"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.
Muka gadis di samping Lana itu bersemu merah. "Menurut kamu? Lana, hal itu wajar di lakukan, dan suatu saat kamu harus mencobanya. Lagipula kita sudah dewasa. Apa kamu mau terkekang terus hidup kamu dengan segala aturan kedua orang tua kamu?"
Sahabat Lana ini sebenarnya gadis yang baik, hanya saja dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sahabat Lana ini tinggal dengan mami yang tidak pernah mengurusinya, hanya memberinya kemewahan tanpa kasih sayang. Papinya pun sama, tidak pernah memperdulikannya, karena sudah memiliki keluarga baru.
"Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sini!" Lana mencoba mengambil alat pengaman itu."
"Eh! Kenapa kamu bawa lagi? Aku akan menyimpannya dan nanti malam aku mau menggunakannya dengan kekasih baruku di rumah. Kebetulan mamiku sedang pergi, jadi aku bebas melakukan apapun." Gadis itu tersenyum pada Lana.
"Oh my God! Kamu bisa membelinya sendiri, sini kembalikan!" Lana berusaha merebutnya, tapi malah di bawah lari oleh sahabatnya, mau tidak mau Lana harus mengejarnya. Sahabat Lana itu berusaha ingin mengoda Lana. "Kembalikan, rambut keriting! Kamu jangan main-main."
"Jangan memanggilku nama itu, Lana! Aku tidak akan mengembalikannya, kejar kalau bisa," ejeknya. Gadis itu berlarian dengan Lana mengejarnya di belakang. Anak- anak lainnya yang melihat hanya menggeleng-gelengkan. Mereka ada yang tau apa yang dibawa oleh si rambut keriting sahabat Lana itu, tapi mereka seolah tidak peduli, mungkin bagi mereka benda itu tidak asing lagi.
"Anak-anak--."
Bruk ...
Tiba-tiba tubuh gadis yang diejek Lana berambut keriting itu menabrak seseorang, saat dia mendongakkan wajahnya--.
"Miss Emma!" seru Lana terkejut melihat siapa yang ditabrak oleh sahabatnya.
Kedua mata wanita cantik yang tak lain adalah guru mereka, terkejut melihat benda yang jatuh dari tangan muridnya itu.
"Apa ini?" Guru itu mengambilnya. Seketika kedua matanya membulat marah. Lana segera mendekat dan membantu sahabatnya berdiri.
Lana, dan sahabatnya tampak ketakutan. Semua murid yang ada di sana melihat ke arah di mana Lana berdiri dengan sahabatnya dengan wajah ketakutan, beberapa dari mereka sambil berbisik sesuatu.
“Miss Emma, saya bisa jelaskan semua ini.”
“Ini apa?! Kalian kenapa bisa membawa benda seperti ini ke sekolah?” Kedua mata Miss Emma menatap tajam pada Lana dan sahabatnya. “Kalian tau, kan? Ini benda apa? Dan tidak sepantasnya kalian membawa benda ini ke sekolah. Sekarang jelaskan sama saya, siapa pemilik benda ini?”
“Maaf, Miss Emma. Sebenarnya benda itu dibawa oleh Lana, tapi--.”
“Apa?! Lana?” Seketika wanita cantik itu menatap tidak percaya pada Lana. “Lana! Kamu sekarang ikut saya ke ruang guru, kamu harus menjelaskan tentang benda ini.” Tangan wanita itu seketika menarik tangan Lana dan membawanya keluar kelas. Sahabat Lana yang berdiri di sana tampak bingung. Dia menggigiti kuku jari telunjuknya.
“Bagaimana ini?” Akhirnya sahabatnya itu memutuskan untuk menyusul Lana ke ruang guru.
Lana duduk di hadapan Miss Emma di ruang guru. Lana tampak sangat takut, jari-jemarinya saling ditautkan di bawah meja. “Lana, saya sangat tidak percaya jika kamu memiliki benda ini, kenapa kamu bisa menyimpan benda seperti ini? Apa memang kamu dan kekasih kamu sudah sering berbuat sesuatu di luar batas?” tanya wanita cantik itu dengan suara tegas.
“Miss Emma, saya minta maaf, tapi benda itu bukan milik saya, sebenarnya saya mau jelaskan semua ini.”
