Home / Romansa / You're MINE / bab 5 : kill my love - 1

Share

bab 5 : kill my love - 1

Author: Riri riyanti
last update Last Updated: 2022-09-16 08:53:41

Kepala berambut pirang itu menunduk, seakan begitu terasa berat untuk sekedar terangkat. Jari-jemari kedua tangannya meremas kuat rambutnya, mencoba mengenyahkan suara wanita yang selalu saja menggema di kepala. Menggores kembali hatinya, pula membuatnya nyaris gila seharian ini.

'Kau ... terlalu baik untukku, Dan.'

Netra biru itu memejam erat ketika suara lembut yang sukses membuat hatinya tercabik kembali terasa berdesing di telinga, berpadu menjadi satu dengan suara musik yang mengentak di sekitarnya, membuat kepalanya semakin pening saja.

Kedua tangan besar itu meraih botol whiskey bermerk Jack Daniel's di atas meja. Meminum langsung dari mulut botolnya, bahkan hingga hampir tandas. Ketika cairan dengan rasa manis bercampur pahit itu mengaliri tenggorokan, perlahan salah satu sudut bibir merah kecoklatan itu terangkat; tersenyum miring.

'Baiklah, aku akan menjadi pria jahat, sesuai permintaanmu. Kuharap kau tak menyesal.'

Tak berselang lama, Daniel tertawa dalam hati, menertawai nasibnya sendiri. Dirinya memang berhasil meniti karir; usaha yang ia rintis bersama Sang ayah di Kanada berkembang pesat, bahkan hingga ke berbagai negara lainnya. Namun, siapa sangka jika menyangkut masalah cinta, ia justru nol besar? Ironis sekali.

Padahal jika dilihat secara kasat mata, Daniel merupakan pria yang nyaris sempurna; ia tampan dan juga kaya, bahkan memiliki hati yang cukup lembut serta setia sebelumnya. Entah apanya yang kurang di mata indah Kinara sehingga wanita itu selalu saja menolaknya.

Yah, wanita memanglah makhluk yang unik. Didekati pria baik-baik, mereka menolak dengan alasan 'kau terlalu baik'. Namun, ketika mereka benar-benar mendapatkan pria jahat kemudian disakiti, mereka akan berkata, 'semua pria sama saja'. Entah apa mau mereka sebenarnya.

"Sudah lama menunggu, Sat?" pertanyaan dari suara berat nan familier berhasil memasuki indera pendengaran. Tanpa perlu menoleh pun Daniel sudah tahu siapa yang baru saja datang. 'Sat' adalah kependekan dari 'bangsat', mereka memang memiliki panggilan 'sayang' yang aneh semenjak masih memakai seragam sekolah.

"Sialan! Kau yang meminta bertemu, kau juga yang datang terlambat." Umpatan itu mengalir seiring lirikan sinis dari kedua netra biru. Setelahnya, pria pirang itu kembali menenggak sisa whiskeynya.

Benar, ketika meneleponnya siang tadi, Kendra, pria berambut hitam dengan poni menjuntai itu mengajaknya bertemu di sini; di sebuah kelab malam yang cukup terkenal di ibu kota Jakarta.

"Kau saja yang terlalu bersemangat sehingga datang lebih cepat." Sedangkan Kendra Subagja, pria yang baru hadir itu hanya mengedikkan kedua bahunya acuh lantas mendudukkan diri pada kursi di meja yang sama dengan sahabat lamanya. Ya, mereka memang sudah bersahabat semenjak SMA; tepatnya ketika Daniel baru saja pindah dan bersekolah di Indonesia.

"Tch!" Daniel hanya mendecih meresponsnya.

Abai terhadap decihan sang sahabat, Kendra justru mengambil botol lain di atas meja, membuka tutupnya lantas menuangkan cairan di dalamnya pada gelas kecil yang telah tersedia.

"Bagaimana kabarmu?" pertanyaan itu meluncur sebelum pria itu menyesap minumannya.

