Share

You'Re My Lovely, Brother!
You'Re My Lovely, Brother!
Author: Erin Damayanti

Club' Malam

Ruang cukup besar dipenuhi para penikmat dunia yang sedang berjoget penuh gairah diiringi dentuman musik DJ menjadi fenomena zaman. Lekuk tubuh para wanita seksi disana membuat air liur para pria bercucuran. Bau alkohol yang menyeruak di sepanjang indera penciuman sudah seperti bau surga.

Satu diantara para penikmat dunia fana itu adalah Christine Alesya. Perempuan muda bertubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh sempurna. Matanya yang selalu menarik perhatian. Sedikit sayu dengan eye shadow berwarna dark yang menarik perhatian siapa saja yang meliriknya.

Wajah Alesya benar-benar cantik. Hidung mancung nan mata lentiknya akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona.

"Dia anakku. Kau bisa pakai dia semalam dengan harga terjangkau"

Seorang wanita berpenampilan seksi bermake up tebal disertai ciri khas yang memakai lipstik merah cabai sedang berbincang dengan seorang pria berkepala plontos yang terus memperhatikan Alesya berdansa.

"Berapa yang kau minta?" Ujar pria itu menatap Grace, yang baru saja menawarkan anak didiknya pada seorang pria hidung belang kaya raya.

"300 juta pertama untukmu. Itu sudah diskon. Harga normal dua kali lipatnya dari itu" Grace menyesap rokok dalam jemarinya lalu menghembuskannya santai.

Pria itu tertawa kecil. "Harga anak kecil itu terlalu tinggi. Kau hanya sedang mengerjaiku saja".

Grace menatap lelaki hidung belang yang nampak sudah begitu bergairah melihat Alesya terus-terusan tersebut. Sudut bibirnya terangkat, ia tahu Alesya tidak pernah gagal menarik perhatian pelanggan.

"Untuk barang sebagus Alesya, aku kira harga segitu terlalu murah. Tidak masalah kalau kau tidak mau, masih banyak yang rela menggelontorkan harta kekayaannya demi menikmati tubuh anak kecil itu semalaman" Grace hendak bangkit dan meninggalkan pria tak diketahui namanya itu. Namun, lengannya ditahan sampai ia kembali duduk di tempatnya semula.

"Baiklah. Aku akan mengambil penawaran darimu." Ucapan pria itu sukses membuat senyum Grace terbit. "Siapkan perempuan itu sekarang juga. Aku tidak tahan melihat tubuhnya". Pria itu bangkit dan segera pergi menuju kamar yang telah disediakan untuk disewakan disana.

Sedangkan, Grace menarik Alesya yang sudah terlanjur mabuk hingga terus bergoyang tanpa .

"Alesya, ayo ikut aku!" Lengan Grace menarik pergelangan tangan Alesya. Perempuan bersurai hitam sepunggung itu menurut. Sebenarnya, Grace tidak perlu melakukannya sendiri. Ia memiliki anak buah yang bisa langsung mengerti dengan sekali perintah, hanya saja Grace tidak pernah merasa sesayang itu pada anak-anaknya kecuali pada Alesya.

"Kenapa, Mam? Ada yang mau memakaiku lagi? Ah, sepertinya aku sudah sangat lelah malam ini" keluh Alesya sudah kepalang lemas.

"Sudah jangan banyak bicara. Cepat bersihkan dirimu dan pergilah ke kamar ini." Wanita setengah baya yang berpakaian minim itu memberikan kartu kunci kamar nomor 113 pada Alesya. Alesya menerimanya dan menatap sayu benda itu. Setiap malam, harus ia habiskan untuk memuaskan birahi para pria hidung belang. Meski telah resmi menjadi wanita malam, tetap saja Alesya merasa kosong.

"Baik, Mam"

______

Tubuh jenjang dan putih mulusnya sudah berbalut lingerie. Persis, pakaian itu hanya menutup bagian-bagian terpenting tubuhnya saja, tidak dengan yang lainnya. Wajah Alesya itu cantik dan manis sekali. Ia memiliki mata indah dan senyuman menawan. Tetapi, semenjak lima tahun lalu senyum itu telah hilang, berganti dengan ulasan bibir yang terpaksa ia tunjukkan.

Alesya berjalan menapaki koridor menuju kamar tujuan. Tidak ada gairah, setelah membersihkan diri untuk tujuan melayani laki-laki lagi, Alesya hanya membuat dirinya merasa sedang bekerja. Oleh karenanya, suka atau tidak suka ia harus tetap melakukannya.

Alesya berjalan dengan tatapan kosong. Seperti inikah akhir dari hidup seorang anak kecil yang mendambakan kehidupan sukses di usia mudanya. Sekolah, berteman dengan teman-teman sebayanya, bekerja, menikah dan punya keluarga bahagia bersama seseorang yang ia cinta, kandas saat ia dipaksa menjadi wanita malam oleh Grace yang ia sebut 'Mami'.

