Share

Kehidupan Baru Alesya Akan Dimulai

Alesya menghambur diantara para penikmat dunia yang tengah sibuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Alesya bergoyang erotis setelah menghabiskan satu gelas penuh Vodka disana. Malam ini, ia ingin menghabiskan malamnya dengan kesenangan saja. Sebelum keberadaannya benar-benar enyah dari tempat itu.

"Uuh.. menggiurkan sekali wanita ini" tutur seorang pria yang disambut riuhan orang-orang disana.

Alesya tak perduli dengan desas-desus yang berkata iri pada tubuh indahnya. Ia juga masa bodoh dengan makian para wanita disana yang membuat para lelaki mereka beralih pandang padanya.

"Dasar wanita kotor. Berhenti bergoyang seperti itu, aku tidak akan membiarkan pelangganku pergi lagi" ketus mereka yang terdengar sangat membenci Alesya. Padahal, Alesya hanya memutar pinggulnya sedikit. Namun, tak dipungkiri tubuh seksi nan wangi membuat indera siapapun terasa ingin memiliki Alesya.

Alesya tertawa pelan, "kau pikir kau bukan wanita kotor, teman? Kau pun sama menjijikkannya dari aku, dasar keparat!" Alesya tertawa terbahak dengan tubuh sempoyongan. Kesadarannya sudah hampir menghilang. Namun, ia masih berusaha bergoyang.

HUEEKK!!!

Semua orang menatap jijik ke arah Alesya. Alesya menghela napas lelah saat menyadari muntahannya sudah bertebaran di atas lantai dance floor.

"Iwh, menjijikkan sekali wanita gila ini!"

"Dasar sampah!"

"Perempuan menjijikkan"

Alesya berjalan sempoyongan, orang-orang yang semula menginginkan dirinya kini berubah dan malah menghempaskannya seolah Alesya adalah lalat kotor yang begitu menjijikkan.

Sampai sebuah tangan menarik tubuhnya. "Lepaskan aku, hei siapa kau? Kalau berani menyentuhku maka tebus aku satu juta dollar pada tua bangka itu!" Makinya, tawa kembali menguar, ia seolah tak ambil pusing dengan pria yang tengah menutup hidungnya lantaran bau alkohol yang berasal dari mulut Alesya yang begitu kuat.

"Hei, bisakah kau diam saja. Mulutmu itu, bau sekali barang haram, mengerti?" peringat pria itu, Alesya tak perduli, ia hanya membalas dengan tawa.

"Persetan! Kau juga termasuk barang haram, kok"

"Apa maksudmu berkata begitu?" seloroh pria itu tak terima.

"Kau berada di tempat haram, itu artinya kau adalah barang haram hahaha" kelakar Alesya makin ngaco.

Pria itu adalah Zen Alensky. Laki-laki itu datang atas dasar kegeramannya pada sang ayah, Frengky. Lantaran, ia mendapat kabar kalau ayahnya itu telah membeli seorang wanita malam dengan harga yang fantastis. Satu juta dollar! Bayangkan saja, memangnya seistimewa apa perempuan malam yang setiap hari selalu menjajakan dirinya pada pria-pria berotak kotor di tempat haram itu? Jelas ayahnya itu sudah gila, pikir Zen. Zen sepertinya perlu beberapa kali menonjok wajahnya agar pria tua bangka itu cepat sadar dari kegilaannya.

"Aku sedang mencari ayahku, Frengky, kau tahu dimana dia?" tanya Zen serius. Sepertinya, label gila juga harus diberikan padanya. Pasalnya, untuk apa ia bertanya pada wanita yang sudah kepalang dipsy tentang keberadaan ayahnya.

"Dia.. di nerakaa!" Jawab Alesya dan kembali tertawa.

Zen menepuk jidatnya, ia hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi, arah telunjuk wanita ini menunjukkan lantai atas dimana kamar-kamar biasa disewakan untuk para pasangan melepaskan sesuatu yang sudah bergumul dalam tubuhnya.

Zen mengangguk mengerti, sebelum pergi ia berterima kasih sambil menepuk pelan pipi Alesya. "Terima kasih, Lesya".

Zen beranjak menaiki anak tangga padahal terdapat pintu lift yang akan mempermudahnya untuk sampai. Tidak, ia tidak akan bisa hanya berdiam diri menunggu lantai lift itu mengantarkannya, Zen terlalu tidak sabaran.

Sedangkan, Alesya dengan sedikit sentuhan Zen di pipinya saja berhasil membuatnya merasakan sesuatu menjalar hangat ke tubuhnya. Tidak-tidak ke hatinya!

Alesya menyentuh pipi yang baru saja disentuh laki-laki yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu itu. Kenapa rasanya bisa seperti ini. Dada Alesya berdegup dengan kencangnya, ia berputar mencari keberadaan Zen.

