Share

kesel tau ih!

Gazebo tengah taman, tiga kucing yang menatap mereka berdua secara bergantian, kolam ikan didepan gazebo, langit hitam yang ditaburi bintang, menjadi saksi bisu keawarkadan Dea dan Aiden. Salah satu kucing menghampiri Dea, Dea mangangkat kedua alisnya karena tiba-tiba sikucing duduk dipangkuannya. Dengkuran lembut dari si kucing membuat Dea gemas, itu signal kucingnya merasa nyaman berada dipangkuannya.

“Suka kucing De?” tanya Aiden yang ikutan gemas melihat kucing, tanpa sadar Aiden menggigit bibir bagian dalam karena saking gemasnya.

“Suka, tapi aku lebih suka Kamu,” goda Dea dengan sudut bibir yang terangkat.

“Jangan bercanda De,” ucap Aiden yang mulai kesal karena dari tadi mendapat candaan yang tidak ada habisnya dari Dea.

“Santai aja kali,” jawab Dea.

“Dah santai loh,” ketus Aiden. Tanpa sadar dia sendiri yang tidak bisa santai.

“lahh.. kok sewot,” ujar Dea.

“Siapa yang sewot?” tanya Aiden.

“Kamu,” jawab Dea.

“Kamu yang sewot!” suara Aiden dengan nada tinggi.

“Sejak kapan?” tanya Dea santai.

“Sejak tadi,” jawab ketus Aiden.

“Dari tadi aku bercanda terus loh,” ucap Dea membela dirinya.

“Tapi kan-”

“Tapi apa? please deh temperamental banget jadi cowok,” potong Dea yang jadi kesal karena Aiden tidak mau mengalah.

“Ngeselin banget jadi cewek,” caci Aiden.

“Kamu tuh, temprament,” balas Dea.

“Udahlah.. baru juga kenal. Gini amat,” keluh Aiden yang nyerah beradu mulut dengan Dea. Tak habis pikir cewek model Dea ini kok ada dimuka bumi, dan kenapa Aiden harus ketemu cewek modelan gini.

“Yaelah. Balik yuk, gabetah kalo lama-lama bareng Kamu,” ajak Dea pada Aiden. Dea menurunkan kucing yang dari tadi duduk manis dipangkuannya, sayang sekali sebenernya karena itu kesempatan yang datang jarang sekali. Tapi karena bersama cowok temperament semacam Aiden, Dea memutuskan untuk membiarkan kesempatan itu pergi.

“Apalagi aku,” sungut Aiden.

Dea tidak menggubris Aiden dan langsung meninggalkannya. Aiden buru-buru berdiri dan mengikuti Dea, Dea berjalan didepan Aiden, Aiden berjalan disamping Dea, sangat mudah  mengejar dea yang jangkah kakinya pendek banget. Sesampainya diruang tamu, mereka disambut senyuman manis semua orang.

“Kalian berdua duduk sini, kami mau ngomong sesuatu,” ucap Mama Aiden dengan menunjuk sofa kosong disampingnya. Dea dan Aiden tampak kebingungan karena tiba-tiba disuruh duduk berdua.

“Ayo kak,” ucap Mama, Dea menyuruh Dea agar segera duduk. Dea langsung duduk disofa yang ditunjuk oleh mama Aiden. Aiden mengikuti Dea dan duduk disampingnya.

“Nahh.. Pinter,” puji Mama Aiden. Dea dan Aiden tersenyum mendengar pujian Mamanya Aiden.

“Sekarang kami mau ngomong sesuatu, dengarkan baik-baik ya,” lanjut Mama Aiden dengan senyum-senyum. ‘Pasti ini tentang pernikahan’ batin Dea dan Aiden. Tetapi mereka berdua tidak tau kalau mereka sama-sama membatin.

“Emm.. jadi kami semua sudah memutuskan kalau pernikahan kalian berdua akan diadakan minggu depan, dan besok kita adakan acara pertungangannya, sedikit mendadak karena, menurut kami sebagai orangtua niat baik tidak boleh ditunda-tunda. Untuk keperluan pernikahan, orangtua Nak Dea ternyata masih menyimpan keperluan pernikahan Dea yang tidak bisa dilaksanakan dua tahun lalu. Kita adakan acaranya secara sederhana, karena itu permintaan orangtua Dea juga, kalau Dea minta yang meriah kita bisa adakan dikota kami nanti. Untuk mahar Nak Dea minta berapa?” tanya Ayah Aiden diakhir kalimat. 

Dea melirik Mama dan Ayahnya, tetapi mereka hanya tersenyum, itu artinya Dea harus memutuskan sendiri mahar apa yang harus dia katakan. Dea tersenyum kikuk ketika mendengarnya, tanpa sengaja melirik Aiden yang berada disampingnya. Semua orang yang memperhatikan Dea dan Aiden senyum-senyum sendiri.

“Emm.. yang sekiranya tidak memberatkan Aiden tapi juga tidak merendahkan saya Om,” jawab Dea.

“Oke, biar nanti Aiden yang memilihnya. Untuk Acara pernikahannya biar keluarga saya yang menanggung untuk keperluan lainnya termasuk dekor dan perias manten dan keluarga. Dea nanti setelah menikah bakal kami bawa kekota kami, Nak Dea mau ya?” tanya Ayahnya Aiden lagi. Dea mengangguk, langsung setuju karena pernikahannya akan berjalan selama dua tahun saja.

