Sudah satu minggu Maria tinggal di rumah Jake, setiap pagi dia selalu berkuliah, dan dilanjut dengan menjadi sekretaris Jake di kantor. Maria mulai terbiasa dengan kegiatannya itu. Dan sudah satu minggu setiap mereka bertemu hanya mengobrol secukupnya saja. Sampai saat ini pun Maria masih acuh kepada Jake, dia lebih diam dari biasanya yang suka membantah.
Pagi ini mereka sedang sarapan seperti biasa, Jake sudah sibuk dengan handphonenya dan Maria sibuk memakan roti sarapannya. Setelah selesai Maria hendak berdiri pergi dari ruang makan, tapi tertahan karena omongan Jake.
"Aku sudah cukup sabar menghadapimu selama ini. Kau kira dengan diamnya aku, kau bisa seenaknya saja?" ucap Jake tanpa mengalihkan pandangannya.
Maria kembali duduk, diam lagi tanpa menjawab. Hal itu membuat Jake bertambah kesal.
"Mulai malam nanti, kau harus siap melayaniku. Aku tidak menerima penolakan," ucap Jake, dia menggebrak meja dan meninggalkan Maria.
Maria, meskipun di luar di
Maria sangat cantik malam ini, riasan di wajahnya yang natural membuat Maria yang memang cantik terlihat tambah cantik. Gaun hitam panjang belahan sampai lutut, dengan bagian belakang yang terbuka. Rambutnya digelung ke atas, menampakkan punggung Maria yang begitu putih dan halus.Jake terpana dengan penampilan Maria, dia terdiam beberapa saat tanpa mengalihkan pandangannya dari Maria."Ehem," suara Sisi merusak lamunan Jake."Bagaimana? Cantik kan? Karyaku tak pernah mengecewakan." ucap Sisi.Jake sekali lagi melihat dengan detail, menatap Maria dari atas sampai bawah, bahkan menyuruh Maria untuk berputar. Matanya terhenti ketika melihat punggung Maria yang terekspose itu, dia mengerutkan dahi dan menatap ke arah Sisi."Gerai saja rambutnya, aku tidak ingin wanitaku menjadi tontonan orang lain," ucap Jake bersedekap.Sisi mengerutkan dahinya, apa dia tidak salah dengar? Biasanya Jake yang paling membuat heboh soal wanita. Tapi apa kali ini, Sisi
Ashley membawa Maria keluar dari gedung itu. Dia mendudukan tubuh Maria di bangku yang tersedia di sana. Dia mengeluarkan sapu tangan yang ada di sakunya, lalu mengusap wajah Maria yang basah itu. Melihat Maria yang hanya diam, dia pun ikutan diam dan memandang kosong ke arah depan."Kau membohongiku?" tanya Ashley, nada suaranya tercekat. Dia seperti kecewa pada Maria.Maria yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Ashley, tapi yang ditatap tak mengalihkan pandangannya dari depan."Kau berkata sedang mengerjakan pekerjaan yang diberikan ayahmu, tapi kenapa aku melihat kau ada di sini? Bersama orang-orang yang terkenal suka mempermainkan wanita," ucap Ashley lagi.Maria kaget mendengar ucapan Ashley. "Kau mengenal mereka?" tanyanya."Kau bahkan tidak menjawab pertanyaanku," ucap Ashley menoleh ke arah Maria."Aku belum bisa menceritakannya padamu," ucap Maria menatap Ashley sekilas lalu kembali menoleh ke arah depan."Selama ini kau angga
Pagi-pagi sekali Jake sudah berangkat ke kantornya, dia sedang tidak ingin melihat Maria. Jake bahkan melewatkan sarapannya, dia juga berpesan pada pelayannya agar Maria jangan diganggu, biarkan dia bangun dengan sendirinya.Jake masih menyimpan rasa sesak di hati jika mengingat wanitanya berpelukan dengan lelaki lain. Amarahnya tak bisa dibendung yang mengakibatkan kejadian semalam terjadi. Padahal di bayangan Jake, dia bisa memiliki Maria dengan sangat lembut karena dia adalah gadis pertamanya.Entahlah, kejadian semalam di luar dugaannya. Tapi Jake masih mengingat dengan jelas kejadian itu. Dia juga menikmati setiap tangisan yang bercampur desahan dari Maria. Putihnya tubuh Maria dan betapa mulus kulit Maria masih bisa dia rasakan.Jake segera mengusir pikiran itu dengan menyibukkan dirinya bekerja. Tapi setiap kali Jake berpaling, maka bayangan itu semakin terlihat jelas. Hal itu malah membuat libidonya menjadi naik dan ingin segera pulang untuk menikmati Maria
Ponsel Jake berdering, dia mengambil handphonenya dari saku celana, melihat nama Aciel orang kepercayaannya, dia pun segera mengangkat panggilan tersebut."Hallo, ada apa?" tanya Jake, suaranya masih terdengar kesal."Ada tangkapan baru, salah satu kurir senjatamu ternyata seorang penyusup," kata Aciel."Sial, di mana dia sekarang?" tanya Jake."Di tempat biasa bos, aku sudahmengurungnya." jawab Aciel."Aku akan kesana sekarang," ucap Jake lalu memutuskan panggilan telfonnya.Suasana hatinya sangat buruk dan itu karena Maria. Mungkin bermain dengan mainan yang baru ditangkap oleh anak buahnya bisa meredakan sedikit emosinya. Dia tersenyum sarkas.Jake keluar dari kamar mandi dan masih melihat Serren sedang duduk di kursinya. Dia menghembuskan nafas malas, mengabaikan wanita itu. Jake menghampiri meja Maria."Selesaikan semua pekerjaan ini, jika nanti malam belum selesai. Aku akan menghukummu seperti semalam lagi," ucap Jake b
