Beranda / Romansa / YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT / Menikah Dengan Pangeran ke Lima

Share

Menikah Dengan Pangeran ke Lima

Penulis: Rizkymutha14
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 14:04:15

"Jantungmu lebih berharga dari nyawamu," desis pangeran Chuan seraya menatap wajah pucat Lie Wei Ying.

"TIDAK !" teriak Lie Wei Ying yang sudah terbaring di tempat tidur dengan nafas yang terengah-engah. "Semua itu hanya mimpi. Tapi, kenapa itu terasa nyata," sambungnya.

Detik kemudian, perlahan ia bangun dari berbaring dan duduk di atas tempat tidur. Ia mengamati sekeliling ruangan itu yang begitu asing baginya.

"Dimana aku ?" gumamnya. Lalu, dengan tubuh yang masih lemah, Lie Wei Ying turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah meja rias.

Lie Wei Ying sungguh terkejut saat melihat pantulan wajahnya di cermin.

"Wajah siapa ini?" gumamnya dalam hati. Lie Wei Ying meraba wajahnya yang kini berbeda. Lalu, sebuah ingatan terlintas di kepalanya, dimana kejadian malam itu kembali terlintas.

"Ternyata , aku masuk ke dalam tubuh gadis lain. Mungkinkah, dewa memberiku kesempatan kedua ini agar aku bisa membalas dendam," bisik Lie Wei Ying.

Ketika tengah termenung, ia terlonjak kaget saat mendengar suara pintu yang terbuka sangat keras. Li Wei Ying menatap bingung ketika seorang gadis muda tiba-tiba muncul dan menamparnya dengan keras. Rasa sakit di pipinya terasa seperti kilat yang menyambar. Gadis itu mencaci makinya dengan kata-kata yang menusuk.

Lalu, tanpa ragu, Yuan Jie melayangkan tangannya kembali. Namun, sebelum tangan Yuan Jie bisa menyentuhnya, Li Wei Ying dengan cepat mencengkram kuat tangannya. Pandangannya tajam, seperti mata elang yang siap menerkam mangsanya.

Yuan Jie meringis kesakitan. Kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi sia-sia. Li Wei Ying menghempaskan tangan Yuan Jie, membuatnya terhuyung mundur. Setiap kali Yuan Jie mencoba melawan, Li Wei Ying kembali mencengkram lehernya dan mendorongnya dengan kekuatan yang tak terduga. Yuan Jie terbentur keras ke dinding kayu di belakangnya.

"Berani kau melayangkan tanganmu," desis Li Wei Ying dengan napas terengah-engah. "Aku tidak akan segan mematahkan tanganmu."

Yuan Jie terengah-engah juga, matanya memandang penuh ketakutan. Kedua tangannya masih berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi semakin lemah. Dia tahu, dia tak punya peluang melawan.

Dalam kamar Li Wei Ying, suasana tegang memenuhi udara. Para pelayan berdiri di sudut ruangan, mata mereka membelalak ketika melihat kedua Nona itu bertengkar. Cahaya lilin yang gemerlap memperlihatkan wajah-wajah yang ketakutan.

Tiba-tiba, langkah kaki yang terburu-buru menghentak lantai. Semua pandangan beralih ke pintu. Li Wei Ying, dengan rambut hitamnya yang terurai, tidak sedikit pun menunjukkan belas kasihan pada Yuan Jie yang hampir kehabisan nafas.

Orang yang masuk adalah seorang pria tua dengan pakaian jenderal yang masih terlihat gagah. "Yuan Ling, hentikan!" sentaknya, suaranya menggema di dinding kamar. Ia memisahkan Li Wei Ying dan Yuan Jie dengan tegas.

Li Wei Ying menoleh, matanya sedikit terkejut saat melihat pria tua di hadapannya. Ternyata, ia mengenali pria itu dengan baik.

"Jadi, aku masuk ke dalam tubuh Putri dari Jenderal Yuan," monolognya dalam hati, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.

Li Wei Ying yang masih termenung, sedikit terlonjak saat Jenderal Yuan menegurnya. Suara Jenderal Yuan yang tegas dan penuh wibawa membuatnya tersentak dari lamunannya.

"Siap atau pun tidak, kau akan tetap menikah dengan Pangeran Kelima," sentak Jenderal Yuan, suaranya menggema di ruangan itu.

Li Wei Ying merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia menatap Jenderal Yuan dengan mata yang penuh kebingungan. Namun, sebelum ia sempat berkata apa-apa, Jenderal Yuan sudah melangkah tegas keluar dari ruangan, raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang mendalam.

