Lana masih terdiam, jujur saja dia belum pernah bertemu orang asing, jadi sedikit banyak dia harus berhati-hati.
"Jangan takut denganku, aku tidak akan menyakiti atau menculik kamu, aku hanya bermaksud menolong." Noah seolah tau apa yang dipikirkan oleh Lana.
Lana berpikir lagi, jika dia tidak segera berangkat, dia bisa terlambat, jika dia terlambat, Lana tidak akan boleh mengikuti ujian. Dan tentu saja nilainya akan jelek, lebih parahnya lagi, dia akan mendapat omelan bahkan kemarahan kedua orang tuanya.
"Sudahlah, ayo! Kalau kebanyakan berpikir, sekolah kamu bisa terlambat."
Lana segera mengambil tasnya dan dia berjalan menuju motor Noah. "Motor?" Lana sedikit terkejut.
"Apa kamu tidak pernah naik motor?" Noah sekali lagi memberikan senyum miringnya yang sangat manis.
Noah memakai helmnya dan menyuruh Lana naik ke atas motornya. Lana naik dengan ragu-ragu. Kedua tangannya berpegangan pada belakang motor Noah.
"Apa kamu tidak mau berpegangan padaku? Aku tidak mau bertanggung jawab kalau kamu nanti jatuh, karena aku akan sedikit cepat menjalankan motorku."
"Aku tidak akan jatuh. Kamu jalan saja," ucap Lana.
Noah pun mulai menyalakan motornya, dan sedikit menggas motornya, sontak saja Lana terkejut dan langsung melepas pegangannya, dan sekarang malah memeluk Noah karena takut. Noah sekali lagi menunjukkan senyum miringnya dan motornya mulai berjalan dengan agak cepat.
Lana yang tidak pernah naik motor, dia memilih menyandarkan kepalanya pada punggung Noah untuk menghilangkan rasa ketakutannya.
"Tolong, jangan mengebut, aku takut, apalagi udaranya sangat dingin. Memang di kota Pure Line, jika pagi hari udaranya agak dingin, tapi juga menyejukkan.
Noah menghentikan kembali motornya di tepi jalan. Lana mengangkat kepalanya dari punggung Noah, dan dia tampak bingung. Ini kan belum sampai di sekolahnya?
Lana tampak heran, pria ini mau apa sama dia? Kenapa dia menghentikan motornya di pinggir jalan, dan jarak sekolahnya juga masih lumayan.
"Ada apa?"
Noah tidak menjawab, dia melepaskan jaketnya dan memberikan pada gadis yang duduk di belakangnya. "Cepat pakai!" seru Noah.
"Aku tidak mau memakai jaket kamu!" Lana mengembalikan jaketnya lagi.
"Kamu bilang dingin, jadi pakai jaketku, aku tidak mau kalau tiba-tiba kamu sakit apalagi sampai muntah di motorku."
"Aku tidak akan muntah. Kamu bawa saja jaket kamu."
Noah turun dari motornya, dan malah menatapnya dengan mengerutkan alisnya. Noah tidak berkata apa-apa, dia malah memakaikan jaketnya pada Lana.
"Kamu mau apa?" Lana berusaha berontak, tapi kekuatan Lana yang imut-imut tentu saja kalah sama Noah. Jaket itupun sudah terpasang dengan sempurna.
"Jangan cemberut begitu, cantik kamu hilang." Noah tersenyum miring dan kemudian dia kembali naik ke atas motornya. Noah kembali memacu motornya pergi dari sana.
Lana pun kembali menyandarkan kepalanya pada punggung Noah, ada rasa nyaman dia rasakan. Ini adalah hal pertama yang dia rasakan.
Tidak lama, mereka sampai di depan sekolah Lana. Lana tidak sadar, dia masih erat memeluk Noah. "Hei! Apa kamu tidak mau masuk sekolah?" Noah menggerakkan bahunya yang membuat Lana membuka matanya.
"Sudah sampai?" Lana gelagapan dan langsung turun dari motor.
"Terima kasih." Lana dengan cepat berlari masuk ke dalam gedung sekolahnya karena dia mendengar suara bel masuk.
"Hei! Jaketku!" Lana lupa mengembalikkan jaketnya. Akhirnya Noah hanya bisa menghela napasnya pelan.
"Oh God! Aku lupa dengan apa yang akan aku lakukan!" Noah segera pergi dari sana, dia memacu cepat motornya.
