Share

Bab 5 ( Penyebab Masalah )

"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.

Muka gadis di samping Lana itu bersemu merah. "Menurut kamu? Lana, hal itu wajar di lakukan, dan suatu saat kamu harus mencobanya. Lagipula kita sudah dewasa. Apa kamu mau terkekang terus hidup kamu dengan segala aturan kedua orang tua kamu?"

Sahabat Lana ini sebenarnya gadis yang baik, hanya saja dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sahabat Lana ini tinggal dengan mami yang tidak pernah mengurusinya, hanya memberinya kemewahan tanpa kasih sayang. Papinya pun sama, tidak pernah memperdulikannya, karena sudah memiliki keluarga baru.

"Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sini!" Lana mencoba mengambil alat pengaman itu."

"Eh! Kenapa kamu bawa lagi? Aku akan menyimpannya dan nanti malam aku mau menggunakannya dengan kekasih baruku di rumah. Kebetulan mamiku sedang pergi, jadi aku bebas melakukan apapun." Gadis itu tersenyum pada Lana.

"Oh my God! Kamu bisa membelinya sendiri, sini kembalikan!" Lana berusaha merebutnya, tapi malah di bawah lari oleh sahabatnya, mau tidak mau Lana harus mengejarnya. Sahabat Lana itu berusaha ingin mengoda Lana. "Kembalikan, rambut keriting! Kamu jangan main-main."

"Jangan memanggilku nama itu, Lana! Aku tidak akan mengembalikannya, kejar kalau bisa," ejeknya. Gadis itu berlarian dengan Lana mengejarnya di belakang. Anak- anak lainnya yang melihat hanya menggeleng-gelengkan. Mereka ada yang tau apa yang dibawa oleh si rambut keriting sahabat Lana itu, tapi mereka seolah tidak peduli, mungkin bagi mereka benda itu tidak asing lagi. 

"Anak-anak--."

Bruk ...

Tiba-tiba tubuh gadis yang diejek Lana berambut keriting itu menabrak seseorang, saat dia mendongakkan wajahnya--.

"Miss Emma!" seru Lana terkejut melihat siapa yang ditabrak oleh sahabatnya.

Kedua mata wanita cantik yang tak lain adalah guru mereka, terkejut melihat benda yang jatuh dari tangan muridnya itu.

"Apa ini?" Guru itu mengambilnya. Seketika kedua matanya membulat marah. Lana segera mendekat dan membantu sahabatnya berdiri.

Lana, dan sahabatnya tampak ketakutan. Semua murid yang ada di sana melihat ke arah di mana Lana berdiri dengan sahabatnya dengan wajah ketakutan, beberapa dari mereka sambil berbisik sesuatu.

“Miss Emma, saya bisa jelaskan semua ini.”

“Ini apa?! Kalian kenapa bisa membawa benda seperti ini ke sekolah?” Kedua mata Miss Emma menatap tajam pada Lana dan sahabatnya. “Kalian tau, kan? Ini benda apa? Dan tidak sepantasnya kalian membawa benda ini ke sekolah. Sekarang jelaskan sama saya, siapa pemilik benda ini?”

“Maaf, Miss Emma. Sebenarnya benda itu dibawa oleh Lana, tapi--.”

“Apa?! Lana?” Seketika wanita cantik itu menatap tidak percaya pada Lana. “Lana! Kamu sekarang ikut saya ke ruang guru, kamu harus menjelaskan tentang benda ini.” Tangan wanita itu seketika menarik tangan Lana dan membawanya keluar kelas. Sahabat Lana yang berdiri di sana tampak bingung. Dia menggigiti kuku jari telunjuknya.

“Bagaimana ini?” Akhirnya sahabatnya itu memutuskan untuk menyusul Lana ke ruang guru.

Lana duduk di hadapan Miss Emma di ruang guru. Lana tampak sangat takut, jari-jemarinya saling ditautkan di bawah meja.  “Lana, saya sangat tidak percaya jika kamu memiliki benda ini, kenapa kamu bisa menyimpan benda seperti ini? Apa memang kamu dan kekasih kamu sudah sering berbuat sesuatu di luar batas?” tanya wanita cantik itu dengan suara tegas.