"Seperti yang kau lihat." Daniel menjawab singkat. Tangan kanannya meraih bungkus rokok berbentuk kotak di hadapan, mengambil sebatang nikotin dari dalamnya untuk ia selipkan di antara celah bibir. Tentu ia segera menyalakan pemantik berbentuk antik miliknya untuk membakar ujung benda silinder yang membuatnya candu akhir-akhir ini.

Tentu hal tersebut tak lepas dari perhatian kedua netra Kendra. Setahunya, Daniel bukanlah seorang perokok aktif. Yah, meskipun sekali dua kali mereka sempat menikmati benda itu bersama ketika remaja.

Apalagi ketika tatapannya menangkap raut muram yang menghiasi wajah di depannya, tentu ia semakin yakin jika ada hal yang tak beres yang telah menimpa sahabat karibnya. Ia meletakkan gelasnya di tempat semula sebelum kembali berkata. "Kau terlihat kacau, Sat."

Mendengar ucapan pria di depannya, membuat pria pirang itu segera mengembuskan asap rokoknya ke udara secara kasar, lantas melirik wajah Kendra dengan tajam. "Brengsek sekali kau!"

"Apa maksudmu?!" Kendra mengerutkan keningnya, tak mengerti kenapa Daniel memaki dirinya secara tiba-tiba.

Sedangkan kedua netra biru itu kembali memejam, ia mengambil napas dalam untuk menghilangkan kesal yang mendadak datang. "Istrimu adalah sahabat dari Kinara, tentu kau harusnya tahu seperti apa putranya."

"Lalu?"

Netra biru itu kembali terbuka dengan cepat, menatap menusuk pada kedua mata sahabatnya. "Kenapa kau tidak memberitahuku jika putra Kinara adalah putraku juga?!" nada bicaranya naik satu oktaf.

"Aku hanya tak ingin masuk terlalu jauh dalam masalah kalian." Kendra menjawab pertanyaan sang sahabat dengan ringan. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi berbahan besi sebelum kembali melanjutkan ucapan. "Lagi pula kau terlihat betah berada di Negaramu, kukira kau sudah tak lagi peduli pada Indonesia dan segala masa lalumu."

"Aku tidak akan peduli jika tidak ada kaitannya dengan keturunanku yang ternyata ada pada wanita itu." Setelah berkata, Daniel kembali menghisap batang nikotin yang terapit di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya dengan khidmat. Angan pria itu kembali menerawang pada wajah tampan duplikat kecilnya yang berada di mansion Maheswara.

"Kau bisa menikah dan kemudian memiliki anak lain, bukankah itu hal yang mudah? Kecuali jika kau sudah mandul."

"Aku bukanlah tipe pria yang dengan mudahnya lepas tanggung jawab. Yah, meskipun justru wanita itu sendiri yang menolak menerima pertanggungjawaban dariku." Daniel menjawab cepat. Ia menggosok ujung rokoknya yang menyala pada asbak di depannya; mematikannya. Nyatanya dengan ia merokok pun masih tak mampu mengubah suasana hatinya yang kian memburuk. Ia turut menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, membalas tatapan Kendra sebelum melanjutkan ucapannya. "Biar bagaimanapun aku adalah seorang ayah, aku memiliki keterikatan dengan Axel. Tentu aku menyayanginya, meskipun baru sekali aku menemuinya." Ia menjeda kembali ucapannya, menatap bias lampu kerlap-kerlip di dinding dengan pandangan menerawang.

Sedangkan Kendra hanya diam mendengarkan, menyimak baik-baik setiap kalimat yang meluncur dari kedua bibir sahabatnya dengan kedua lengan terlipat. Ia tahu, Daniel masihlah belum menyelesaikan ucapannya.

"Dia darah dagingku, dan aku berpikir untuk membawanya ke sisiku, aku ... harus memilikinya dengan cara apa pun. Kau tentu mengerti bagaimana rasanya, kau pun seorang ayah."

"Aku sangat mengerti." Pria itu mengangguk singkat. "Sejujurnya aku pun sedikit tak suka dengan Kinara. Dia terlalu egois sebagai seorang wanita. Jika aku jadi kau, aku pasti sudah membencinya, bahkan sejak pertama kali aku tahu ia menikahi pria lain di belakangku."