“Jelaskan apalagi? Saya benaran tidak menyangka sama kamu, kamu murid yang terkenal pandai dan tidak pernah mendapat masalah ataupun membuat masalah, tapi ini? Kamu benar-benar membuat saya kecewa. Sebaiknya, saya akan menghubungi kedua orang tua kamu.”
Miss Emma mencoba menghubungi kedua orang tua Lana. Lana sekarang benar-benar tampak takut, dia mencoba menjelaskan, tapi sepertinya guru ini, tampak tidak mau mendengarkan. Orang tua Lana tampak terkejut mendapat panggilan dari sekolah, mereka segera berangkat ke sekolah Lana.
Saat mereka sudah datang, mama Lana melihat ada sahabat Lana di depan pintu ruang guru, gadis cantik itu berusaha tersenyum pada mama Lana, tapi tidak dengan mama Lana, wanita cantik itu malah menatap dengan pandangan tidak suka. Kedua orang tua Lana langsung memasuki ruang guru. “Lana, ada apa ini?” tanyanya dengan muka kaget.
“Kalian bisa duduk dulu, saya akan menjelaskan kenapa Lana bisa saya panggil ke sini.” Kedua orang tua Lana duduk di samping Lana. Miss Emma menjelaskan kenapa Lana sampai bisa dipanggil ke ruang guru, tentu saja hal ini benar-benar membuat mereka shock, setahu mereka putrinya adalah anak yang baik.
“Apa?! Apa Anda yakin dengan tuduhan Anda kepada anak saya Lana? Lana tidak mungkin membawa benda seperti itu? Itu pasti punya teman Lana, dan dia yang ingin menjebak Lana,” ujar mama Lana marah.
“Saya tidak akan main tuduh. Lana katakan?”
“Sebenarnya itu memang saya yang membawa, tapi--.”
“Lana! Apa kamu sudah gila? Kamu kenapa melakukan hal seburuk itu?” Papi Lana sangat marah, terlihat kedua rahangnya mengeras.
Tiba-tiba sahabat Lana menyelonong masuk, dia tidak bisa melihat sahabatnya itu seolah di pojokkan dengan hal yang sebenarnya hanya salah paham. “Maaf, Miss Emma. Itu sebenarnya bukan milik Lana, tapi memang Lana yang membawa, Lana bertemu seseorang di jalan, karena mobilnya mogok dan cowok itu memberikan tumpangan pada Lana, cowok itu juga memberikan jaketnya pada Lana, untuk dipakai, dan Lana tidak tau jika di dalam jaketnya ada benda seperti itu.”
“Lana, apa itu benar?”
“Iya, Miss Emma. Kalau kalian tidak percaya, Mama dan Papi boleh bertanya pada supir pribadi keluarga. Waktu itu aku lupa tidak mengembalikan jaketnya karena jam masuk sudah berbunyi.
“Kamu ceroboh sekali, Lana! Kenapa tidak menghubungi papi? Papi bisa mengirimkan kamu mobil untuk mengantar kamu ke sekolah?”
“Jamnya sudah tidak mungkin, Pi. Aku terpaksa menerima tawaran cowok itu, aku takut terlambat berangkat ke sekolah dan terlambat mengikuti ujian.”
Akhirnya mereka mengambil keputusan terakhir, yaitu, memperbolehkan Lana mengikuti ulangan selanjutnya, dan kali ini Lana ditunggui oleh mamanya sampai selesai menyelesaikan ujiaannya.
“Lana, mama tidak mau kamu berteman lagi dengan teman kamu itu, mama tau, dia bukan gadis baik-baik, jadi mama harap kamu menjauh darinya!” Lana hanya terdiam, kemudian mengikuti mamanya berjalan keluar dari kelasnya. Lana sudah menyelesaikan ujiannya.
Di luar, mamanya yang sudah masuk ke dalam mobil mereka, sedangkan Lana sedang ribet dengan jaket pria itu yang mau dia masukkan ke dalam tasnya. Lana berharap bisa bertemu cowok itu dan bisa segera mengembalikan jaketnya.
“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya.