Maria memegangi kepalanya, jam sudah menunjukan pukul 9 malam tetapi pekerjaannya belum selesai. Tinggal sedikit lagi, tetapi rasanya tubuh Maria sudah sangat lelah. Dia menutup semua dokumen dan membereskannya, dia akan menyelesaikannya besok. Biarlah dia diberi hukuman, Maria sudah tidak kuat.Dia berdiri, keluar ruangan dengan berjalan lesu. Wajahnya sayu, benar-benar terlihat lelah. Setelah keluar dari lift, dia mengendarai mobilnya pulang ke rumah.Maria langsung memasuki kamarnya ketika dia sampai di rumah. Membersihkan dirinya dengan singkat lalu memakai piyamanya, berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya yang lelah. Baru saja dia ingin menutup mata, perutnya terdengar keroncongan. Maria lupa dia belum makan malam tadi.Akhirnya dengan rasa malas dia berjalan turun menuju dapur. Tapi ketika dia sampai di pertengahan tangga, Maria melihat Jake yang berjalan menaiki tangga. Maria berhenti, membiarkan Jake melewatinya. Tapi saat Jake sudah sampai atas d
Suara dentingan sendok dan garpu beradu memenuhi ruang makan tersebut. Sepasang manusia yang sedang sarapan itu enggan untuk melakukan percakapan. Jake sibuk dengan handphonenya dan Maria terlihat seperti terburu-buru menelan sarapannya. Dia tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan Jake.Tanpa sepatah kata pun, Maria mengambil tas yang ada di sebelahnya, berdiri dan melangkahkan kakinya pergi dari ruang makan itu. Jake seolah tak peduli, dia bahkan tak mengalihkan pandangannya, hanya menatap handphone yang daritadi seperti menarik perhatiannya.Seperti biasanya, Ashley selalu menunggu Maria di parkiran. Dia berdiri menunggu mobil Maria datang. Tapi saat sudah datang, sampai 5 menit pun Maria tidak keluar dari mobil dan membuat Ashley penasaran, dia mendekat dan mengetuk kaca jendela mobil Maria."Hei keluarlah, kau ingin ketinggalan pelajaran." ucap Ashley.Maria terdiam, dia mencengkeram setir mobilnya. Dia tidak ingin bertemu dengan Ashley, bekas luka yan
Maria menghabiskan harinya di makam sang ayah. Entah kenapa hatinya menjadi tenang ketika dia di sini, meskipun harus kepanasan, Maria tak peduli, yang penting ia bisa mencurahkan semua isi hatinya saat ini. Hanya pada ayahnya lah dia bisa jujur tentang semua hal, meskipun tak ada jawaban sama sekali dari gundukan tanah di depannya itu.Hari sudah siang dan Maria seperti enggan untuk datang ke kantor Jake, biarlah, saat ini Maria tidak ingin melihat Jake. Akhirnya Maria memutuskan untuk datang ke rumah, sudah lama dia tak bertemu dengan ibunya. Rasanya dia sangat merindukannya.Maria melajukan mobilnya ke rumahnya, untung saat ini ayahnya belum pulang jadi dia bisa leluasa mempunyai waktu dengan ibunya."Ibu terlihat pucat, mau ku antarkan ke dokter?" tanya Maria. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah."Tak apa, Ibu baik-baik saja." ucap ibunya.Maria tahu ibunya itu sedang tidak enak badan, tapi selalu saja ibunya itu mengelak. Hal itu mem
Maria mengemudikan mobilnya. Entah sudah berapa kali dia berputar-putar di jalanan itu, membuat dia bosan. Dia menghentikan mobilnya di depan minimarket, dia menundukkan kepalanya ke arah setir. Entah kenapa dia merasa sangat marah, dia kecewa dengan apa yang dilihatnya tadi. Tapi alasan apa untuk Maria marah dan kecewa? Dia bukanlah siapa-siapa bagi Jake.Maria ingin kembali tapi dia merasa gengsi, jika dia pulang ke rumah yang ada nanti diceramahi oleh ayah tirinya. Akhirnya Maria berinisiatif menelfon Ashley, hanya lelaki itu yang ada dipikirannya saat ini."Hallo," ucap Maria begitu sambungan telfon itu tersambung. "Kau di mana?" tanyanya."Aku sedang di suatu tempat, ada apa? Kemana saja kau seharian tidak bisa dihubungi?" tanya Ashley."Bisakah kau beritahu lokasimu, aku ingin menyusulmu," ucap Maria."Menyusulku? Eh jangan, kita ketemuan di tempat lain saja," ucap Ashley sedikit panik karena saat ini dia ada di bar miliknya."Sudah, b