Di sudut ruangan, Yuan Jie menatap Li Wei Ying dengan tatapan dingin. Senyum sinis terukir di bibirnya, seolah menikmati ketidaknyamanan yang dirasakan Li Wei Ying.

"Jangan berharap ada yang bisa menolongmu," bisik Yuan Jie dengan nada mengejek, suaranya seperti desis ular yang siap menyerang.

Li Wei Ying yang masih bingung , tidak bisa berbuat apapun . Namun, dalam hatinya ia sangat bersyukur. Menerima pernikahannya dengan pangeran Qing Xiao Fei, adalah kesempatan dia untuk membalaskan dendamnya pada pangeran Qing Chuan.

"Sekarang, aku bukanlah Li Wei Ying tapi Yuan Ling, yang akan membawa kehancuran."

**

**

**

Li Wei Ying menghela nafas berat. Hati masih dongkol, dia memandangi dirinya dalam cermin. Rambutnya dirapikan dengan hati-hati, dan wajahnya dipoles dengan bedak putih yang membuat kulitnya semakin merona. Di tangannya, ia memegang sehelai kain sutra merah yang akan menjadi gaun pengantinnya.

Setelah selesai berhias, Li Wei Ying diantar ke istana kerajaan Qing. Tidak ada rombongan atau iring-iringan pengantin menuju istana. Hanya langkah-langkahnya yang terdengar di koridor sepi. Bau harum bunga melati menyergapnya, mengingatkannya pada masa kecilnya di desa.

Di pintu gerbang istana, penjaga berpakaian merah menyambutnya. "Selamat datang, Putri Ling," ucapnya dengan sopan. "Mari, kami akan mengantar Putri, ke kediaman Pangeran."

Yuan Ling menelan ludah, dadanya berdebar kencang. Ia belum pernah merasakan ketegangan seperti ini sebelumnya. Menikahi Pangeran Qing Fei, yang dikenal sebagai pangeran yang kurang cerdas, bukanlah pilihan yang ia inginkan. Namun, tak ada jalan lain. Ia mengangguk pada pelayan wanita yang akan menuntunnya menuju istana yang megah.

Langkah Yuan Ling terasa berat, seolah menginjak batu-batu besar di hatinya. Ia memperhatikan setiap sudut istana, dinding yang dihiasi ukiran-ukiran indah, lampu gantung yang berkilauan, dan aroma bunga melati yang menyegarkan. Pikirnya, meskipun dia menikahi seorang pangeran yang terbilang bodoh dan idiot, keluarga istana pasti akan memperlakukan Pangeran Qing Fei dengan hormat. Setidaknya, mereka akan memberikan kediaman yang megah dan fasilitas yang layak.

Namun, kenyataannya berbeda. Pangeran Qing Fei juga menerima perlakuan yang buruk. Tempat tinggalnya jauh dari kemegahan istana, lebih mirip gubuk daripada kediaman seorang pangeran. Yuan Ling merenung, menggigit bibirnya. Ia tahu, sebagai istri, tanggung jawabnya adalah melindungi suaminya. Namun, apa yang bisa dia lakukan dalam dunia yang begitu keras ini?

Mereka pun sampai di tempat kediaman pangeran kelima. Yuan Ling merasa prihatin. Bangunan yang menurutnya tidak layak huni, kini ia harus tinggal bersama suaminya sekarang.

"Putri, silahkan lewati tungku ini," titahnya. Yuan Ling melihat ke bawah dimana ada tungku bara api yang harus ia langkahi.

Yuan Ling berdiri di ambang pintu, jantungnya berdebar. Di hadapannya, tungku bara api membara, mengeluarkan cahaya merah menyala. Bau kayu terbakar dan asap menggantung di udara. Yuan Ling menatap dengan raut wajah tenang.

"Putri," kata pelayan dengan suara rendah, "silahkan lewati tungku ini."

Yuan Ling menggigit bibirnya. Dia tahu ini adalah bagian dari upacara pernikahan mereka. Tungku ini melambangkan pengorbanan dan keberanian. Dia harus melewati api ini untuk membuktikan kesetiaannya pada kerajaan dan suaminya yang baru dinikahinya.

Bukannya melangkahi tungku itu, Yuan Ling malah menendangnya. Bara kayu yang ada di dalam tungku itu pun berhamburan. Pelayan yang mengantar Yuan Ling, lari terbirit-birit karena ketakutan. Sementara Yuan Ling melangkah tegas dan anggun penuh dengan tekad, menuju tempat tidur.

