Share

perasaan Yang Aneh

Author: Rizkymutha14
last update Last Updated: 2024-07-24 20:47:49

Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya.

Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya.

Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh.

Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya.

"Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pangeran Qing Fei hingga terjungkal dan terjerembab di lantai. Dia menatap pangeran Qing Fei dengan ekspresi terkejut. Cahaya dari jendela menghiasi ruangan, memperlihatkan debu-debu yang berputar di udara.

Pangeran Qing Fei bangkit dan berdiri di hadapannya, memperlihatkan wajah yang begitu polos.

“Tidak!” ucapnya. “Aku tidak bermaksud seperti itu. Para pelayan mengatakan, jika sudah suami-istri, tidak masalah mencium istrinya,” lanjutnya dengan polos, suaranya lembut seperti angin yang menyentuh daun-daun di luar jendela.

Pangeran Qing Fei kembali melangkah seraya berkata, "Kalau begitu aku tidak akan __." kalimat pangeran Qing Fei terpotong, ketika sebelah tangan Yuan Ling terangkat, detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya takut, seraya memegang kedua telinganya.

"Lagi?" sentak nya. Pikir Yuan Ling, pangeran Qing Fei akan melakukan perbuatan tidak sopan lagi padanya. Namun, jawaban yang diberikan oleh pangeran Qing Fei membuat Yuan Ling kikuk.

Dalam ruangan yang berhias mewah, cahaya lilin-lilin emas memantul, bagai dunia fiksi yang memberikan keajaiban. Namun, keajaiban itu terasa sedikit pudar ketika pangeran Qing Fei, suaminya yang baru saja dinikahinya, berbicara dengan nada yang menggemaskan dan menggelitik di telinga.

Yuan Ling lupa bahwa pria yang dinikahinya tidak seperti pria pada umumnya. Sikap pangeran Qing Fei begitu kekanak-kanakan, seolah dia masih bermain di taman bermain istana. Tapi, dibalik kepolosannya, ada ketulusan yang sulit diabaikan.

"Aku hanya ingin meminta maaf," ucapnya lirih. Suara pangeran Qing Fei terdengar seperti gemerincing air di mata air tersembunyi. Yuan Ling merasa hatinya meleleh. Dia tidak pernah membayangkan bahwa pernikahan ini akan membawanya ke dunia yang begitu berbeda.

"Tadi aku tidak bermaksud untuk mendorongmu, aku hanya terkejut saja," balas Yuan Ling. Pangeran Qing Fei, yang membelakangi Yuan Ling, perlahan menoleh dengan raut wajah cemberut. "Aku tahu kalau kau adalah Putri Yuan Ling, anak jenderal Yuan Li. Aku juga tahu, kau pasti tidak akan menyukai diriku, karena aku adalah pria bodoh dan idiot," lanjutnya.

Yuan Ling tersentuh mendengar ungkapan pria yang baru saja dinikahinya. Dia melihat mata pangeran Qing Fei yang mencari kepastian. "Aku menikah denganmu, adalah keinginanku sendiri," kata Yuan Ling dengan tegas. Perkataannya membuat pangeran Qing Fei terkejut sekaligus bahagia. Ia tersenyum malu-malu, dan Yuan Ling tak bisa menahan senyum melihat tingkah lucu sang pangeran.

Suasana di ruangan berubah menjadi canggung. Detik kemudian, pangeran Qing Fei mengambil inisiatif untuk menghilangkan ketegangan. "Apa kau lapar?" tanya pangeran Qing pada Yuan Ling. "Masakan koki di istana ini, sangat enak." Sambungnya.

"Baik," jawabnya dengan singkat.

"Kalau begitu aku akan mengambilkan kue kacang hijau. Anggap saja ini adalah perayaan untuk kita." Pangeran Qing Fei pun melangkah ke samping tempat tidurnya dan mengambil kue kacang yang berada di atas meja. Lalu, ia pun kembali dengan membawa kue kacang hijau itu di atas meja di samping tempat tidur. Dengan perasaan masih malu, pangeran Qing Fei kembali menjauh dan berdiri membelakangi Yuan Ling.

Yuan Ling tidak menggubris sikap yang diberikan oleh pangeran Qing, ia mengambil kue kacang hijau itu dan mencicipinya. Ketika ia menggigit kue tersebut, matanya sedikit terbelalak, ketika merasakan kelezatan kue tersebut, manis, gurih dan langsung pecah di mulut.

"Kue ini sangat lezat," gumamnya pelan. Namun, ucapannya tersebut masih terdengar jelas di telinga pangeran Qing Fei yang berdiri memunggungi Yuan Ling. Kemudian, ia melihat pangeran Qing Fei dan berseru padanya.

"Kau, makanlah !" Yuan Ling melemparkan satu kue ke arah pangeran Qing, dengan sigap pangeran Qing menangkap dan langsung melahapnya. Yuan Ling tersenyum memperhatikan pangeran Qing yang makan begitu lahap.

"Siapa namamu?" tanya Yuan Ling pada pangeran Qing Fei.