Daniel kembali memejamkan erat kelopak mata seiring ingatannya kembali ke masa lalu; tentang pengkhianatan Kinara, pula gagalnya rencana pernikahan mereka. Sejujurnya bukan hanya Axel yang ia inginkan untuk berada di sisinya; ibunya juga.

Namun, kenyataannya kini telah berbeda. Berapa kali pun ia meminta, Kinara seakan tak pernah mau untuk menerima dirinya. Bahkan sahabatnya pun tak menyukai Ibu dari sang putra. Jadi, apakah ia harus mulai melupakan wanita itu, seperti apa kata ibunya?

'Apakah aku harus membunuh rasa cinta ini, Nara?'

***

Tbc...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • You're MINE   extra part 2

    "B-bergeraklah. Maafkan aku." Dia berucap dengan begitu lirih, diakhiri satu kecupan lembut di bibirku.Sudahkah aku bilang bahwa Nara adalah satu-satunya wanita yang mampu meluluhkan hatiku, bahkan hanya dengan sekali kecupan?Hanya dengan satu tindakan kecil nan manis darinya, rasa kesalku menguap seketika, lenyap entah ke mana. Tak ingin membuang waktu, aku bergerak mencari kembali mulutnya. Menyatukan indera pengecap sembari bergerak dengan khidmat hingga erangan penuh nikmat Nara menjadi musik paling merdu di telinga.Aku menegakkan tubuhku setelah puas bermain lidah, melihat wajah memerah Nara yang diselubungi nafsu membuat tubuhku semakin panas saja. "Aku mencintaimu, Nara. Kumohon jangan mengatakan hal-hal aneh lagi."Dan dia hanya mengerang menjawab ucapanku. Kedua dada ranumnya berguncang-guncang ketika gerakanku semakin brutal. Sungguh, pemandangan indah itu membuat mulutku bergerak maju secara spontan, mengecap ujung-ujungnya yang menantang, membalutnya dengan lidah panasku

  • You're MINE   extra part 1

    Apa yang ada di dalam benak kalian ketika mendengar kata 'malam pertama'?Apakah ... malam puncak setelah acara pernikahan yang melelahkan?Ataukah ... malam penuh gairah yang begitu dinanti-nantikan?Yah, keduanya memang benar bagiku. Dan kami tengah berada di dalam fase itu sekarang. Meskipun lelah, namun aku tak pernah berpikir sedikit pun untuk menunda ritual sakral ini untuk segera dilakukan.Kamar kami di mansion Maheswara dihias dengan seromantis mungkin. Ah, ini pasti ulah Mama. Banyak sekali lilin-lilin aroma terapi dalam keadaan menyala ketika aku dan Nara melangkah memasukinya, sedangkan taburan kelopak bunga mawar merah tampak memenuhi permukaan ranjang yang akan segera kami gunakan saat ini, membentuk simbol hati.Aku terlebih dahulu menyingkirkan semua kekacauan tersebut sebelum merebahkan tubuh Nara dengan begitu hati-hati ke atas permukaannya, tentu setelah melucuti segala kain yang melekat pada raganya. Tentunya aku pun melakukan hal serupa pada tubuhku; menanggalkan

  • You're MINE   ending 2

    "Mau kubuktikan?" pertanyaan dariku sukses memancing rasa ingin tahu Nara, terbukti dari gerakan kepalanya yang segera menoleh padaku."Membuktikan ap—hmmkkk!" sebelum ia menyelesaikan kata, aku segera membungkam mulutnya dengan ciuman dalam, tanpa peduli jika posisi kami masih berada di tengah-tengah arena pesta, tanpa peduli jika apa yang kami perbuat kini menjadi pusat perhatian semua tamu undangan yang datang.Aku meraih tengkuknya, memperdalam pagutan pada mulut istriku tercinta. Ah, selalu saja begini. Melakukan French kiss bersama Nara selalu membuatku lupa diri. Bibir tipis nan lembut istriku terasa begitu manis, bagaikan candu. Ketika kedua indera pengecap kami saling berdansa, euforia seakan hampir meledak memenuhi dada. Sudah tak kupedulikan lagi pemerah bibirnya yang bisa saja hilang akibat apa yang kulakukan.Jika terus begini, mana bisa aku tahan untuk tidak melemparkannya ke ranjang, kemudian berolah raga malam hingga pagi menjelang?Ah, sial! Kenapa pestanya jadi teras

