Share

Bab 4 (Benda Aneh)

Lana masih terdiam, jujur saja dia belum pernah bertemu orang asing, jadi sedikit banyak dia harus berhati-hati.

"Jangan takut denganku, aku tidak akan menyakiti atau menculik kamu, aku hanya bermaksud menolong." Noah seolah tau apa yang dipikirkan oleh Lana.

Lana berpikir lagi, jika dia tidak segera berangkat, dia bisa terlambat, jika dia terlambat, Lana tidak akan boleh mengikuti ujian. Dan tentu saja nilainya akan jelek, lebih parahnya lagi, dia akan mendapat omelan bahkan kemarahan kedua orang tuanya.

"Sudahlah, ayo! Kalau kebanyakan berpikir, sekolah kamu bisa terlambat."

Lana segera mengambil tasnya dan dia berjalan menuju motor Noah. "Motor?" Lana sedikit terkejut.

"Apa kamu tidak pernah naik motor?" Noah sekali lagi memberikan senyum miringnya yang sangat manis.

Noah memakai helmnya dan menyuruh Lana naik ke atas motornya. Lana naik dengan ragu-ragu. Kedua tangannya berpegangan pada belakang motor Noah.

"Apa kamu tidak mau berpegangan padaku? Aku tidak mau bertanggung jawab kalau kamu nanti jatuh, karena aku akan sedikit cepat menjalankan motorku."

"Aku tidak akan jatuh. Kamu jalan saja," ucap Lana.

Noah pun mulai menyalakan motornya, dan sedikit menggas motornya, sontak saja Lana terkejut dan langsung melepas pegangannya, dan sekarang malah memeluk Noah karena takut. Noah sekali lagi menunjukkan senyum miringnya dan motornya mulai berjalan dengan agak cepat.

Lana yang tidak pernah naik motor, dia memilih menyandarkan kepalanya pada punggung Noah untuk menghilangkan rasa ketakutannya.

"Tolong, jangan mengebut, aku takut, apalagi udaranya sangat dingin. Memang di kota Pure Line, jika pagi hari udaranya agak dingin, tapi juga menyejukkan.

Noah menghentikan kembali motornya di tepi jalan. Lana mengangkat kepalanya dari punggung Noah, dan dia tampak bingung. Ini kan belum sampai di sekolahnya?

Lana tampak heran, pria ini mau apa sama dia? Kenapa dia menghentikan motornya di pinggir jalan, dan jarak sekolahnya juga masih lumayan.

"Ada apa?"

Noah tidak menjawab, dia melepaskan jaketnya dan memberikan pada gadis yang duduk di belakangnya. "Cepat pakai!" seru Noah.

"Aku tidak mau memakai jaket kamu!" Lana mengembalikan jaketnya lagi.

"Kamu bilang dingin, jadi pakai jaketku, aku tidak mau kalau tiba-tiba kamu sakit apalagi sampai muntah di motorku."

"Aku tidak akan muntah. Kamu bawa saja jaket kamu."

Noah turun dari motornya, dan malah menatapnya dengan mengerutkan alisnya. Noah tidak berkata apa-apa, dia malah memakaikan jaketnya pada Lana.

"Kamu mau apa?" Lana berusaha berontak, tapi kekuatan Lana yang imut-imut tentu saja kalah sama Noah. Jaket itupun sudah terpasang dengan sempurna.

"Jangan cemberut begitu, cantik kamu hilang." Noah tersenyum miring dan kemudian dia kembali naik ke atas motornya. Noah kembali memacu motornya pergi dari sana.

Lana pun kembali menyandarkan kepalanya pada punggung Noah, ada rasa nyaman dia rasakan. Ini adalah hal pertama yang dia rasakan.

Tidak lama, mereka sampai di depan sekolah Lana. Lana tidak sadar, dia masih erat memeluk Noah. "Hei! Apa kamu tidak mau masuk sekolah?" Noah menggerakkan bahunya yang membuat Lana membuka matanya.

"Sudah sampai?" Lana gelagapan dan langsung turun dari motor.

"Terima kasih." Lana dengan cepat berlari masuk ke dalam gedung sekolahnya karena dia mendengar suara bel masuk.

"Hei! Jaketku!" Lana lupa mengembalikkan jaketnya. Akhirnya Noah hanya bisa menghela napasnya pelan.

"Oh God! Aku lupa dengan apa yang akan aku lakukan!" Noah segera pergi dari sana, dia memacu cepat motornya.

