“Apa kamu benar-benar Vanessa?” Tanya Bintang.
Hana mematung. Dia kaget dengan perkataan Bintang. Tapi dia mencoba mencari cara agar Bintang tidak semakin curiga. Dia ingat perkataan Silvia apa yang akan terjadi padanya jika ada yang tau dia bukanlah Vanessa sebenarnya.
“Tentu saja.” Jawab Hana. Dia berusaha tersenyum senatural mungkin, agar Bintang tidak semakin mencurigainya.
Bintang kemudian melihat hasil masakan Vanessa. Dia tahu seumur hidup teman kecilnya ini tidak bisa masak. Diantara mereka bertiga Dirga lah yang bisa masak. Mengejutkan bukan seorang Dirga yang menyebalkan ternyata jago memasak.
“Bagaimana bisa Vanessa yang aku kenal sedari kecil langsung berubah?” Kata Bintang sambil menyilangkan lengannya.
“Berubah maksudnya?” tanya Hana.
“Vanessa yang aku kenal menyentuh dapur saja tidak pernah.” Kata Bintang.
Hana menelan ludah. Dia harus mencari alasan paling log
Hana duduk di meja kerja Vanessa. Meja kerjanya bersebrangan dengan meja kerja milik Silvia. Rupanya Silvia benar-benar asistennya yang setia. Dia juga turut serta untuk membuat cover dan ilustrasi untuk novel yang Vanessa buat.“Silvia?” Tanya Hana.“Iya?” Tanya Silvia balik.“Kenapa aku harus menulis novel sekarang?” Tanya Hana.“Para pembaca anda mengirimkan email kepada perusahaan, mereka menunggu anda untuk menerbitkan chapter terbaru dari series novel yang anda buat.” Kata Silvia.Hana menepuk kepalanya. Seumur hidup, dia belum pernah membuat novel. Bagaimana bisa dia meneruskan pekerjaan Vanessa. Sial sekali memang hidupnya. Sekali lagi dia menyesal, menjadi orang kaya rupanya tidak semudah yang dia pikirkan.“Aku belum punya inspirasi.” Kata Hana mencari alasan.Silvia menghela nafas. Kemudian dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju rak buku. Ini pertama k
“Ganti!” Seru Dirga.Pagi-pagi sekali, Dirga menjemput Hana untuk menemaninya dalam acara perusahaan yang akan dilangsungkan di balkon hotel mewah. Menurut Dirga, setelah amnesia selera berbusana Vanessa amat payah. Biasanya dia bisa menata busananya sesuai dengan acara. Namun kini, selera berpakaiannya seperti orang yang tidak pernah memakai barang bermerek.“Tidak!” Ucapnya ketus setelah kesekian kalinya Hana mengganti pakaian.“Apa bagusnya sih memakai pakaian tertentu ketika pergi ke tempat acara.” Kata Hana mendengus kesal.“hufh!”Dirga menghembuskan nafas kesal. Dia melipat kedua tangannya di depan. Kemudian berjalan menuju Hana yang berwajah kesal dan lelah setelah berkali-kali mengganti pakaian.“Dengar! Sebagai tunanganku, kamu harus menjalani acara penting hari ini. Jadi…!” Ucap Dirga sambil memotong kata-kata terakhirnya.“Jadi?” Tanya Han
“Pernah!” Jawab Dirga. Dada Hana menjadi panas. Memang cowo gila ini benar-benar tidak punya perasaan. Bisa jadi analisisnya selama ini benar. Bahwa Dirga yang menyebabkan Vanessa terjatuh di kolam. Maka dari itu Vanessa harus memiliki plan B untuk menjauhi Dirga. “Ketikakitakecil.” Jawab Dirgasantai.
Matahari pagi memasuki jendela kamar. Hana yang tertidur lelap akhirnya terbangun. Suara kicauan burung terdengar dari luar. Hana bangkit duduk di ranjang putih yang empuk. Dia melihat ke lemari kecil di samping tempat tidurnya. Rupanya pelayan rumah sudah menaruh sarapan di sana. Sepotong roti panggang prancis siap makan sudah menunggu di sana. Hana melihat jam rupanya sudah pukul sepuluh pagi. Kejadian kemarin memang membuatnya kelelahan. Setelah menemani tunangan Vanessa yang menyebalkan dia menemani Bintang sepulang dari sana. Hana baru ingat, terakhir dia sadar dia bersandar di jok mobil milik Bintang. Lantas siapa yang membawanya ke atas ranjang? Mungkinkah? Ah tapi rasanya tidak mungkin. Bisa jadi dia memang berjalan ke ran
“Apa?” Tanya Dirgasambilmenyetirmobil.“Jadi sekarang Tuan CEO super sibuk yang bilang tidak mencintaiku akhirnya mau datang jauh-jauh untuk menjemput tunangannya?” Tanya Hana dengan nada mengejek.“Hmm. Jikakamukeberatanakuakanmempersilahkankamuturun.” Kata Dirga.
“TahukalauVanessasekarangmulaibelajarmasaksepupu.” Kata Bintang. Hana memperhatikan Bintang dengan seksama. Jantungnya masih berdetup kencang. Dia masih khawatir jika Bintang akan menyebarkan rahasianya. Namun dia Bintang kan, orang yang baik. Bintang bisa dipercaya bukan? Tapi bagaimana jika memang Bintang tidak bisa dipercaya? Semua pertanyaan itu terlintas di benak Hana. Bintang yang merasa diperhatikan kemudian balik menatap Hana. Dia mengedipkan satu matanya.
Hana segera bangkit dari ranjangnya. Agar tidak ketahuan dia harus mencari petunjuk di mana tempat kenangan masa kecil antara Vanessa dan Bintang. Hebat sekali Bintang memang, dia berhasil membuat Hana kebingungan seperti ini. Menurut Hana pertunjuk tentang masa kecilnya pasti ada di buku diari milik Vanessa. Akhirnya dia segera menuju meja kerja Vanessa yang ada di kamar. Di buka laci kecil yang ada di pinggirnya. Dicari buku diari tersebut.Entah sudah berapa lama, Hana masih duduk dengan serius. Dia membolak balik semua lembaran di buku diari. Namun ternyata, nihil. Vanessa benar-benar tidak meletakan jejak apapun di sana.
“Tunggu-”“Diam!”potongDirga.Hana mencoba menjelaskan kepada Dirga. Namun kata-katanya dipotong. Dirga menatapnya dengan tatapan marah. Dirga saat marah sangatlah menyeramkan.Dirga kemudian mengalihkan pandangannya lagi menuju Bintang. Hana hera