Mega Aurum berjalan angkuh di sebuah koridor rumah sakit. Mega bekerja di rumah sakit bukan sebagai dokter atau perawat. Mega bekerja di rumah sakit, di bagian administra. Sikapnya yang angkuh membuat semua orang tidak terlalu suka pada Mega. Mega tidak peduli, buat apa harus peduli dengan mereka yang tidak menyukai dirinya. Gak penting untuk Mega! terserah mereka mau gak suka atau suka dengan Mega. Mega tersenyum kecut ke arah gerombolan perawat yang sedang bergosip. Mereka bekerja dan di bayar dengan uang, kenapa malah bergosip unfaedah. Membicarakan seseorang yang tidak pernah mengganggu hidup mereka. Basi banget untuk Mega, Mega menatap tajam ke arah perawat perawat itu.
Sekilas tadi Mega mendengar suara gosipan dari mereka. Dirinya yang menjadi bahan gosipan mereka.
"Kalian bekerja untuk gaji buta. Saya bisa melaporkan ini semua ke atasan kalian. Biar kalian mendapatkan teguran tegas dari atasan kalian." Jelas padat yang Mega katakan ke perawat perawat yang tadi bergosip ria.
Perawat perawat itu langsung menundukkan wajahnya ke bawah. Merasa sangat takut, jika Mega akan memberitahu atasannya. Apa yang Mega katakan tidak pernah bohong, pernah Mega memberitahu atasan mereka saat tahun lalu. Dan iya, perawat yang mendapatkan teguran keras dari atasannya langsung di pecat. Mereka tidak mau nasibnya sama dengan rekan temannya terdahulu.
"Maaf nona, saya tidak akan bergosip lagi. Bukan saya saja, tapi kita semua yang ada di sini." Ucap salah satu perawat yang bernama Tabitha.
"Saya akan ingat ucapan kamu barusan. Saya akan kasih kesempatan untuk kamu kerja di sini, jika kami dan teman kami masih seperti ini. Saya akan buat kalian di pecat hati itu juga. Saya tidak akan pernah bermain-main dengan ucapan saya." Tegas Mega
"Baik nona saya dan yang lain janji tidak akan seperti ini lagi." Sahutnya
Mega mengangguk, tanpa pamit atau sekedar permisi. Mega langsung berjalan ke arah ruang kerjanya di lantai 2. Para perawat yang masih berdiri itu segera membuang nafasnya lega. Mereka sangat takut jika Mega sudah berbicara sambil membawa embel-embel atasan mereka.
Ting
Lift terbuka di lantai 2. Mega keluar dari lift, Mega berjalan angkuh ke arah ruangannya. Sebelum masuk ke ruangannya, Mega melambaikan tangannya ke arah Gavin teman kerjanya.
"Hay Gavin how are you?" tanya Mega basa basi.
"Hay Mega, I'm fine." Jawab Gavin.
"Aku tidak akan bertanya balik ke kamu, karena aku sudah tahu jawabannya. Buktinya kamu baik-baik saja di depan aku, ayok masuk ke ruangan kerja kita." Jelas Gavin
Gavin sahabat terbaik Mega, sahabat yang selalu ada di saat suka duka Mega. Mega begitu senang bersahabat dengan Gavin. Dirinya dan Gavin bersahabat dari jaman TK. Mereka sudah tahu satu sama lain, begitu dekatnya mereka di anggap kekasih oleh banyak orang.
Mereka berjalan ke dalam ruangan kerja mereka. Duduk manis di kursi mereka, acara ghibah mulai terdengar oleh mereka. Puji syukur teman kerja Mega dan Gavin sangat baik pada mereka. Tidak pernah membicarakan hal negatif tentang mereka. Mereka begitu dekat, mempunyai solidaritas yang tinggi.
"Aku dengar besok ada dokter baru di rumah sakit ini. Dokter hot yang mereka katakan tadi pagi. Anak pemilik rumah sakit yang pasti." Ucap Denada teman Mega dan Gavin yang terkenal agresif.
"Boy or girl?" tanya Gavin.
"Boy, katanya sangat tampan. Melebihi Manurios, aku tidak sabar menantikan dokter tampan itu." Jawab Denada
"Dena ingat kamu sudah bertunangan. Jangan membuat tunangan kamu marah lagi, kamu harus mengingat kejadian 3 bulan lalu. Saat tunangan kamu datang ke rumah sakit dengan aura menyeramkan. Gara-gara kamu menggoda satpam yang wajahnya seperti Lee Min Ho." Ujar Elsa si cantik dengan penjiwaan yang dewasa.