"Aku... ," kalimatnya terhenti saat ia menelan makanan , " Aku Qing Xiao Fei, aku adalah pangeran kelima," sahutnya.

Tidak ada lagi perbincangan di antara mereka. Keduanya tengah menikmati kue kacang hijau tersebut ketika tiba-tiba pandangan Yuan Ling menjadi kabur. Kepalanya terasa pusing, dan dia merasa seolah-olah sedang berputar. Detik kemudian, Yuan Ling jatuh pingsan. Begitu pun dengan Pangeran Qing Fei, yang ikut tak sadarkan diri.

Entah kapan seseorang menaburkan obat bius ke dalam makanan tersebut. Bau obat itu tidak bisa terdeteksi dan tidak memiliki rasa. Namun, di balik tirai sutra yang menggantung di dinding, mata tajam seorang wanita terus memperhatikan situasi di ruangan mewah itu.

Wanita itu berpenampilan seperti seorang pengawal bayangan. Tubuhnya lentur dan wajahnya tertutup selendang hitam. Namun, matanya yang tajam dan penuh perhitungan mengintip setiap gerak Yuan Ling dan Pangeran Qing Fei. Dia adalah Li Wei Wei seorang ahli dalam seni ilusi dan penyamaran. Tugasnya adalah melindungi Pangeran Qing Fei.

Beberapa menit berlalu, Yuan Ling yang terbaring tak sadarkan diri, tiba-tiba ada sebuah tangan misterius yang hendak mencekik lehernya. Namun, sebelum tangan itu menyentuhnya, ada sebuah tangan lain yang menghalangi aksinya.

Kemudian, terlihatlah wajah sang pelaku. Ternyata, dia adalah Pangeran Qing Fei. Rambut hitamnya terurai dengan anggun, dan matanya yang tajam menatap Li Wei Wei dengan ketegasan.

"Yang Mulia," ucap Li Wei Wei seraya membungkuk hormat.

Pangeran Qing Fei mengabaikannya. "Jangan berani-berani kau menyakitinya," balasnya dengan nada dingin dan serius. Pengawal wanita itu segera berlutut.

"Tapi Yang Mulia, dia adalah anak jenderal Yuan Li," katanya, mencoba membela diri.

"Aku punya rencana lain," balas Pangeran Qing Fei dengan singkat. Dia memandang wajah damai Yuan Ling yang tak sadarkan diri. Ada perasaan aneh yang bergejolak di dalam dadanya. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik pernikahan ini? Mengapa Yuan Ling menjadi target?

Li Wei Wei, meski kecewa dengan keputusan Pangeran Qing Fei, mengangguk. Dia tahu bahwa ada lebih banyak misteri yang harus dipecahkan. Dan dia bertekad untuk melindungi Yuan Ling, bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang lebih besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 26

    Sinar keemasan fajar merayap di antara puncak-puncak pegunungan, membelai dedaunan yang masih berhiaskan embun pagi. Butiran-butiran air itu laksana permata yang memantulkan cahaya, menciptakan kilauan lembut di tengah udara yang dingin menusuk.Diiringi simfoni alam, burung-burung berkicau riang, melantunkan melodi yang saling bersahutan di antara pepohonan yang bergoyang perlahan oleh hembusan angin. Namun, di balik tabir suara alam itu, kedamaian sejati bersemayam dalam kehangatan ranjang.Yuan Ling menggeliat perlahan, merasakan sisa-sisa kelelahan dan sedikit nyeri di tubuhnya. Di sampingnya, Pangeran Qing Fei masih terlelap, lengannya melingkari pinggang Yuan Ling dengan posesif, seolah tak ingin melepaskan istrinya barang sedetik pun.Sebuah ringisan tertahan lolos dari bibir Yuan Ling saat ia mencoba bangkit, pergerakannya terasa memberat di bagian pinggul.Mendengar desisan lirih Yuan Ling, mata Pangeran Qing Fei terbuka. Wajahnya yang polos dan tanpa dosa menyambut pagi. Ia

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 25. warning 21++

    Namun, tepat ketika hidung mereka hampir bersentuhan, ketika Yuan Ling sudah bisa merasakan hembusan napas Pangeran Qing Fei yang hangat menerpa wajahnya, sang pangeran tiba-tiba menarik diri. Gerakannya tiba-tiba dan tak terduga, menciptakan ruang hampa di antara mereka yang tadinya terasa begitu intim."Pergilah!" titahnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, namun sarat akan kepedihan dan pergolakan batin.Yuan Ling merasakan amarah yang membakar tiba-tiba menyentak dirinya. Ia telah bersabar, berusaha memahami, dan memberikan dukungan. Namun, penolakan yang ambigu ini terasa seperti penghinaan, sebuah keraguan yang menyakitkan terhadap dirinya dan ikatan mereka."Bisakah kau menjadi pria sejati?" desis Yuan Ling tajam, matanya menyala menantang. Tanpa menunggu jawaban, ia bergerak cepat. Tangannya terulur, menarik tengkuk leher Pangeran Qing Fei dengan gerakan yang tegas dan penuh keberanian. Dalam sekejap, ia menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang penuh gairah dan tunt

