Share

You Are Mine, Maria
You Are Mine, Maria
Penulis: Sinokmput

1. Prolog

Seorang lelaki duduk dengan tangan menopang kepala. Dia menatap jengah pada lelaki yang duduk bersimpuh di lantai di hadapannya saat ini. Suasana begitu hening, ada dua orang lainnya di ruangan ini, tetapi jika tidak diberi kesempatan berbicara oleh lelaki yang berkuasa itu, mereka tidak berani membuka mulut.

"Dengan cara apa aku membunuhmu?" sindir lelaki penguasa itu bertanya tentang kematian, seolah dialah dewa yang menentukan takdir.

"Tolong ampuni saya, Tuan, saya berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi." Petra, lelaki yang duduk bersimpuh di lantai itu tampak memelas dengan penuh permohonan. Berkali-kali dia bersujud pada lantai yang terasa dingin, membenturkan kepalanya berkali-kali dan mengabaikan rasa sakit.

Lelaki penguasa itu tersenyum sinis, menatap Petra penuh ejekan sambil menaikkan salah satu alisnya. Dia merasa seperti melihat lelucon.

Embusan napas panjang terdengar dari bibir lelaki penguasa tersebut, dengan malas dia mulai berucap, "Sekali khianat, suatu saat pasti akan berkhianat lagi."

"Saya berjanji, Tuan, saya tidak akan melakukannya lagi. Saya akan memberikan jaminan untuk Anda." Petra merangsek maju, mendongak penuh permohonan dengan kedua tangan saling menangkup. Tubuhnya bergetar dengan rasa gugup bercampur ketakutan pada sosok tirani di depannya. Keringat dingin menetes dari sela-sela rambut. Dinginnya AC bahkan tidak mampu mendinginkan dirinya.

"Cih, barang apa yang kau tawarkan sampai berani menjaminkannya padaku? Bahkan semua hartamu tidak sebanding dengan kerugian yang kudapat!" cibir lelaki penguasa itu meremehkan.

"Bukan barang, Tuan, tapi … tapi seorang wanita," balas Petra gugup sambil menggigit bibir.

"Wanita? Kau mengejekku? Aku bahkan bisa mendapatkannya detik ini juga. Jangan mempermainkanku!" hardiknya kesal dan mulai bosan pada Petra.

Lelaki penguasa itu mulai memundurkan kursi kerjanya agar bisa membuka laci di bawah meja. Dia mengambil sebuah kotak dari kayu dan ketika dibuka isinya adalah pistol. Lelaki itu mengecek isi pelurunya, sebelum mengarahkannya pada Petra dengan tatapan yang begitu tajam. Dia bertindak seolah-olah siap untuk membunuh, tanpa takut risiko yang terjadi kedepannya.

"Wanita yang masih tersegel," sahut Petra cepat dengan sekali tarikan napas. Tubuhnya menegang saat menyadari jika nyawanya sedang terancam sekarang. "Seorang gadis, Tuan … gadis!" imbuhnya lagi menekankan ucapannya agar menarik perhatian lelaki penguasa tersebut.

"Gadis? Cukup mustahil di jaman sekarang menemukan yang seperti itu," cibir lelaki penguasa itu terlihat tidak percaya, dia menatap Petra dengan dahi berkerut dalam.

"Saya tidak mungkin berbohong pada Anda, Tuan. Saya bisa menjamin memberikan wanita yang masih gadis pada Anda. Jika ucapanku adalah dusta, Anda boleh menembak mati saya." Petra mengucapkan kalimat itu dengan tergesa, memelas penuh permohonan agar jaminan yang dia tawarkan diterima. Mau bagaimanapun, jika lelaki penguasa itu menolak, dia bisa kehilangan nyawanya saat ini juga.

Cukup lama ruangan menjadi hening, lelaki penguasa itu terlihat diam dengan sesekali menggerakkan tubuhnya pada kursi kerjanya yang bisa diputar. Sebelah tangannya bersedekap, sedangkan tangannya yang lain masih memegangi pistol untuk menopang dagunya.

Embusan napas kasar terdengar dari bibirnya sebelum dia berkata malas, "Hem ... baiklah. Kau beruntung karena aku memberikanmu kesempatan kedua. Besok, kau harus bawa wanita itu datang ke rumahku. Tapi sebelum itu …."

Lelaki penguasa itu menoleh ke belakang, untuk melihat asistennya sebentar. Dia kembali menatap Petra saat melanjutkan," Aku butuh surat perjanjian, agar kau tak berani mengkhianatiku lagi."

Seolah paham dengan yang diminta, asisten lelaki penguasa yang bernama Kenzo itu segera mengambil laptop yang ada di dekatnya. Dia memutuskan duduk di sofa sambil menatap bosnya, seolah siap untuk mendengarkan kalimat yang akan diketiknya nanti.

Melihat asistennya telah siap, lelaki penguasa itu mulai berkata, "Isi dalam surat perjanjian itu, Petra siap mati jika dia berani berbohong dan menghianatiku lagi. Seluruh keluarganya juga akan terkena dampak dan akan menjadi budak pekerja untukku tanpa bayaran. Petra juga tak akan ikut campur lagi dengan wanita yang akan dijaminkan padaku nantinya."