Ah momen memalukan itu, Elsa masih saja mengingat dengan baik. Momen langka yang terjadi di rumah sakit. Sampai pasien yang sedang sakit penasaran ingin melihat apa yang sedang terjadi di lantai 2, bagian administrasi. Sangat heboh untuk semua karyawan rumah sakit. Bahwa tukang gosip langsung membuat gosip hangat tentang Denada yang mempunyai skandal dengan satpam yang mirip dengan Lee Min Ho.
Mega yang saat itu maju untuk melindungi sahabatnya dari amukan tunangan sahabatnya. Tunangannya murka seperti orang kesetanan. Mega bertindak, dengan sengaja menyuntikkan obat bius ke tangan kanan tunangan Denada. Tunangan Denada langsung pingsan, semuanya selesai. Gavin segera membubarkan para penggosip dan penonton drama dadakan yang di buat tunangan Denada.
Mega langsung mendapatkan sorakan baik dari semua orang. Sorakan takjub saat menghadapi laki-laki yang sedang mengamuk hebat.
"Kamu tahan dengan Bird, Denada." Ucap Gavin
Denada juga tidak tahu dengan dirinya. Kenapa dirinya bisa bertahan dengan laki-laki seperti Bird. Laki-laki kasar dan seenaknya sendiri.
"Padahal lo gak cinta kan sama Bird. Kenapa lo harus mau jadi tunangan Bird, jangan katakan cinta kalau lo gak cinta sama Bird. Kasih alasan yang pasti Denada! apakah Bird mengancam kamu atau melakukan tindakan yang membuat kamu akhirnya bertahan dengan Bird." Tepat sasaran, apa yang di ucapkan Roby sangat benar.
Roby laki-laki mempunyai pesona yang membuat para kaum Hawa klepek-klepek tidak karuan.
"Jawaban yang sangat baik jika kamu jujur Denada. Jika itu benar, kita smua akan membantu kamu lepas dari Bird. Kamu berhak mendapatkan laki-laki yang baik Denada, bukan seperti Bird." Ungkap Mega, kita semua selalu mendukung satu sama lain. Karena kita semua sahabat di saat suka dan duka.
"Apa yang Roby katakan memang benar. Bird mengancam aku, jika aku tidak bertunangan dengan dia...dia akan mengambil paksa mahkota yang selama ini aku jaga. Aku bingung harus melakukan apa lagi, kecuali harus menerima Bird menjadi tunangan aku." Jujur Denada
Mereka menggeram kesal dengan perlakuan Bird yang keterlaluan ke Denada. Mainnya ke ancaman, membuat Denada harus jatuh ke dalam jurang kegelapan.
"Kita semua akan bantu kamu lepas dari Bird, kita semua selalu ada buat kamu Denada." Ucap Mega tega, Denada meneteskan air matanya. Denada terharu mendapatkan pertolongan dari mereka semua. "Makasih, aku sangat berterima kasih jika aku sudah terbebas dari Bird." Sahut Denada
"Kamu tidak perlu khawatir Denada." Kata mereka serempak
Skip
Kantin Rumah Sakit
"Dia cuman karyawan administrasi, gayanya sudah seperti bos." Sindir salah satu dokter perempuan ke Mega. Mega mendongak ke arah dokter yang menyindir dirinya.
Mega menghampiri dokter itu sambil membawa sebotol air putih di tangannya. "Saya pikir anda perempuan berpendidikan nona. Jaga ucapan anda, menyindir saya atau tidak. Saya tahu itu! anda salah berhadapan dengan saya nona. Bermain dengan saya nona, saya akan buat anda malu di depan semua orang di kantin." Dokter perempuan yang bernama Intan itu langsung diam. Bingung harus berkata apa, dirinya tidak mau bermain dengan Mega. Wanita yang terkenal suka membuat semua orang takut, termasuk dirinya juga yang aslinya takut ke Mega.
"Takut," kekeh Mega.
"Makanya jangan suka membuat gara-gara dengan saya nona." Sambung Mega, Mega tidak mau membuat dirinya jadi pusat perhatian semua orang. Mega meninggalkan Intan dan rekannya di situ, Mega berjalan ke tempatnya yang tadi bersama rekannya.