Yuan Ling mengibarkan gaunnya yang panjang, dengan gerakan yang begitu anggun dan elegan. Detik kemudian, ia duduk tenang menunggu sang Pangeran datang.

"Dimana dia?" Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki dari luar. Yuan Ling yang duduk tanpa memakai penutup kepala, segera menutupnya dan duduk dengan anggun.

'Brak'

Suara pintu terbuka kasar. Pangeran Qing Xiao Fei datang, mengenakan pakaian senada. Raut wajahnya dingin dan tegas, hidung mancung, alis kerang, bibir sedikit tapi, pipi tirus, mata yang eksotis serta tubuh yang tegap dan atletis menambah kesan tersendiri.

Pangeran Qing Xiao Fei melangkah masuk ke ruangan. Cahaya remang-remang menyambutnya, mengelilingi dinding berhias ukiran kayu dan permadani lembut di lantai. Udara harum bunga melati menguar dari sudut ruangan, menciptakan suasana yang tenang.

Namun, siapa sangka, hal yang tak terduga terjadi padanya. Tiba-tiba, kakinya tersandung pada ujung permadani. Tubuhnya terjerembab dengan posisi tengkurap, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Lantai yang sebelumnya hanya sebuah permukaan datar kini menjadi panggung kekonyolan.

Yuan Ling, duduk tenang di tempat tidur dengan penutup kepala yang melindungi matanya dari cahaya, tersenyum saat mendengar kekonyolannya. Ia bisa membayangkan adegan itu, Pangeran Qing Fei, yang seharusnya gagah dan anggun, kini tergeletak di lantai dengan wajah penuh kebingungan.

"Aww!" Pangeran Qing Fei meringis kesakitan, tangannya meraba pergelangan kakinya yang terasa sedikit nyeri. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari tahu apakah ada yang menyaksikan momen memalukan ini. Dengan gerakan cepat, ia bangun dan kembali berdiri tegak. Wajahnya memerah, tetapi matanya berbinar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 26

    Sinar keemasan fajar merayap di antara puncak-puncak pegunungan, membelai dedaunan yang masih berhiaskan embun pagi. Butiran-butiran air itu laksana permata yang memantulkan cahaya, menciptakan kilauan lembut di tengah udara yang dingin menusuk.Diiringi simfoni alam, burung-burung berkicau riang, melantunkan melodi yang saling bersahutan di antara pepohonan yang bergoyang perlahan oleh hembusan angin. Namun, di balik tabir suara alam itu, kedamaian sejati bersemayam dalam kehangatan ranjang.Yuan Ling menggeliat perlahan, merasakan sisa-sisa kelelahan dan sedikit nyeri di tubuhnya. Di sampingnya, Pangeran Qing Fei masih terlelap, lengannya melingkari pinggang Yuan Ling dengan posesif, seolah tak ingin melepaskan istrinya barang sedetik pun.Sebuah ringisan tertahan lolos dari bibir Yuan Ling saat ia mencoba bangkit, pergerakannya terasa memberat di bagian pinggul.Mendengar desisan lirih Yuan Ling, mata Pangeran Qing Fei terbuka. Wajahnya yang polos dan tanpa dosa menyambut pagi. Ia

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 25. warning 21++

    Namun, tepat ketika hidung mereka hampir bersentuhan, ketika Yuan Ling sudah bisa merasakan hembusan napas Pangeran Qing Fei yang hangat menerpa wajahnya, sang pangeran tiba-tiba menarik diri. Gerakannya tiba-tiba dan tak terduga, menciptakan ruang hampa di antara mereka yang tadinya terasa begitu intim."Pergilah!" titahnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, namun sarat akan kepedihan dan pergolakan batin.Yuan Ling merasakan amarah yang membakar tiba-tiba menyentak dirinya. Ia telah bersabar, berusaha memahami, dan memberikan dukungan. Namun, penolakan yang ambigu ini terasa seperti penghinaan, sebuah keraguan yang menyakitkan terhadap dirinya dan ikatan mereka."Bisakah kau menjadi pria sejati?" desis Yuan Ling tajam, matanya menyala menantang. Tanpa menunggu jawaban, ia bergerak cepat. Tangannya terulur, menarik tengkuk leher Pangeran Qing Fei dengan gerakan yang tegas dan penuh keberanian. Dalam sekejap, ia menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang penuh gairah dan tunt