Alesya dijadikan penebus hutang orang tuanya di kampung. Ancaman yang di tebar Grace pada ibu dan ayahnya membuat Alesya mau tak mau harus bersedia dipekerjakan oleh wanita kejam tersebut.

Brugh!

"Aw!"

Alesya memegangi bahunya, sedikit kebas saat bertumbuk keras dengan tubuh seorang pria yang tak jauh berbeda sedikit lebih tinggi darinya.

Shit!

Tampan sekali pria itu. Sepertinya, pria itu juga adalah pria baik-baik. Meski merasa tertarik, Alesya memilih mengabaikan. Tidak ada gunanya menanggapi orang yang tak memberi keuntungan padanya, kan? Sekedar suka, mungkin iya. Lihat saja perawakannya masih muda, macho dan argh! Ganteng. Alesya mengumpat.

"Maaf, sepertinya saya menyakiti bahu Anda, Nona. Lihatlah, merah" pria itu menunjuk bahu telanjang Alesya yang sedikit memerah. Suaranya lugas, berat namun sangat maskulin. Alesya meneguk ludah kasar. Ia sudah lebih dulu membersihkan diri, sehingga sedang tidak dalam keadaan mabuk. Jadi, ia sangat sadar akan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Seperti pangeran, yang berada di club malam?

"Ah, tidak masalah. Kau terlalu berlebihan"

"Hm, maaf, boleh aku berpendapat tentang pakaianmu" kata pria itu hati-hati. Alesya kembali menghentikan langkah.

Alesya melihat sekujur tubuhnya. Tidak perlu mengizinkan untuk mengetahui pendapatnya tentang pakaian yang dikenakannya. Sepertinya, Alesya sudah mengetahuinya.

"Ya, tentu" Alesya menatap malas, ia sama sekali tidak menatap pria itu dengan sorot antusias lagi. Ia tahu akan seperti apa isi perkataannya. Paling setelah ini Alesya akan mendengus dan meninggalkan pria itu. Terlalu banyak orang yang berpendapat rendah tentang dirinya.

"Kau cantik sekali. Pakaianmu juga indah. Tapi, tubuhmu terlalu berharga untuk dinikmati tatapan kotor pria disini" ucapnya membuat Alesya seketika terdiam. Apakah pria ini sedang mengejeknya atau benar-benar tulus memujinya.

"Namaku Zen Alensky. Panggil saja Zen. Aku sedang mencari ayahku disini. Dia terlalu banyak bermain wanita sampai ibuku dibuat sakit olehnya." ucap pria bernama Zen itu gelontoran mengungkap maksud dan tujuannya berada di tempat ini. Ya, mungkin saja wanita ini bisa sedikit membantu, pikirnya.

Alesya mengulas senyum tipis. Zen Alensky. Laki-laki ini sangat menarik. Sepertinya dia pria yang jujur dan baik hati. Tapi, lagi-lagi rasa rendah diri lebih dulu menyerang Alesya.

"Siapa namanya, barangkali aku mengenalnya?" tanyanya.

"Namanya---" ucapan pria itu terhenti saat suara pintu terbuka membuatnya terinterupsi.

"Ya Tuhan, ternyata kau masih---"

Bariton serak seseorang terdengar muncul dari balik pintu, lalu pandangan keduanya bertemu. Dua pria di hadapannya saling menatap tajam.

"Zen?"

"Ayah bajingan!"

"Anak durhaka kau!"

Keduanya justru saling memaki. Alesya tidak mengerti, alisnya bertaut heran.

"Kalian..."

"Ini ayahku. Dia pria bajingan yang menelantarkan anak dan isterinya demi para wanita malam disini" kelakar Zen menatap kilat sang ayah.

Rupanya pria yang hendak bermain dengannya itu merupakan ayah dari pria satu ini.

Entah kebetulan atau tidak, tapi Alesya merasakan getaran hangat saat pertama kali menatap mata Zen. Namun, sesuatu yang tak ia perkirakan pula saat mengetahui kalau pria bernama Zen ini adalah putra dari pelanggannya.

"Pulanglah, bajingan. Mama gue nungguin Lo di rumah!" Maki Zen menarik lengan Frengky yang dibalas Bogeman oleh pria itu.

"Shit!" Zen mengusap ujung bibirnya dengan ibu jari. Matanya terlihat tajam menatap pria paruh baya bernama Frengky tersebut.

Tak jauh berbeda, pria yang mewariskan wajah tampannya pada Zen itu pun tampak emosi melihat perlakuan kasar Zen padanya.

Alesya yang menyaksikan kejadian itu pun sontak ketakutan. Ia mundur perlahan, menghindari keributan dua orang itu.

"Cukup! Cukup!" Pekik Alesya yang diabaikan dua orang yang sudah terlanjur diselimuti emosi itu.

Malam ini tidak dilewati dengan rasa sakit saat melayani pria-pria hidung belang di atas ranjang. Akan tetapi, rasa takut saat anak dan ayah itu hampir saling membunuh.

>>>>

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status