Tbc
Ting Notifikasi masuk di handphone Mega. Mega segera mengeceknya, siapa tahu penting. * Angry birds Jangan lupakan nanti malam Mega. Aku menunggu kamu di cafe bersama yang lain. Mega menghembuskan nafasnya berat, Mega melupakan acara kumpul-kumpul santai di cafe bersama sahabatnya dan juga rekan kerjanya. Untung ada Gavin yang langsung memberitahu dirinya lewat W******p. Mega menaruh handphone miliknya di nakas. Mega mengambil handuk dan pakaian ganti. Mega langsung masuk ke dalam kamar mandi, bersih-bersih sebelum pergi ke cafe. 15 menit kemudian, Mega keluar dari kamar mandi dengan wajah dan tubuh yang jauh lebih fresh dari sebelumnya. Mega berjalan ke arah meja rias miliknya. Mengeringkan rambutnya, memoles make-up tipis ke wajah cantiknya. Ting Tong Suara bel apartemen Mega menyala. Baru aja selesai, eh udah ada yang mau bertamu saja. Gue yakin pasti Gavin yang bertamu, awalan banget datangnya
'Ya Tuhan dia tampan sekali. 'Tubuhnya seperti Idol Korea yang sedang trending topik. 'Pangeran dari mana dia, tampan sekali. 'Astaga! aku baru saja bertemu dengan masa depan. Semoga dia menjadi masa depan aku. 'Pasti dia masih single, aku sangat yakin. Semua orang sedang membicarakan laki-laki dewasa yang sangat tampan. Baru saja tiba di rumah sakit Belarus, di sambut baik oleh semua karyawan yang bekerja di rumah sakit Belarus. Laki-laki itu adalah Elardo Gabriell, laki-laki yang baru saja pindah dari Bali. Elardo memakai kaos berlengan panjang dan di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. Jangan lupakan sepatu hak berwarna hitam. Di lengkapi jas dokternya yang berwarna putih. Aura wajahnya beh jangan katakan apapun lagi kecuali sempurna. Sangat sangat sempurna untuk kaum Hawa seperti mereka. Et...jangan lupakan yang ini, bukan kaum Hawa semuanya yang memuji seorang Elardo. Masih ada karyawan
"Aku kira ada apa, ternyata ada cowok ganteng berdatangan ke rumah sakit mau cek kesehatan." Curhat Denada masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Mega. "Terus lo mau apa? mau modus sama mereka. Silahkan aja, tapi kalau Bird ke sini lo jangan sembunyi di belakang gue dan yang lain." Sahut Mega "Gue dan Bird kan udah selesai Mega." Mega memutar bola matanya malas, "Lo dan Bird belum fix putus tunangan. Sabar dulu, jangan bertindak gegabah." Denada misah misuh tidak setuju dengan pendapat Mega. "Tapi kan gue dan Bird udah gak ada apa-apa. Gue dan Bird udah putus komunikasi ga," sabar ga menghadapi orang labil kaya Denada ini. "Lo belum fix putus hubungan saka Bird. Nunggu lo udah benar-benar fix putus hubungan sama Bird. Sabar menunggu itu lebih baik, jangan bertindak gegabah yang merugikan lo." Kesal Mega menjelaskan semuanya ke Denada. Ceklek Pintu ruangan kerja administrasi di buka para dokter tampan.
"Gila tadi lo keren banget ga. Gue lihat lo dari lantai atas, beh lo kejam banget marahin kedua dokter yang berpengaruh di rumah sakit ini. Mantap banget lo ga, berani banget lo sumpah." Cerocos Denada tidak berhenti sedari tadi. Mega hanya menganggap dengan anggukan saja, malas menjawab cerocosan Denada. "Lo kejam tahu ga, siap-siap lo dapat surat PHK dari atasan. Siapa tahu tuh anak pemilik rumah sakit ngadu sama bokapnya." Ujar Gavin membenarkan jika akan terjadi badai besar, suatu saat nanti atau nantinya ini. Mega terdiam sebentar, "Lo jangan buat gue deg-degan dong. Gimana kalau semau itu terjadi, gue bakal di keluarin lagi." Gelisah Mega "Jalan satu-satunya ya lo harus minta maaf sama kedua dokter yang udah lo marahi habis-habisan. Apa lagi dokter Elardo yang paling mendapatkan amuian dari lo. Siap-siap aja lo ga, gur si tinggal nunggu hasilnya bagaimana." Jelas Roby menakut-nakuti Mega, Mega jadi bingung sendiri. Mau minta maaf atau
Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. "Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya Acara makan malam di mulai, mer
"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat. Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo. Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati. Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang. "Ma
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.