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 24 . warning 21++

    Debu jalanan yang kelabu seolah enggan beranjak dari sepatu kulit Yuan Ling saat ia tiba di kediaman megah itu, kontras mencolok dengan gemerlap samar yang terpancar dari balik jendela-jendela bertirai sutra. Langkahnya tergesa, membawa Pangeran Qing Fei yang limbung di sisinya. Aroma dupa mahal bercampur peluh dingin sang pangeran menusuk indra penciuman Yuan Ling saat mereka memasuki kamar tidur yang luas dan dingin. Dengan gerakan cekatan namun penuh kehati-hatian, Yuan Ling membaringkan tubuh Pangeran Qing Fei di atas ranjang berukir rumit dengan seprai selembut awan. Namun, ketenangan yang diharapkan tak kunjung datang. Pangeran Qing Fei menggeliat resah, napasnya tersengal-sengal, jari-jarinya mencengkeram seprai, meraba-raba tubuhnya sendiri seolah mencari sesuatu yang hilang. "Pa...nas sekali," bisiknya lirih, suaranya tercekat dan bergetar seperti dawai kecapi yang hampir putus. Butiran keringat dingin membasahi pelipisnya. Mata Yuan Ling yang tajam menangkap keanehan yan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 23

    Pangeran Qing Chuan meringis kesakitan, napasnya tersengal-sengal. Ia memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Yuan Ling berdiri di hadapannya, tubuhnya bergetar karena amarah yang masih membara."Ini pelajaran untukmu, Qing Chuan," ucap Yuan Ling dengan suara dingin dan tegas. "Jangan pernah mencoba memainkan permainan kotor di belakang suamiku. Aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya."Ia menunjuk wajah Pangeran Qing Chuan dengan jari telunjuknya, matanya penuh peringatan. "Ingat ini baik-baik. Jika kau berani menyentuh sehelai rambut pun di kepala Qing Fei, kau akan berhadapan denganku."Suara bisik-bisik di antara para penonton semakin intens. Mereka menyaksikan adegan yang tak terduga ini dengan campuran rasa takut, kagum, dan penasaran."Dia benar-benar membela Pangeran Qing Fei," gumam seorang wanita tua dengan kerutan di wajahnya."Pangeran Qing Chuan pasti tidak menyangka akan mendapat perlawanan seperti ini," timpal seorang pemuda dengan nada kagum.Pangeran Qing Chuan mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 22

    "PERGI !" pekik Yuan Ling dengan tatapan nyalang. Tanpa mengatakan apapun, wanita penghibur itu pergi dengan wajah marah. Namun, bukan hanya pemandangan itu yang membuat darah Yuan Ling mendidih. Di sudut ruangan, bersandar pada pilar kayu berukir naga, berdiri Pangeran Qing Chuan. Ekspresi wajahnya datar dan dingin, namun seulas senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat kedatangan Yuan Ling yang penuh amarah. Di tangannya, ia menggenggam sebuah cawan keramik halus yang tampak kosong, namun Yuan Ling mencium samar aroma samar opium yang tertinggal.Dari balik kerumunan di ambang pintu, terdengar bisikan-bisikan para penonton yang penasaran."Lihat! Itu Nyonya Yuan!" seru seorang pria berjubah cokelat kusam."Apa yang terjadi? Mengapa dia terlihat begitu marah?" timpal seorang wanita dengan sanggul tinggi yang dihiasi jepit rambut perak."Kudengar Pangeran Qing Fei dibawa ke sini secara paksa," bisik seorang pria bertubuh kurus dengan nada khawatir."Pangeran Qing Chuan juga a

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 21

    Setelah menerima titah dingin dari Pangeran Qing Chuan, seulas senyum licik mengembang di bibir ranum wanita penghibur itu. Cahaya remang-remang lentera minyak di sudut ruangan menari-nari di wajahnya, menonjolkan guratan kemenangan yang tersembunyi. Dengan langkah anggun namun penuh maksud tersembunyi, ia mendekat ke arah Pangeran Qing Fei yang terbaring lemah di atas dipan, kesadarannya masih berjuang untuk kembali sepenuhnya. Aroma candu yang samar bercampur dengan bau keringat dingin dari tubuh sang pangeran menciptakan atmosfer yang menyesakkan.Sementara itu, bagai disengat ribuan lebah, Yuan Ling menerima kabar dari seorang pelayan istana mengenai keberadaan suaminya. Jantungnya berdegup kencang, bagai genderang perang yang ditabuh bertalu-talu. Tanpa membuang sedetik pun waktu, ia segera melompat ke atas punggung kuda kesayangannya. Derap kaki kuda memecah keramaian jalanan yang berliku. Cambuk ia layangkan tanpa ampun, memacu hewan itu dalam kecepatan yang membahayakan. Angin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status