Dia terdiam beberapa saat dengan mata terpejam. Seolah berpikir hal apalagi yang bisa dituliskan untuk menekan Petra. Namun, tiba-tiba wajahnya berkerut kesal, saat tak menemukan apa pun dalam pikirannya. Akhirnya dia kembali melanjutkan, "Sudah, itu saja dulu. Aku sedang malas berpikir."

Kenzo—sang asisten—mengangguk, menyelesaikan tulisan tersebut lalu keluar dari ruang kerja bosnya. Tidak sampai lama dia kembali lagi membawa sebuah map yang berisi surat perjanjian tadi, lalu menyerahkan barang tersebut pada bosnya.

Lelaki penguasa itu melihat berkas map di depannya dengan wajah yang datar. Tangannya segera meraih bolpoin, membubuhkan tanda tangannya dengan cepat. Setelahnya, dia sedikit membanting berkas tersebut sambil melirik Petra dengan mata yang memicing.

Petra yang mengerti kode itu langsung berdiri menghampiri meja. Tangannya terlihat bergetar saat menandatangani kertas perjanjian tersebut. Sesekali dia melirik lelaki tirani di depannya dengan takut. "Sudah, Tuan," ucapnya begitu dia telah selesai.

Lelaki penguasa itu tersenyum sinis ke arah Petra, mengambil berkas map tersebut lalu menyerahkannya pada Kenzo. Dia mulai menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja, sambil menyatukan kedua jarinya dan menatap tajam ke arah Petra.

"Pergilah … segera kirimkan hadiahmu ke rumah. Jangan sampai kau mengulangi hal ini lagi," ucapnya begitu dingin, yang membuat Petra mengangguk lalu berpamitan dan langsung keluar dari ruangannya.

Dia menghembuskan napas kasar, tatapannya tajam terasa malas saat melihat kepergian Petra. Seharusnya, kecoa seperti Petra harus langsung dibasmi saja tanpa ampun. Namun, mendengar tawaran Petra malah membuat dia goyah dan menjadi sangat penasaran.

"Kau lelah? Ingin pergi ke bar? Aku akan memesan wanita untukmu," ucap Kenzo tiba-tiba yang membuyarkan lamunan lelaki penguasa itu.

"Cih, kau selalu saja mengerti yang kupikirkan," sahut lelaki penguasa itu tersenyum sinis saat melirik Kenzo. Setelahnya dia langsung berdiri, melepaskan jasnya dan berjalan keluar dari ruangannya.

Dia benar-benar merasa lelah dan begitu jenuh saat ini. Dan hal yang paling ampuh untuk mengusir rasa tersebut adalah datang ke tempat hiburan untuk meminum alkohol dan melihat wanita penghibur menari di mejanya. Lelaki penguasa itu terkekeh pelan, saat otaknya memikirkan hal mesum yang membuat tubuhnya bergairah.

Kenzo menggeleng dan tertawa melihat itu, dia sudah sangat hafal apa yang diinginkan bosnya jika sedang bosan. Meskipun di kantor mereka adalah bos dan asisten, tetapi itu tidak berlaku di luar karena mereka adalah teman yang sudah mengenal lama.

Nama lelaki penguasa itu adalah Maxime Jaccob Ainsley, seorang CEO dari perusahaan yang cukup terkenal di negara ini. Beberapa anak cabang telah berdiri di setiap kota, membuat dia dijuluki pebisnis sukses di usianya yang menginjak matang.

Namun, bukan hanya usaha legal yang dijalaninya, usaha ilegal pun dia punya. Dia menjajaki dunia jual beli senjata api dan dunia malam yang menawarkan pelayanan bagi mereka yang suka dengan minuman dan para wanita.

Jake, begitulah panggilannya. Dia sangat suka bermain dengan wanita, setiap malam dirinya selalu bergonta-ganti wanita. Baginya, wanita semua sama saja. Hanya diberikan uang dan perhiasan, mereka akan takluk padanya.

Ayahnya, Rikard adalah seorang pengusaha yang sukses. Namun, Jake tidak menyukai ayahnya, dia menganggap ayahnya bodoh. Karena sampai Rikard sudah tua sekalipun, lelaki itu masih mengharapkan seorang wanita yang pernah mencampakkannya, dan wanita itu adalah istrinya sendiri.

Sifat Jake yang gemar bermain wanita dipicu oleh kebenciannya pada ibunya.

Dia sangat membenci ibunya yang dulu pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya, sampai sekarang pun belum ada kabar tentang ibunya itu. Membuat dia melampiaskan kebenciannya dengan bermain wanita.

Banyak wanita yang sudah dijelajahinya, tetapi tak satu pun dia pernah mendapatkan yang original. Karena itu, dia begitu tertarik saat Petra menawarkan wanita yang masih gadis tadi. Jake benar-benar tidak sabar menunggu hadiahnya datang besok.

Namun, untuk saat ini, biarlah dia bermain-main dulu dengan yang lainnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
moan tambunan
tulang bawang
goodnovel comment avatar
Leny Rismonika
Jake bagaimana kh rupamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status