Di dalam kelas, Lana sudah berada di bangkunya. Di sana satu bangku diisi oleh satu murid. "Lana, jaket siapa yang kamu pakai? Itukan jaket cowok," bisik salah satu teman Lana yang duduk tepat di belakang bangku Lana.
"Aku tidak tau, ceritanya panjang, nanti aku ceritakan sesudah ulangan selesai," Lana juga membalas menoleh ke belakang dengan berbisik.
Ujian di mulai, mereka semua mengerjakan dengan sangat fokus, terutama Lana. Lana tidak ingin mendapat nilai yang buruk nantinya. Kedua orang tuanya menginginkan dia tetap mempertahankan juara kelasnya.
Beberapa jam kemudian, tugas selesai dan mereka mengumpulkan semua kertas ujian. Lana dan teman-temannya boleh beristirahat sejenak untuk mengikuti ujian yang ke dua.
"Lana, ceritakan tentang si pemilik jaket itu? Apa dia tampan?" Sahabat Lana itu menggeser kursinya duduk mendekat ke arah Lana.
"Dia tampan, dan sangat keren. Apalagi saat dia duduk di motornya, hanya saja dia sedikit menyebalkan."
"Siapa namanya!"
Lana berpikir sejenak. "Siapa, Ya? Aku lupa namanya."
Sahabat Lana itu langsung memutar bola matanya jengah. "Kamu selalu begitu. Ya sudah! Ceritakan saja bagaimana kamu bisa bertemu dengannya? Dan jaketnya bisa ada sama kamu?"
"Tadi waktu berangkat sekolah, di tengah jalan ban mobil aku tiba-tiba pecah, dan tiba-tiba juga dia datang menawarkan dirinya untuk mengantarkan aku ke sekolah."
"Kamu langsung mau begitu saja? Kamu tidak takut dia akan berbuat sesuatu sama kamu?" Lana menggeleng cepat. "Huft! Kamu itu kan terlalu polos, Lana, jadi cepat saja percaya begitu saja."
"Yang aku pikirkan hanya secepatnya sampai di sekolah dan tidak tertinggal ujian, yang lebih aku takutkan adalah kemarahan orang tuaku."
"Coba aku lihat sini, dia dalam jaketnya ada apa saja? Siapa tau kita bisa menemukan barang berharga miliknya. Aku juga ingin tau merek jaketnya, apa dia cowok kaya atau biasa saja?" Sahabat Lana ini memang cewek yang blak-blakan dan suka bertindak seenaknya, tapi selama ini dia sangat baik pada Lana.
"Jangan! Ini punya orang, nanti kalau aku ketemu dia lagi, aku akan kembalikan sama dia." Lana berusahan menahan sahabatnya itu, tapi sudah terlambat. Sahabatnya itu sudah merogok saku jaket itu dan menemukan sesuatu di dalamnya.
"Rokok, uang, dan---." Mata gadis itu membelalak lebar. Lana yang melihat benda yang baginya asing itu juga memperhatikan apa yang sedang di pegang oleh sahabatnya.
"Ini apa, Ya? Bentuknya aku tidak pernah melihatnya?" Lana tampak bingung dengan benda berwarna putih dan bungkus merah berbentuk bulat, dan ada di dalam plastik tebal, serta di lapisi seperti cairan.
"Kamu serius tidak tau benda ini, Lana?"
Lana langsung menggelengkan kepalanya pelan melihat heran pada sahabatnya. Sahabatnya itu malah tersenyum sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
"Memangnya itu apa?"
"Ini pernah ada di pelajaran sains. Ini yang biasa di gunakan oleh seorang cowok jika ingin bercinta dengan pasangannya, supaya pasangannya itu tidak sampai hamil," jelas sahabat Lana. "Tapi sebenarnya, jika menggunakan ini rasanya tidak enak, lebih enak langsung, sensasinya luar biasa." Muka sahabat Lana itu tampak bersemangat membayangkan sesuatu. Lana yang melihatnya agak aneh, Lana ini memang sangat polos.
“Kamu kenapa bisa mengetahuinya secara detail? Oh God! Apa kamu pernah merasakannya?!" Kedua mata Lana membulat lebar.
"Sshh ...." Mulut Lana langsung di bungkam dengan cepat. "Kamu jangan berseru seperti itu, nanti kalau lainnya mendengar bagaimana?" ucapnya pelan.
"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.