“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya.“Itukan cowok menyebalkan itu,” ucapnya kesal. Lana membuka pintu belakang dan memberitahu mamanya jika dia ingin mengembalikan jaket kepada cowok pemilik jaket itu.Mama Lana menoleh ke arah jendela belakang dan benar, beliau melihat seorang cowok dengan penampilan yang tidak rapi sedang bersandar di atas motornya.“Sebentar ya, Ma?” Wanita cantik di dalam mobil itu mengangguk, Lana berjalan mendekat ke arah Noah. “Ini jaket milik kamu, dan aku sudah tidak membutuhkannya lagi.” Lana memberikan jaket itu dengan sedikit kasar dan kesal. Bukan karena suatu hal Lana melakukan hal itu, itu karena Lana teringat dengan benda yang dibawa oleh Noah. Lana menganggap jika Noah bukanlah cowok baik-baik, kalau dia baik-baik dia tidak akan menyimpan benda seperti itu.“Hei! Apa kamu ti
Mama mereka menyuruh Lana dan Leon duduk di depannya. Lana terdiam duduk di tempatnya, Lana agak takut jika nanti apa yang di ucapkan Leon akan membuat mamanya marah. “Kalian mau bicara apa?” Tatapnya tajam. “Ma, apa boleh aku mengajak Lana pergi ke acara pesta ulang tahun temanku besok malam?” “Pesta? Memangnya teman kamu ada yang berulang tahun?” “Ada, Ma, dan aku ingin mengajak Lana. Kasihan Lana, lagian dia, kan, sudah selesai ujian sekolahnya, dan liburan yang Mama dan Papi janjikan juga tidak tau kapan akan terlaksana?” Leon memutar bola matanya jengah. “Sudahlah, Leon! Aku juga tidak apa di rumah saja, aku bisa membaca buku seperti biasanya?” Lana tidak mau sampai Leon mendapat masalah nantinya. “Membaca buku terus, apa yang menyenangkan dengan membaca buku? Lagian kamu itu sudah dewasa, Lana, dan sudah saatnya merasakan bersenang-senang sedikit. Boleh, ya, Ma?” tanyanya lagi. “Kamu tumben sekali mau mengajak Lana? Memangn
Noah berjalan masuk ke gedung itu, sebelahnya Daniel sedang mengamati setiap sudut bangunan itu."Noah, untuk apa kita kemari? Tempat ini lebih mirip rumah sakit tua, tapi menyeramkan sekali.""Ini memang rumah sakit yang di bangun untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan.""Apa?!" Kedua mata Daniel membulat sempurna."Kamu mau apa ke sini?""Aku mau menemui seseorang.Tidak lama dari arah berlawanan datang seorang laki-laki paruh baya dengan baju putih dan ada taq name sebelah kirinya."Halo, Dok.""Noah, kamu ke sini lagi? Lalu ini siapa?" Dokter itu melihat ke arah Daniel."Aku Daniel, sahabat Noah. Anda dokter?" tanya Daniel."Saya dokter Steve, saya dokter yang merawat kakak Noah." Dokter itu menjabat tangan Daniel, dan Daniel membalasnya."Noah memangnya kakak kamu sakit apa? Bukannya kamu bilang dulu kalau kakak kamu bersama dengan ayah kamu? Lalu kenapa sekarang kakak kamu ada di rumah sakit ini?"
Noah menatap tidak suka pada supir Lana. Dia malah dengan muka marahnya mendorong tubuh supir itu."Jangan ikut campur! Aku cuma ingin bicara dengan nona kamu.""Tapi kamu orang asing dan aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Nona Lana." Supir itu sebenarnya takut, tapi dia harus melindungi majikannya sesuai dengan yang di pesankan oleh mamanya Lana."Aku hanya ingin bicara!" Noah mulai memperlihatkan sifat kasarnya. Dia mencengkeram kra baju supir Lana."Berhenti! Lepaskan supirku." Lana mencoba melepaskan tangan Noah. "Pak, aku tidak apa-apa, aku akan bicara sebentar dengan cowok ini." Lana berjalan agak jauh dari mobilnya, Noah malah memberi seringai pada supir Lana."Kamu mau bicara apa lagi? Bukannya jaket kamu sudah aku kembalikan?" Bentak Lana kasar pada Noah yang sudah berdiri di depannya."Bukan masalah jaket itu, tapi kamu masalahnya.""Aku?" Lana tampak bingung, kenapa Noah malah menyebut Lana yang menjadi masalahnya.