  • You're MINE   ending 1

    Seseorang pernah berkata, level tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Mungkin kalimat tersebut memang ada benarnya, namun bagiku sedikit berbeda. Bagiku, tingkatan paling tinggi ketika mencintai seseorang adalah dengan menikahinya, seperti apa yang telah kulakukan sekarang.Benar, aku dan Nara telah menikah pagi tadi, mengikrarkan janji suci sehidup semati di salah satu gereja katedral yang ada di pusat kota. Setelah acara pemberkatan selesai, kami berdua segera melanjutkan resepsi pernikahan di hotel bintang lima milik keluarga Maheswara. Yap, salah satu hotel besar milik ayah mertuaku.Ngomong-ngomong, beliau baru saja kembali dari perjalanan bisnis dua bulan lalu. Ayah mertuaku sempat kaget ketika mendapati jika kami kembali bersatu, namun aku begitu yakin beliau merasa bahagia sebab beliau percaya bahwa aku adalah satu-satunya pria yang mampu membahagiakan putri tunggalnya.Ah, apakah aku sudah menceritakan tentang respons kedua orang tuaku?Sepertinya belum, ya?Baiklah

  • You're MINE   bab 50 : mine — 2

    Seakan tertarik sebuah gaya gravitasi, atensi mata biru itu tak mampu sedikit pun berpaling dari kedua iris indah Kinara. Bahkan sampai di detik ke sepuluh pun tiada sepatah kata pun yang keluar dari mulut manis di depannya. Jari-jemari lentik yang tampak saling meremat itu tak lepas dari perhatian sang pemilik surai sewarna arunika.Sedangkan Kinara tampak menundukkan kepala, seakan memang sengaja menghindari kontak mata. Wanita itu bingung harus menjawab bagaimana, lidahnya kelu secara tiba-tiba. Sungguh, mengakui cinta ketika tahu bahwa dirimu sudah tak lagi menjadi wanita sempurna terasa begitu berat."Kenapa justru diam, hm?"Kepala bersurai legam bergelombang itu mendongak cepat, seakan tersentak oleh pertanyaan pria di hadapannya, memecah sepi yang tercipta."K-kita bisa berteman. Kita bisa bersama-sama mengurus Axel hingga ia dewasa." Yah, pada akhirnya hanya itu yang mampu Kinara katakan sebagai jawaban.Jawaban yang sudah Daniel duga sejak awal. Meskipun sudah menduganya, ny

  • You're MINE   bab 49 : mine — 1

    Sungguh, tiada pagi yang lebih indah selain pagi ini bagi Kinara. Ia memang sudah terjaga sedari beberapa menit lalu, namun dirinya masih betah berlama-lama tetap berada di atas ranjang. Enggan rasanya untuk bangkit kemudian menyambut hari baru. Bahkan kalau bisa, rasanya ingin sekali ia menghentikan waktu untuk selamanya berada di detik itu.Mengabaikan rasa pegal di sekujur badan karena lelah 'bermain' semalaman, ia memutar kepala ke sisi kanan, seiring memiringkan posisi tidurnya. Dan Kinara tak mampu untuk tidak tersenyum haru ketika menatap dua sosok lelaki yang begitu dicintainya berada di satu ranjang bersamanya, masih menutup mata dengan damai, terlelap dalam buaian mimpi.Ia merasa ... bagaikan memiliki keluarga kecil nan utuh sekarang. Ah, andaikan kata 'bagaikan' tidak pernah ada, hidupnya pasti sudah sangat sempurna. Senyuman wanita itu berubah miris ketika hal tersebut terlintas di kepala.Semalam setelah selesai menuntaskan birahi, pula saling membasahi diri, mereka memi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status