"Hei.. laki-laki tampan! Siapa namamu? Zen? Ah, iya, Zen! Nikahi aku Zen! Selamatkan aku!" Alesya terus berteriak di sepanjang ruangan. Ia terus mencari dan berkelakar menyebut nama Zen Alensky.

_____

Jalanan kota terlihat penuh. Suara klakson kendaraan saling bersahutan. Hiruk pikuk kota terasa sangat menjemukan. Namun, bagi Alesya ini adalah pemandangan yang cukup menyegarkan. Paling tidak, ia bisa beristirahat dari dentuman musik DJ dan godaan para pria-pria hidung belang yang menginginkan tubuh indahnya.

Dan, hari ini. Tubuh indah yang membuat air liur banyak pria terjatuh, telah dimiliki oleh seorang pria tua bangka kaya raya. Harga diri Alesya telah dibanderol seharga satu juta dollar oleh Frengky Alensky, pengusaha terkaya yang membidangi bisnis batu bara dan memiliki kerajaan perusahaan property di banyak kota.

"Setelah ini, hidupmu akan seperti di surga, sayang" tangan keriput pria itu menyentuh pergelangan tangan Alesya. Sontak saja Alesya segera melepaskannya, ia juga memalingkan wajah dan memilih menatap jalanan yang dibatasi jendela mobil mewah milik Frengky.

Raut Frengky tampak asam, "dengar, hargamu sudah ku banderol tinggi. Seharusnya kau memberikan pelayanan super padaku" katanya frontal.

Alesya menoleh tajam pada pria disampingnya, "bahkan aku tidak memakainya sepeserpun atas harga yang kau sebutkan itu, Tuan. Jadi, berhentilah mengatakan nominal SATU JUTA DOLLAR yang kau berikan pada iblis itu" ucap Alesya tak tanggung-tanggung menyebut Grace dengan sebutan 'iblis'.

"Oh, Mami mu itu memang setara iblis, kau benar sayang" timpal Frengky justru tertawa, membuat Alesya kian tak habis pikir pada pria sinting ini.

Kuda besi mewah milik Frengky terparkir di depan sebuah rumah bak istana berpilar tinggi besar yang membuat Alesya sesaat terkagum dengan arsitektur dan interior rumah itu.

Alesya turun disambut oleh tangan Frengky yang mempersilahkannya untuk memasuki rumah bak istana ini.

"Wow, bagus sekali"

Tatapan Alesya hanya tertuju pada setiap lekukan rumah dengan gaya Italian clasic di hadapannya itu.

Dua pintu besar terbuka seketika menampilkan dua orang pelayan berpenampilan amat rapi yang berdiri tanpa menampakkan senyuman sedikitpun.

Fokus Aleysa teralihkan oleh sesosok laki-laki yang datang menghampirinya dan juga Frengky.

"Oh, jadi ini perempuan murahan yang kau banderol jutaan dolar itu dan kau tempatkan di rumah mewah yang seharusnya adalah milik ibuku ini, tuan Frengky?"

Pria itu berucap sarkas menatap Frengky yang diam saja. Alesya mengerjap tak percaya saat Frengky benar-benar mengabulkan syarat permohonannya agar Zen berada satu rumah bersama mereka.

"Belum cukup, Yah, aku menghabisimu semalam di Bar. Bahkan aku telah melempar uang dolarku pada perempuan itu..." tunjuk Zen.

Rupanya Zen belum menyadari keberadaan Alesya. Sampai pada dua detik terakhir dirinya terpaku melihat sosok Alesya yang berdiri di sisi Frengky, ayahnya.

"Kau.. Alesya, kan?" alisnya bertaut, manik mata berkilat kemarahan kembali bergantian menatap sang ayah.

Alesya hanya menatap Zen datar. Berbeda dengan Frengky, yang tertawa dan meledek Zen, putranya. "Kau telah menggelontorkan uang dolarmu itu pada perempuan yang salah, anak pintar! Perempuan yang kuinginkan hanyalah Nyonya Alesya" ucap Frengky menyentuh lembut dagu Alesya membuat wanita itu sedikit terhentak.

Zen berkilat dengan kemarahan. Rupanya, gadis yang telah ia tolong malam itu, yang kini telah merebut posisi ibunya di hati Frengky.

"Kau Alesya, kurang ajar!" Zen tidak dapat berkata lagi, ia kemudian pergi terlihat menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Sedangkan, Alesya merasa hidupnya semakin berantakan saja.

"Zen, dengarkan aku?" ingin sekali Alesya mengatakannya, namun ia tak cukup mampu.

"Sudah, jangan dipikirkan, ayo kita bersenang-senang, sayang!" Frengky lalu menarik tubuh Alesya ke dalam satu ruangan khusus yang telah ia persiapkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status