Lana menyuruh adiknya keluar dari kamarnya setelah memberikan Leon uang yang dia inginkan dari tabungannya. Lana benar-benar kesal dan tidak menyangka dia akan kehilangan buku yang menjadi buku kesayangannya."Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa aku bisa sampai bertemu dan berurusan dengan dia." Lana menutup kepalanya dengan bantal.Di tempatnya, Noah sedang berbaring di atas ranjangnya, dan tangannya menengadah ke atas sedang membaca buku yang tadi dia ambil dari Lana. "Gadis ini bacaannya sangat membosankan, kenapa dia malah membaca buku tentang kisah sedih begini? Dia harusnya membaca tentang bagaimana cara seorang gadis bercinta dan mengenal tentang sex di usianya yang sekarang." Noah tertawa dengan puasnya."Kamu baca apa, Noah?" Dan yang tiba-tiba datang dan mengambil buku milik Lana dari tangan Noah. "Andai Aku Bisa Terbang." Daniel membaca judul buku yang di bawa Noah. "Kenapa kamu membaca buku seperti ini? Tumben juga kamu membaca buku? Kamu
Daniel dan Noah menikmati pesta itu, walaupu mereka tidak ada yang kenal. Daniel berjelajah ke setiap ruangan mencari gadis-gadis yang mau dia ajak kenalan. Salah satu gadis yang ada di sana dari tadi memperhatikan Noah. Dia sepertinya tertarik pada Noah. "Jill, pria itu siapa? Apa dia teman kakak kamu?" tanya seorang gadis dengan rok mininya dan minuman di tangannya bertanya pada Jill adik dari Chris. "Aku tidak kenal dia, aku saja baru melihatnya, tapi dia terlihat sangat tampan. Bagaimana jika kita berkenalan dengan dia?" tanya gadis yang berulang tahun itu. Gayung pun bersambut. Belum dua gadis itu menemui Noah. Noah sudah berjalan ke arah mereka berdua. "Hai, selamat ulang tahun ya buat kamu." Noah mengangkat gelas minumannya. Sontak kedua gadis itu tersenyum bahagia pada Noah. "Hai, terima kasih. Apa kami boleh tau siapa nama kamu? Apa kamu salah satu teman dari kakak aku?" Noah tampak bingung, dia saja tidak kenal siapa kakak gadi
Brak ...Terdengar suara pintu di dobrak dari luar. Dan samar, Lana melihat pria yang bernama Chris yang ada di atasnya tadi ditarik dengan keras dan Lana tidak tau apalagi yang terjadi. Lana masih terdiam di tempatnya, tenaga Lana sudah terkuras, dia lemas."Berengsek! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti ini terhadap seoranggadis lugu dan polos seperti dia. Kalau kamu mau terpenuhi hasrat kamu itu carilah gadis yang dengan senang hati kamu ajak bercinta."Chris tidak menjawab, dia sudah jatuh tersungkur di bawah lantai. Cowok yang menolong Lana ternyata Noah. Dia mendekat ke arah Lana yang masih terbaring diam dengan air mata yang sudah bercucuran."Hai! Kamu tidak apa-apa, Kan?" Wajah Noah berada tepat di atas wajah Lana. Lana tidak menjawab, dia hanya bisa sesenggukan.Noah melihat bagian bawah Lana, dan Noah menaikkan kembali celana dalam Lana yang tadi sempat di turunkan oleh Chris."Ka-kamu mau apa?" Lana akhirnya membuka mulutnya.
Motor Noah tepat di samping rumah Lana. Dia berpikir bagaimana cara menemui Lana di kamarnya. "Kamu tau kamar gadis itu, Noah? Rumahnya besar sekali, dan kamarnya juga ada banyak." Daniel memegangi kepalanya. Noah sedang berpikir bagaimana dia mengetahui di mana kamar Lana. Apalagi di depan ada penjaga juga. "Daniel, apa kamu bisa membuat penjaga itu sibuk? Aku akan coba mencari di mana kamar Lana berada." "Hah? Kamu gila?" Daniel melihat Noah dengan tidak percaya. "Ayolah! Kamu kan sahabat aku yang sangat cerdas, kamu pasti punya cara untuk mengalihkan penjaga itu" "Kamu itu, selalu saja yang tidak enak kamu suruh aku yang melakukannya." Daniel berjalan mendekat ke arah penjaga. Daniel berpura-pura tersesat dan mencari alamat, dia bertanya ke penjaga rumah Lana. "Maaf, saya tidak tau alamat yang kamu maksud." "Aduh saya harus cari ke mana lagi? Perut saya lapar lagi, sudah seharian ini saya belum makan, karena mencari alamat i