"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.Muka gadis di samping Lana itu bersemu merah. "Menurut kamu? Lana, hal itu wajar di lakukan, dan suatu saat kamu harus mencobanya. Lagipula kita sudah dewasa. Apa kamu mau terkekang terus hidup kamu dengan segala aturan kedua orang tua kamu?"Sahabat Lana ini sebenarnya gadis yang baik, hanya saja dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sahabat Lana ini tinggal dengan mami yang tidak pernah mengurusinya, hanya memberinya kemewahan tanpa kasih sayang. Papinya pun sama, tidak pernah memperdulikannya, karena sudah memiliki keluarga baru."Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sini!" Lana mencoba mengambil alat pengaman itu.""Eh! Kenapa kamu bawa lagi? Aku akan menyimpannya dan nanti malam aku mau menggunakannya dengan kekasih baruku di rumah. Kebetulan mamiku sedang pergi, jadi aku bebas melakukan apapun." Gadis itu tersenyum pada
“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya.“Itukan cowok menyebalkan itu,” ucapnya kesal. Lana membuka pintu belakang dan memberitahu mamanya jika dia ingin mengembalikan jaket kepada cowok pemilik jaket itu.Mama Lana menoleh ke arah jendela belakang dan benar, beliau melihat seorang cowok dengan penampilan yang tidak rapi sedang bersandar di atas motornya.“Sebentar ya, Ma?” Wanita cantik di dalam mobil itu mengangguk, Lana berjalan mendekat ke arah Noah. “Ini jaket milik kamu, dan aku sudah tidak membutuhkannya lagi.” Lana memberikan jaket itu dengan sedikit kasar dan kesal. Bukan karena suatu hal Lana melakukan hal itu, itu karena Lana teringat dengan benda yang dibawa oleh Noah. Lana menganggap jika Noah bukanlah cowok baik-baik, kalau dia baik-baik dia tidak akan menyimpan benda seperti itu.“Hei! Apa kamu ti
Mama mereka menyuruh Lana dan Leon duduk di depannya. Lana terdiam duduk di tempatnya, Lana agak takut jika nanti apa yang di ucapkan Leon akan membuat mamanya marah. “Kalian mau bicara apa?” Tatapnya tajam. “Ma, apa boleh aku mengajak Lana pergi ke acara pesta ulang tahun temanku besok malam?” “Pesta? Memangnya teman kamu ada yang berulang tahun?” “Ada, Ma, dan aku ingin mengajak Lana. Kasihan Lana, lagian dia, kan, sudah selesai ujian sekolahnya, dan liburan yang Mama dan Papi janjikan juga tidak tau kapan akan terlaksana?” Leon memutar bola matanya jengah. “Sudahlah, Leon! Aku juga tidak apa di rumah saja, aku bisa membaca buku seperti biasanya?” Lana tidak mau sampai Leon mendapat masalah nantinya. “Membaca buku terus, apa yang menyenangkan dengan membaca buku? Lagian kamu itu sudah dewasa, Lana, dan sudah saatnya merasakan bersenang-senang sedikit. Boleh, ya, Ma?” tanyanya lagi. “Kamu tumben sekali mau mengajak Lana? Memangn
Noah berjalan masuk ke gedung itu, sebelahnya Daniel sedang mengamati setiap sudut bangunan itu."Noah, untuk apa kita kemari? Tempat ini lebih mirip rumah sakit tua, tapi menyeramkan sekali.""Ini memang rumah sakit yang di bangun untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan.""Apa?!" Kedua mata Daniel membulat sempurna."Kamu mau apa ke sini?""Aku mau menemui seseorang.Tidak lama dari arah berlawanan datang seorang laki-laki paruh baya dengan baju putih dan ada taq name sebelah kirinya."Halo, Dok.""Noah, kamu ke sini lagi? Lalu ini siapa?" Dokter itu melihat ke arah Daniel."Aku Daniel, sahabat Noah. Anda dokter?" tanya Daniel."Saya dokter Steve, saya dokter yang merawat kakak Noah." Dokter itu menjabat tangan Daniel, dan Daniel membalasnya."Noah memangnya kakak kamu sakit apa? Bukannya kamu bilang dulu kalau kakak kamu bersama dengan ayah kamu? Lalu kenapa sekarang kakak kamu ada di rumah sakit ini?"
