Home / Fantasi / You're My Mirror / Chapter 1 - Kembali Ditolak

Share

Chapter 1 - Kembali Ditolak

Author: sirahshe_
last update Last Updated: 2021-09-15 22:02:08

Satu tangkai mawar merah tersembunyi di balik tubuh kurus lelaki dengan setelan kaos yang dilapisi kemeja kotak-kotak. Tepat menghadap seorang gadis sambil terus mengembangkan senyum.

Lain halnya dengan gadis di hadapannya, justru memasang raut ketidaknyamanan, sesekali membuang pandangan. Wajahnya yang tegas dengan tatapan tajam, membuatnya pantas disebut sebagai gadis jutek.

"Lo mau apa lagi, sih?!" tanya gadis itu, tiba-tiba ketus.

Lelaki yang masih menatapnya, terkesiap. Gugup rasanya untuk mengutarakan isi hati, padahal sudah berulang kali dilakukan dengan hasil yang sama, yakni gagal.

"Buruan! gue nggak punya waktu cuma buat nungguin lo ngomong," tuntut gadis itu, membuatnya semakin gugup.

Keringat dingin yang mengucur dari pelipis, membasahi wajah rupawannya. Masih terlihat kekanakan, meski usianya sudah menginjak 23 tahun. 

Semakin cepat jantungnya berdebar, semakin jelas pula tangannya gemetar.

Gadis itu berdecih. "Mau ngomong atau gue per--" 

"Lo mau nggak jadi pacar gue?!" potong lelaki itu dengan satu tarikan nafas, sembari mengulurkan setangkai mawar dari arah belakang. 

Pernyataan yang sama seperti sebelumnya, gadis itu merasa sangat bosan hampir habis kesabarannya. Manik hazelnya berotasi jengah, tapi tak dapat dipungkiri hatinya mengaku bahwa lelaki itu pantang menyerah, bersikeras untuk menjadikannya sebagai kekasih. 

Sayangnya, ia tidak punya ketertarikan pada lelaki childish, serupa dengan lelaki yang terus mengejarnya itu. 

Bagaimanapun, ia menginginkan lelaki yang menjadi idaman para wanita di luar sana, bertanggungjawab dan berpikir matang pastinya.

"Bara Pangeran Adhinatha ...."

Tanpa mengingat dosa, Bara tersenyum amat manis. Tangannya masih tergantung di udara, membiarkan bunganya melayang menunggu diterima sang gadis pujaan.

"Udah berapa kali gue nolak lo, sih? Kok nggak pernah kapok?!" kesal gadis itu seraya menyilangkan tangan.

Tangan kiri Bara yang bebas, beralih memijat tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa pegal, hanya bermaksud meminimalisir rasa gugup.

Bara berdehem sebentar. "Karena cinta gue buat lo itu besar, Ly. Jadi nggak bakal gue nyerah gitu aja cuma karena dapet tolakan dari lo. Biar sampe beribu kali pun, gua bakal terus memperjuangkan cinta gue buat lo."

Lily--si gadis pujaan hati Bara--menghembuskan nafas yang terasa berat saat ditarik, ia merasa pusing menghadapi keras kepala lelaki itu.

"Tapi jawaban gue tetep sama," jeda Lily. Gue--nggak--mau!" katanya penuh penekanan.

Benar saja, ditolak lagi. 

Sudah biasa memang, tapi hati Bara tetap merasa pilu, berdesir dibuai rasa kecewa. sampai bunga di genggamannya seperti ikut merasakan patah hati yang tak bersuara itu.

Perlahan Bara menurunkan bunga itu dengan wajah yang lesu seraya menunduk.

"Udah denger 'kan, jawaban gue? Berarti mulai sekarang kita udah nggak ada urusan lagi, dan gue berharap lo nggak bakal ganggu gue lagi," tutur Lily yang tersirat peringatan tak langsung, setelahnya ia berbalik.

Namun, dengan sigap Bara mencekal tangan kanannya, membuat geraknya terhenti dan kembali menghadap Bara.

"Kenapa?" tanya Bara dengan tatapan sendu. Rasanya ia sudah lelah dengan penolakan Lily, padahal segala cara sudah ia lakukan untuk menaklukkan hatinya.

"Tanya aja sama diri lo sendiri!" jawabnya lantas menarik tangannya dari cekalan Bara, kemudian benar-benar melangkah pergi meninggalkan Bara.

Pikirannya larut dalam pertanyaan, mengenai kalimat terakhir Lily yang seakan menyalahkannya. Apa yang salah pada dirinya?

Meski begitu, matanya masih terfokus pada Lily, memperhatikan punggung Lily yang kian menjauh sambil meratapi dirinya yang amat menyedihkan.