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 24 . warning 21++

    Debu jalanan yang kelabu seolah enggan beranjak dari sepatu kulit Yuan Ling saat ia tiba di kediaman megah itu, kontras mencolok dengan gemerlap samar yang terpancar dari balik jendela-jendela bertirai sutra. Langkahnya tergesa, membawa Pangeran Qing Fei yang limbung di sisinya. Aroma dupa mahal bercampur peluh dingin sang pangeran menusuk indra penciuman Yuan Ling saat mereka memasuki kamar tidur yang luas dan dingin. Dengan gerakan cekatan namun penuh kehati-hatian, Yuan Ling membaringkan tubuh Pangeran Qing Fei di atas ranjang berukir rumit dengan seprai selembut awan. Namun, ketenangan yang diharapkan tak kunjung datang. Pangeran Qing Fei menggeliat resah, napasnya tersengal-sengal, jari-jarinya mencengkeram seprai, meraba-raba tubuhnya sendiri seolah mencari sesuatu yang hilang. "Pa...nas sekali," bisiknya lirih, suaranya tercekat dan bergetar seperti dawai kecapi yang hampir putus. Butiran keringat dingin membasahi pelipisnya. Mata Yuan Ling yang tajam menangkap keanehan yan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 23

    Pangeran Qing Chuan meringis kesakitan, napasnya tersengal-sengal. Ia memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Yuan Ling berdiri di hadapannya, tubuhnya bergetar karena amarah yang masih membara."Ini pelajaran untukmu, Qing Chuan," ucap Yuan Ling dengan suara dingin dan tegas. "Jangan pernah mencoba memainkan permainan kotor di belakang suamiku. Aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya."Ia menunjuk wajah Pangeran Qing Chuan dengan jari telunjuknya, matanya penuh peringatan. "Ingat ini baik-baik. Jika kau berani menyentuh sehelai rambut pun di kepala Qing Fei, kau akan berhadapan denganku."Suara bisik-bisik di antara para penonton semakin intens. Mereka menyaksikan adegan yang tak terduga ini dengan campuran rasa takut, kagum, dan penasaran."Dia benar-benar membela Pangeran Qing Fei," gumam seorang wanita tua dengan kerutan di wajahnya."Pangeran Qing Chuan pasti tidak menyangka akan mendapat perlawanan seperti ini," timpal seorang pemuda dengan nada kagum.Pangeran Qing Chuan mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 22

    "PERGI !" pekik Yuan Ling dengan tatapan nyalang. Tanpa mengatakan apapun, wanita penghibur itu pergi dengan wajah marah. Namun, bukan hanya pemandangan itu yang membuat darah Yuan Ling mendidih. Di sudut ruangan, bersandar pada pilar kayu berukir naga, berdiri Pangeran Qing Chuan. Ekspresi wajahnya datar dan dingin, namun seulas senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat kedatangan Yuan Ling yang penuh amarah. Di tangannya, ia menggenggam sebuah cawan keramik halus yang tampak kosong, namun Yuan Ling mencium samar aroma samar opium yang tertinggal.Dari balik kerumunan di ambang pintu, terdengar bisikan-bisikan para penonton yang penasaran."Lihat! Itu Nyonya Yuan!" seru seorang pria berjubah cokelat kusam."Apa yang terjadi? Mengapa dia terlihat begitu marah?" timpal seorang wanita dengan sanggul tinggi yang dihiasi jepit rambut perak."Kudengar Pangeran Qing Fei dibawa ke sini secara paksa," bisik seorang pria bertubuh kurus dengan nada khawatir."Pangeran Qing Chuan juga a

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 21

    Setelah menerima titah dingin dari Pangeran Qing Chuan, seulas senyum licik mengembang di bibir ranum wanita penghibur itu. Cahaya remang-remang lentera minyak di sudut ruangan menari-nari di wajahnya, menonjolkan guratan kemenangan yang tersembunyi. Dengan langkah anggun namun penuh maksud tersembunyi, ia mendekat ke arah Pangeran Qing Fei yang terbaring lemah di atas dipan, kesadarannya masih berjuang untuk kembali sepenuhnya. Aroma candu yang samar bercampur dengan bau keringat dingin dari tubuh sang pangeran menciptakan atmosfer yang menyesakkan.Sementara itu, bagai disengat ribuan lebah, Yuan Ling menerima kabar dari seorang pelayan istana mengenai keberadaan suaminya. Jantungnya berdegup kencang, bagai genderang perang yang ditabuh bertalu-talu. Tanpa membuang sedetik pun waktu, ia segera melompat ke atas punggung kuda kesayangannya. Derap kaki kuda memecah keramaian jalanan yang berliku. Cambuk ia layangkan tanpa ampun, memacu hewan itu dalam kecepatan yang membahayakan. Angin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status