“Miss Emma, saya minta maaf, tapi benda itu bukan milik saya, sebenarnya saya mau jelaskan semua ini.”

“Jelaskan apalagi? Saya benaran tidak menyangka sama kamu, kamu murid yang terkenal pandai dan tidak pernah mendapat masalah ataupun membuat masalah, tapi ini? Kamu benar-benar membuat saya kecewa. Sebaiknya, saya akan menghubungi kedua orang tua kamu.”

Miss Emma mencoba menghubungi kedua orang tua Lana. Lana sekarang benar-benar tampak takut, dia mencoba menjelaskan, tapi sepertinya guru ini, tampak tidak mau mendengarkan. Orang tua Lana tampak terkejut mendapat panggilan dari sekolah, mereka segera berangkat ke sekolah Lana.

Saat mereka sudah datang, mama Lana melihat ada sahabat Lana di depan pintu ruang guru, gadis cantik itu berusaha tersenyum pada mama Lana, tapi tidak dengan mama Lana, wanita cantik itu malah menatap dengan pandangan tidak suka. Kedua orang tua Lana langsung memasuki ruang guru. “Lana, ada apa ini?” tanyanya dengan muka kaget.

“Kalian bisa duduk dulu, saya akan menjelaskan kenapa Lana bisa saya panggil ke sini.” Kedua orang tua Lana duduk di samping Lana. Miss Emma menjelaskan kenapa Lana sampai bisa dipanggil ke ruang guru, tentu saja hal ini benar-benar membuat mereka shock, setahu mereka putrinya adalah anak yang baik.

“Apa?! Apa Anda yakin dengan tuduhan Anda kepada anak saya Lana? Lana tidak mungkin membawa benda seperti itu? Itu pasti punya teman Lana, dan dia yang ingin menjebak Lana,” ujar mama Lana marah.

“Saya tidak akan main tuduh. Lana katakan?”

“Sebenarnya itu memang saya yang membawa, tapi--.”

“Lana! Apa kamu sudah gila? Kamu kenapa melakukan hal seburuk itu?” Papi Lana sangat marah, terlihat kedua rahangnya mengeras.

Tiba-tiba sahabat Lana menyelonong masuk, dia tidak bisa melihat sahabatnya itu seolah di pojokkan dengan hal yang sebenarnya hanya salah paham. “Maaf, Miss Emma. Itu sebenarnya bukan milik Lana, tapi memang Lana yang membawa, Lana bertemu seseorang di jalan, karena mobilnya mogok dan cowok itu  memberikan tumpangan pada Lana, cowok itu juga memberikan jaketnya pada Lana, untuk dipakai, dan  Lana tidak tau jika di dalam jaketnya ada benda seperti itu.”

“Lana, apa itu benar?”

“Iya, Miss Emma. Kalau kalian tidak percaya, Mama dan Papi boleh bertanya pada supir pribadi keluarga. Waktu itu aku lupa tidak mengembalikan jaketnya karena jam masuk sudah berbunyi.

“Kamu ceroboh sekali, Lana! Kenapa tidak menghubungi papi? Papi bisa mengirimkan kamu mobil untuk mengantar kamu ke sekolah?”

“Jamnya sudah tidak mungkin, Pi. Aku terpaksa menerima tawaran cowok itu, aku takut terlambat berangkat ke sekolah dan terlambat mengikuti ujian.”

Akhirnya mereka mengambil keputusan terakhir, yaitu, memperbolehkan Lana mengikuti ulangan selanjutnya, dan kali ini Lana ditunggui oleh mamanya sampai selesai menyelesaikan ujiaannya.

“Lana, mama tidak mau kamu berteman lagi dengan teman kamu itu, mama tau, dia bukan gadis baik-baik, jadi mama harap kamu menjauh darinya!” Lana hanya terdiam, kemudian mengikuti mamanya berjalan keluar dari kelasnya. Lana sudah menyelesaikan ujiannya.

Di luar, mamanya yang sudah masuk ke dalam mobil mereka, sedangkan Lana sedang ribet dengan jaket pria itu yang mau dia masukkan ke dalam tasnya. Lana berharap bisa bertemu cowok itu dan bisa segera mengembalikan jaketnya.

“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status