"Percuma punya tampang rupawan, kalo pada akhirnya gadis pujaan selalu gagal tertawan," lirihnya seakan melakoni karakter sad boy dalam kehidupan nyata.

"Sabar, Bar Bar. Jodoh nggak bakal kemana," timpal seorang lelaki yang tanpa diundang, muncul dari belakangnya. Tangannya yang hampir berisi daging semua menepuk bahu lebar milik Bara dan ikut menyaksikan kepergian Lily dengan tatapan yang tak kalah dramatis dari Bara. Sesekali mulut yang terhimpit pipi tembam itu menggigit sosis bakar yang tergenggam di tangannya. 

"Cinta ditolak emang nggak enak, tapi jangan sampai dukun bertindak, cukup dosa yang udah-udah ngebuat sengsara sampe akhirat, jangan ditambah lagi sama nyewa dukun bisa-bisa gila lo kumat," lanjutnya membuat telinga Bara yang mendengar begitu dekat terasa panas.

Gigi Bara menyatu kuat, ia merasa gemas dengan tingkah sahabat sedari kecilnya itu. "Diem lo, Bohay!" Tanpa diduga Bara langsung melayangkan satu tangkai bunga merah itu ke pipi lelaki gempal itu. 

"Astaghfirullah! Sahabat durhaka lo!" Bohay--alias Rico--tak terima hingga melempar tusuk sosis dengan kencang hingga memantul ke tanah. "Dikasih hati malah minta ampela. Udah syukur gue tenangin, ngajak ribut, lo?!" sarkas Rico emosian. Ia meraih kepala Bara untuk kemudian diapit ke ketiak.

Bara yang terkejut, spontan menepuk-nepuk lengan tebal Rico meminta dilepaskan, tapi rupanya terabaikan. 

"Rasain lo! Durhaka, sih, hahaha!" Bukannya prihatin, Rico malah merasa senang telah berhasil membully Bara. Ia dapat melihat dari samping, wajah Bara kentara merah padam, mungkin karena menahan kesal dan kesulitan bernafas, namun Rico justru bertambah senang. 

Getaran di saku celana jeans mengalihkan perhatian Bara, tangannya meraba di tengah kepala yang masih berada di antara ketiak Rico. Oh Tuhan, ia begitu tersiksa. 

Dalam hatinya Bara terus mengumpat, bukannya menghibur hati sahabatnya yang tengah gundah, Rico malah menyiksanya seperti ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • You're My Mirror   Chapter 29 - Jendela

    Suara mesin mobil dihidupkan menghentikan Bara dari aktivitasnya menarik rambut. Rambut yang memang sudah acak-acakan, bertambah mengenaskan sekarang. Terlihat wajahnya memerah, lelaki itu benar-benar menangis, kesal dengan kusutnya jalan hidup seperti benang tak terurus.Tidak mungkin 'kan ia berdiam diri saja kala telah mengetahui dirinya terancam dirukiah?Menyebalkan! Sudah pasti ia harus bangkit untuk menghentikannya.Bara meninggalkan lantai dan beranjak menuju jendela yang tirainya baru sebelah di buka. Dengan sekali tarik ia menyibak tirai sebelahnya lalu membuka jendela cepat-cepat.Terlihat si Merah melaju meninggalkan bagasi dan keluar dari halaman rumahnya.Mulut Bara terbuka. "Ma!" panggilnya berharap terdengar."Mama!""Mama!""Ma!"Tidak ada tanda-tanda Bella menyadari panggilannya, mobil BMW itu terus melaju hingga wujudnya terputus dari jangkauan pandang.

  • You're My Mirror   Chapter 28 - Dirukiah?

    Bella keluar kamar tergesa-gesa, gamis cokelat susu melekat pas di tubuhnya, lengkap bersama kerudung yang berwarna serasi. Wajah ibu kandung Bara itu terlihat gelisah, nafasnya memburu seraya mengunci pintu kamarnya dengan tangan yang gemetar."Ma." Bara datang menghampiri Bella untuk melihat kondisi sang mama yang sebelumnya ia duga tidak sedang baik-baik saja, dan dugaannya itu dibenarkan saat tangan dingin Bella menarik Bara untuk mendekat padanya."Ganteng!" sambut Bella sedikit berteriak namun tertahan, kini tangan memucatnya itu menggenggam erat telapak tangan milik Bara."Ada apa, Ma? Mama tadi kenapa teriak? Terus ini Mama kenapa jadi dingin dan pucat? Mama sakit?" tanya Bara beruntut, berlagak tidak tahu dan tidak mengerti padahal hatinya tengah berdetak kencang mencemaskan posisi Rose yang terancam.Bella menggeleng. "Mama baru aja dapet musibah.""M