Di dalam kelas, Lana sudah berada di bangkunya. Di sana satu bangku diisi oleh satu murid. "Lana, jaket siapa yang kamu pakai? Itukan jaket cowok," bisik salah satu teman Lana yang duduk tepat di belakang bangku Lana.

"Aku tidak tau, ceritanya panjang, nanti aku ceritakan sesudah ulangan selesai," Lana juga membalas menoleh ke belakang dengan berbisik.

Ujian di mulai, mereka semua mengerjakan dengan sangat fokus, terutama Lana. Lana tidak ingin mendapat nilai yang buruk nantinya. Kedua orang tuanya menginginkan dia tetap mempertahankan juara kelasnya.

Beberapa jam kemudian, tugas selesai dan mereka mengumpulkan semua kertas ujian. Lana dan teman-temannya boleh beristirahat sejenak untuk mengikuti ujian yang ke dua.

"Lana, ceritakan tentang si pemilik jaket itu? Apa dia tampan?" Sahabat Lana itu menggeser kursinya duduk mendekat ke arah Lana.

"Dia tampan, dan sangat keren. Apalagi saat dia duduk di motornya, hanya saja dia sedikit menyebalkan."

"Siapa namanya!"

Lana berpikir sejenak. "Siapa, Ya? Aku lupa namanya."

Sahabat Lana itu langsung memutar bola matanya jengah. "Kamu selalu begitu. Ya sudah! Ceritakan saja bagaimana kamu bisa bertemu dengannya? Dan jaketnya bisa ada sama kamu?"

"Tadi waktu berangkat sekolah, di tengah jalan ban mobil aku tiba-tiba pecah, dan tiba-tiba juga dia datang menawarkan dirinya untuk mengantarkan aku ke sekolah."

"Kamu langsung mau begitu saja? Kamu tidak takut dia akan berbuat sesuatu sama kamu?" Lana menggeleng cepat. "Huft! Kamu itu kan terlalu polos, Lana, jadi cepat saja percaya begitu saja."

"Yang aku pikirkan hanya secepatnya sampai di sekolah dan tidak tertinggal ujian, yang lebih aku takutkan adalah kemarahan orang tuaku."

"Coba aku lihat sini, dia dalam jaketnya ada apa saja? Siapa tau kita bisa menemukan barang berharga miliknya. Aku juga ingin tau merek jaketnya, apa dia cowok kaya atau biasa saja?" Sahabat Lana ini memang cewek yang blak-blakan dan suka bertindak seenaknya, tapi selama ini dia sangat baik pada Lana.

"Jangan! Ini punya orang, nanti kalau aku ketemu dia lagi, aku akan kembalikan sama dia." Lana berusahan menahan sahabatnya itu, tapi sudah terlambat. Sahabatnya itu sudah merogok saku jaket itu dan menemukan sesuatu di dalamnya.

"Rokok, uang, dan---." Mata gadis itu membelalak lebar. Lana yang melihat benda yang baginya asing itu juga memperhatikan apa yang sedang di pegang oleh sahabatnya.

"Ini apa, Ya? Bentuknya aku tidak pernah melihatnya?" Lana tampak bingung dengan benda berwarna putih dan bungkus merah berbentuk bulat, dan ada di dalam plastik tebal, serta di lapisi seperti cairan.

"Kamu serius tidak tau benda ini, Lana?"

Lana langsung menggelengkan kepalanya pelan melihat heran pada sahabatnya. Sahabatnya itu malah tersenyum sambil menggigit bibir bagian bawahnya.

"Memangnya itu apa?"

"Ini pernah ada di pelajaran sains. Ini yang biasa di gunakan oleh seorang cowok jika ingin bercinta dengan pasangannya, supaya pasangannya itu tidak sampai hamil," jelas sahabat Lana. "Tapi sebenarnya, jika menggunakan ini rasanya tidak enak, lebih enak langsung, sensasinya luar biasa." Muka sahabat Lana itu tampak bersemangat membayangkan sesuatu. Lana yang melihatnya agak aneh, Lana ini memang sangat polos.

“Kamu kenapa bisa mengetahuinya secara detail? Oh God! Apa kamu pernah merasakannya?!" Kedua mata Lana membulat lebar.

"Sshh ...." Mulut Lana langsung di bungkam dengan cepat. "Kamu jangan berseru seperti itu, nanti kalau lainnya mendengar bagaimana?" ucapnya pelan.

"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status