagi keduanya, tapi mendengar kondisi Aiden dari mulut Devano tetap saja menimbulkan sesuatu yang menghimpit dadanya. "Aku pergi bukan karena aku ingin, Dev," kata Dea akhirnya,

  • When I Start (Indonesia)   Baru

    Sekian bulan berlalu, namun keberadaan Dea masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan. Aiden sudah mengerahkan segala cara memanfaatkan koneksinya, menyewa detektif terbaik, bahkan mencoba melacak sendiri pergerakan orang-orang Wijaya, tetapi hasilnya nihil. Seolah-olah Dea benar-benar menghilang dari dunia ini.Pikiran Aiden dipenuhi oleh kegelisahan. Rasa frustrasi terus menghantui setiap langkahnya, membuatnya semakin tenggelam dalam keputusasaan. Ia bahkan melupakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin perusahaan, membiarkan semuanya terbengkalai.Di rumah, Rita dan Kusuma hanya bisa memandang putra mereka dengan rasa bersalah yang semakin menumpuk. Mereka tahu bahwa ini semua adalah akibat dari keputusan yang mereka paksa Aiden untuk melepaskan kasus Andre dan menutup mata atas segala kerugian yang ditimbulkan kakaknya demi menjaga nama baik keluarga."Dia tidak bisa terus seperti ini, Pa," Rita berkata pelan saat melihat Aiden yang hanya duduk diam di ruang kerjanya, tatapann

  • When I Start (Indonesia)   Hilang

    "Ini di mana, Yah?" tanya Dea selepas ia sadarkan diri. Orang pertama yang ia lihat adalah Wijaya, kemudian Lusi. Keduanya hanya diam saat ia bertanya. Wanita itu pun dibuat kebingungan dengan situasi saat ini. Ketika keduanya memilih keluar, berganti Bad masuk dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. "Kita berada di markas baru, Madam," ucap pria itu penuh hormat.Dea mengerutkan kening, matanya menyapu ruangan asing yang kini menjadi tempatnya terbaring. Aroma antiseptik masih tercium, tapi ini bukan rumah sakit. Ruangan ini lebih luas, tenang, dan tidak ada perawat yang berlalu-lalang. "Markas baru?" ulangnya dengan suara serak, mencoba mencerna kata-kata Bad. Pria itu mengangguk pelan. Sorot matanya penuh kehati-hatian, seolah sedang mengamati reaksi Dea. "Ya, Madam. Ketua membawa Anda ke sini untuk keselamatan Anda." Keselamatan? Dari apa? Dea mencoba duduk, tapi tubuhnya masih terasa lemah. Kepalanya berdenyut ringan, membuatnya memejamkan mata sejenak. Ia mengingat se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status