Noah menatap tidak suka pada supir Lana. Dia malah dengan muka marahnya mendorong tubuh supir itu."Jangan ikut campur! Aku cuma ingin bicara dengan nona kamu.""Tapi kamu orang asing dan aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Nona Lana." Supir itu sebenarnya takut, tapi dia harus melindungi majikannya sesuai dengan yang di pesankan oleh mamanya Lana."Aku hanya ingin bicara!" Noah mulai memperlihatkan sifat kasarnya. Dia mencengkeram kra baju supir Lana."Berhenti! Lepaskan supirku." Lana mencoba melepaskan tangan Noah. "Pak, aku tidak apa-apa, aku akan bicara sebentar dengan cowok ini." Lana berjalan agak jauh dari mobilnya, Noah malah memberi seringai pada supir Lana."Kamu mau bicara apa lagi? Bukannya jaket kamu sudah aku kembalikan?" Bentak Lana kasar pada Noah yang sudah berdiri di depannya."Bukan masalah jaket itu, tapi kamu masalahnya.""Aku?" Lana tampak bingung, kenapa Noah malah menyebut Lana yang menjadi masalahnya.
Lana menyuruh adiknya keluar dari kamarnya setelah memberikan Leon uang yang dia inginkan dari tabungannya. Lana benar-benar kesal dan tidak menyangka dia akan kehilangan buku yang menjadi buku kesayangannya."Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa aku bisa sampai bertemu dan berurusan dengan dia." Lana menutup kepalanya dengan bantal.Di tempatnya, Noah sedang berbaring di atas ranjangnya, dan tangannya menengadah ke atas sedang membaca buku yang tadi dia ambil dari Lana. "Gadis ini bacaannya sangat membosankan, kenapa dia malah membaca buku tentang kisah sedih begini? Dia harusnya membaca tentang bagaimana cara seorang gadis bercinta dan mengenal tentang sex di usianya yang sekarang." Noah tertawa dengan puasnya."Kamu baca apa, Noah?" Dan yang tiba-tiba datang dan mengambil buku milik Lana dari tangan Noah. "Andai Aku Bisa Terbang." Daniel membaca judul buku yang di bawa Noah. "Kenapa kamu membaca buku seperti ini? Tumben juga kamu membaca buku? Kamu
Daniel dan Noah menikmati pesta itu, walaupu mereka tidak ada yang kenal. Daniel berjelajah ke setiap ruangan mencari gadis-gadis yang mau dia ajak kenalan. Salah satu gadis yang ada di sana dari tadi memperhatikan Noah. Dia sepertinya tertarik pada Noah. "Jill, pria itu siapa? Apa dia teman kakak kamu?" tanya seorang gadis dengan rok mininya dan minuman di tangannya bertanya pada Jill adik dari Chris. "Aku tidak kenal dia, aku saja baru melihatnya, tapi dia terlihat sangat tampan. Bagaimana jika kita berkenalan dengan dia?" tanya gadis yang berulang tahun itu. Gayung pun bersambut. Belum dua gadis itu menemui Noah. Noah sudah berjalan ke arah mereka berdua. "Hai, selamat ulang tahun ya buat kamu." Noah mengangkat gelas minumannya. Sontak kedua gadis itu tersenyum bahagia pada Noah. "Hai, terima kasih. Apa kami boleh tau siapa nama kamu? Apa kamu salah satu teman dari kakak aku?" Noah tampak bingung, dia saja tidak kenal siapa kakak gadi
Brak ...Terdengar suara pintu di dobrak dari luar. Dan samar, Lana melihat pria yang bernama Chris yang ada di atasnya tadi ditarik dengan keras dan Lana tidak tau apalagi yang terjadi. Lana masih terdiam di tempatnya, tenaga Lana sudah terkuras, dia lemas."Berengsek! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti ini terhadap seoranggadis lugu dan polos seperti dia. Kalau kamu mau terpenuhi hasrat kamu itu carilah gadis yang dengan senang hati kamu ajak bercinta."Chris tidak menjawab, dia sudah jatuh tersungkur di bawah lantai. Cowok yang menolong Lana ternyata Noah. Dia mendekat ke arah Lana yang masih terbaring diam dengan air mata yang sudah bercucuran."Hai! Kamu tidak apa-apa, Kan?" Wajah Noah berada tepat di atas wajah Lana. Lana tidak menjawab, dia hanya bisa sesenggukan.Noah melihat bagian bawah Lana, dan Noah menaikkan kembali celana dalam Lana yang tadi sempat di turunkan oleh Chris."Ka-kamu mau apa?" Lana akhirnya membuka mulutnya.