  • You're My Mirror   Chapter 27 - Sihir Menyebalkan

    Bara bersingut mundur dengan cepat, matanya membola saat Rose tiba-tiba melempar sihirnya dan sengaja dipantulkan ke lantai tak jauh dari posisinya. Mata gadis itu menajam, berubah gelap dan menampilkan wajah yang tidak menyenangkan melainkan menyeramkan. Matanya berkaca-kaca, memancarkan ketidaksukaan atas apa yang baru saja terjadi. Bara menelan salivanya kuat-kuat, untuk kedua kalinya ia merasakan seluruh persendiannya mati rasa setelah bertemu Rose. Begitupun ketakutannya akan kematian selayaknya tempo hari. "Ro-Rose ... ma-maafin gue," pintanya memohon masih dengan posisi terlentang ditahan siku sama seperti saat pertama kali dirinya melihat keajaiban dunia di mana Rose keluar dari cermin. "Ja-jangan Rose." Tangan kanan Rose kembali bergerak memutar, dari gerakan tersebut dengan mudahnya asap hitam yang bercahaya penuh glitter muncul di atas

  • You're My Mirror   Chapter 26 - Mandi!

    "Ngung! Ngung!" Bibir kecil dan tipis Rose maju mengikuti ucapannya. Tampak lucu seperti anak kecil yang senang melihat sesuatu yang baru dan langsung ia sukai, sehingga menarik imajinasinya ke tingkat yang lebih tinggi. Menggemaskan. Tapi tidak untuk Bara, ia memutar bola matanya kesal, menarik bahunya untuk bangkit dan terduduk. Ia mengharapkan ketenangan seperti sebelum gadis itu datang, serta harapannya yang utuh terhadap Lily untuk menjadi kekasihnya. Tatapan sendunya penuh menatap Rose, bibirnya tertekuk ke bawah, sedih. "Bisakah?" tanyanya mengalihkan pandangan pada langit-langit kelambu, mungkin saja Tuhan mau mengasihaninya. "Hiks!" Bara membanting tubuhnya ke belakang kembali berbaring, menutup telinganya dengan bantal tak memberi kesempatan suara untuk masuk sedikitpun. Paman Tikus di sampingnya, sudah lebih dulu tenggelam di alam bawah sadarnya. Sedangkan Rose, gadis itu masih asik menikmati imajinas

  • You're My Mirror   Chapter 25 - Terusik

    Wah apa lagi ini? Karakter tersembunyi yang baru saja Rose tunjukkan membuat Bara takjub dalam hitungan detik. Gadis unik itu bukan hanya berotak cerdas dan peka, tapi juga suka melucu rupanya.Bara menahan senyumnya agar tidak mengembang, meski terbilang gurauan Rose garing, melihat tingkah lucunya cukup menjadi pengganti dorongan untuk membuat orang yang menyaksikannya tersenyum.Terlepas dari itu, terserah sajalah Bara tidak ingin terbawa perasaan. Jika ia tersenyum, takutnya sama saja membuka peluang tabir harapan Rose.Esok harinya Minggu datang, hari di mana Bara bebas dari mata kuliah dan dapat bersantai dengan ketenangan pikiran.Ah, berbicara tentang ketenangan pikiran sepertinya Bara sudah kehilangan hal tersebut semenjak Rose hadir dalam hidupnya dan Lily yang tidak pernah mau menjadi kekasihnya hingga meninggalkan ia memilih lelaki lain.Bara keluar dari kamar mandi dalam keadaan menggosok rambutnya yang basah me

  • You're My Mirror   Chapter 24 - Gadis Polos Palsu?

    "Sini biar gue aja." Tanpa permisi lelaki yang tengah mengalami patah hati itu merebut tissue dari tangan Paman Tikus membuat sang empu menyipit tak terima. "Lambat!" ejek Bara kepada Paman tikus, dan tanpa meminta izin kepada Rose, Bara langsung mengelap pipi Rose dengan tissue tersebut menggantikan Paman Tikus. Rose mengerjapkan mata bulatnya, memperhatikan wajah Bara dari dekat ada sensasi tersendiri. Sedangkan Bara tak mempedulikan itu, ia lebih memilih fokus mengelap wajah Rose yang masih tersisa bercak cokelat separuh. "Ngapain liat-liat?" tegur Bara tiba-tiba. Rose yang tertangkap basah anehnya tidak gugup sama sekali, ia menggeleng calm dengan tatapan polos yang tidak hilang. "Nggak usah heran, gue emang udah ganteng dari lahir, makanya dapet julukan si Ganteng," cetus Bara percaya diri menarik sudut bibir membentuk senyum miring. Mendengar kalimat itu Rose tak bereaksi, masih betah menyapu tatapannya di s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status