“Okey, setelah pernikahan kami semua tidak mengharapkan datangnya cucu lebih cepat, karena kami sadar kalian harus saling mengenal terlebih dahulu. Jadi Nak Dea jangan terlalu memikirkannya,” ucap Ayahnya Aiden. Dea tersenyum sekaligus bersyukur karena keluarga Aiden bisa memaklumi Dea.

Selama satu minggu keluarga Dea dan Aiden sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka, selama berjalannya acara tidak ada kendala sama sekali. Karena semua orang sudah mempunyai tugas masing-masing dan kerjasama yang sangat kompak untuk melaksanakan acara pernikahannya.

Hari ini adalah hari terakhir Dea berada dirumah orangtuanya, karena Dea harus ikut Aiden. Ayah dan mamanya sesenggukkan melepas kepergian Dea. Dea bingung ikut sedih atau tidak, karena dia tau bahwa pernikahannya hanya berjalan selama dua tahun. Semua orang menangis ketika orangtuanya memeluknya, mau tidak mau akhirnya dia ikut menangis.

Ketika sudah masuk kedalam mobil milik Aiden, Dea masih saja menangis. Aiden memberi Dea tisu.

“Udah dong, ingusmu tuh, jijik banget liatnya,” protes Aiden ingin tertawa melihat ingus Dea yang tiba-tiba keluar dengan bentuk gelembung dari lubang hidungnya.

“hiks hiks.. apa sih!” sewot Dea karena malu tiba-tiba ingusnya keluar kayak gitu.

“Yaelah. Pakai sabuk pengamannya dulu De. Mama papa udah mau berangkat tuh,” ucap Aiden. Dengan sesenggukkan Dea memakai sabuk pengamannya. Tapi tiba-tiba sabuknya tidak bisa ditarik.

“Hiks…hiks.. gabisa.”  Tetap dengan sesenggukannya Dea masih berusaha menarik sabuk pengaman.

“Hehhh.. sini.” Aiden mendekat pada Dea dan memakaikan sabuk pengamannya. 

“Ingusnya diusap dulu Dee,” peringat Aiden lagi, karena ingus Dea yang tidak berhenti entup-entup.

“sini.” karena tidak sabaran Aiden pun menempelkan beberapa lembar tisu di hidung Dea.

”Dorong yang kenceng De..(Srotttt..) gak malu banget jadi cewek nangis sampek ingusnya mbeler kek gini. Punya malu gak sih ?” tanya Aiden dengan kesal, bisa-bisanya dia menikah sama cewek jorok kek Dea, cantik-cantik tapi joroknya minta ampun. Dea kelihatan dongkol karena cacian dari Aiden. Aiden melipat tisunya, lalu menempelkan dihidung Dea lagi.

“Ayo lagi..(srotttt…) Udah?” tanya Aiden. Dea mengangguk, dengan perasaan dongkolnya ia menyandarkan kepalanya dikursi. Aiden menurukan sandaran kursi agar Dea bisa tiduran. Karena Tadi malam setelah selesai acara Dea tidak bisa tidur. Sempat ingin minum obat tidur, tapi Aiden melarangnya, karena takutnya waktu pagi Dea tidak bisa bangun tepat waktu. Jadi setelah makan tadi Dea meminum obat tidur itu. Mama dan Papa Aiden sudah mengemudikan mobilnya keluar dari perkarangan rumah Dea, Aiden pun melajukan mobilnya, tak lupa klakson dia bunyikan sebagai tanda pamitnya.

Selama perjalanan Dea dan Aiden sama-sama diam. Aiden melirik Dea, ternyata dia sudah tidur. Tanpa sadar Aiden tersenyum karena mengingat tingkah Dea yang konyol, dimulai saat acara pertunangan. Ketika akan melakukan acara tukar cincin Dea terjungkal karena kakinya yang kesrimpet kabel, alhasil lampu dekor mati seketika. Semua orang tertawa karena melihat Dea ndlosor, termasuk Aiden. 

Aiden sempat dimarahin habis-habisan oleh mama dan oma karena bukannya membantu Dea, justru dia orang yang tertawa paling kencang sendiri sepanjang acara pertunangan itu dilaksanakan. Waktu selesai akad nikah sesi foto dengan keluarga, Dea sempat akan terjungkal karena rok kebaya dan sepatu heelsnya yang membuatnya sulit menaikki panggung. Untungnya Aiden dengan cekatan memegang tangan Dea, tapi tetap saja pantat Dea udah nyentuh tanah. Lagi-lagi dia tertawa ngakak dan membuat ekspresi Dea menjadi sangat kesal sepenjang acara. Waktu acara suap-suapan Aiden tidak sengaja menumpahkan nasi ke kebaya Dea, karena tidak terima Dea melemparkan nasi ke wajah Aiden. Dengan tersenyum kesal mereka berdua tetap melanjutkkan suap-suapan nasinya. Hanya Aiden yang dimarahin oleh mamanya, tidak adil bukan ? 

Aiden terkekh sendiri didalam mobil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status