Share

Beneran Nikah

Empat hari telah berlalu, semenjak kejadian antara Xenon dan Selen. Tiga hari kemarin, mereka masih sekolah seperti biasanya. Hanya saja, mereka tidak bertemu satu sama lain. 

Kenapa demikian? Ya, Selen mati-matian menurunkan egonya untuk tidak mengganggu Xenon. Dikarenakan, terdapat dalam adat pernikahannya bahwa calon pengantian pria dan wanita tidak boleh bertemu beberapa hari. Hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga mereka dan warga di sekitar sana. 

Xenon pun menjalani hari-harinya dengan latihan bersama anggota band Lantan, karena selain menjadi bagian band di sekolah, band Lantan juga kerap dipanggil ke acara-acara di luar sekolah. Xenon sebagai sang gitaris, sekaligus vokalis tentunya menjadi pemeran utama.

Sementara Selen, selepas pulang sekolah dia ditemani Lawren dan Thalium di rumahnya untuk melakukan perawatan tubuh, dan lain-lain. 

Hari ini, adalah hari pernikahan mereka, tepat pada pukul 8 nanti ijab qobul akan dilaksanakan. Pernikahan mereka tertutup, yang hadir hanyalah anggota keluarga dari kedua belah pihak, dan sahabat Selen. 

Hiasan tertata dengan rapi, pencahayaan menyala dengan sempurna. Kursi pengantin telah siap menjadi saksi bisu terikatnya dua insan dalam ikatan pernikahan. 

"Lo cantik banget, Sel," puji Lawren.

"Gue nggak nyangka bakalan secepat ini," sahut Selen menyeka air matanya yang turun begitu saja.

"Gak boleh nangis, bego! Bukannya nikah sama Xenon impian lo banget, ya?"

"Iya, sih." 

Lawren merangkul Selen, ia mencoba untuk menangkan hati sahabatnya. Lawren sudah mengetahui semuanya, waktu itu Hydrargyrum menceritakan pada Lawren dan juga Thalium. Sedangkan Nikel, dia waktu itu pamit pulang terlebih dahulu. Namun, tak lama kemudian Nikel pulang lagi untuk meminta penjelasan, ternyata waktu berjalan ke warung, Nikel melewati sebuah taman, memergoki Xenon dan Wolfram yang sedang bercerita tentang kejadian itu.

"Gila, Sel! Lo cantik banget sumpah," puji Nikel yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"Cantik dari lahir gitu lho," ucap Selen percaya diri.

"Wajib foto dulu!" Thalium datang, langsung mengarahkan kamera pada wajahnya yang telah berada di dekat Selen.

"Ikut!" ucap Nikel dan Lawren bersamaan.

                              °°°

"Semoga lo bisa jadi suami yang baik buat dia, Xen," ucap Wolfram menepuk pundak Xenon. Pria itu hanya mengangguk, seraya tersenyum tipis.

Mempelai pria telah datang bersama anggota keluarganya, disambut meriah oleh keluarga Selen. Sesi pengalungan pada pengantin pria dilakukan, diiringi solawat dari anggota band religi yang telah disiapkan. 

Selepas itu, mereka duduk di tempat yang telah disediakan, beberapa menit kemudian penghulu datang. Tak menunggu lama, ijab qobul pun segera dilakukan. Xenon duduk di depan meja, berhadapan dengan Arsen, dan penghulu. Penghulu menjelaskan terlebih dahulu kepada Xenon dan Arsen, mereka sudah berjabat tangan sesuai arahan.

"Siap?" tanya penghulu. Xenon mengangguk. "Silakan pak Arsen," ucap penghulu.

"Saya nikahkan engkau ananda Xenon Mendelevium bin Seng dengan Selenium Rutherfordium binti Arsen dengan mas kawin 10 gram kalung emas, dan uang sebesar 3 milyar dibayar tunai." Arsen mengucapkannya dengan tegas.

"Saya terima nikahnya Selenium Rutherfordium binti Arsen dengan mas kawin 10 gram kalung emas, dan uang sebesar 3 milyar dibayar tunai." Xenon mengucapkannya dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana saksi, syah?" tanya penghulu pada seluruh orang yang ada di sana.

"Syah," jawab mereka semua serentak. 

Tak lama kemudian, mempelai wanita datang digandeng oleh ibunya, dan juga dua wanita cantik yang ikut serta. Mempelai wanita berjalan dengan anggun, gaun putih terpasang dengan indah pada tubuhnya, polesan make-up yang tidak terlalu tebal, tetapi mampu membuat dirinya berbeda. Sangat cantik tentunya, jangan tanyakan bagaimana reaksi mempelai pria, dia menatapnya enggan berkedip sedikit pun.

"Ayo, sini, Nak!" panggil penghulu pada Selen. 

Selen segera duduk di samping Xenon untuk mengucapkan janji suci mereka. Diberikannya masing-masing buku kecil yang akan menjadi panduan mereka. Penghulu memandu keduanya hingga selesai. Dua insan itu kini telah menjadi pasangan yang halal.

Sesi pemotretan pun dimulai, di mana pengantin diarahkan untuk berfoto dengan berbagai macam gaya sesuai arahan fotografer. Keduanya tampak canggung, tetapi tetap saja hasilnya maksimal.

                              °°°

"Ren, kapan kita nyusul?" tanya Wolfram yang tiba-tiba ada di samping Lawren.

"Njir, kaget gue. Nyusul apaan?" Lawren tak mengerti.

"Nikah, ya kali apaan," sahut Wolfram seraya mengerlingkan matanya.

Nikel yang sejak tadi berdiam diri di dekat minuman, langsung saja menghampiri mereka. Entah kenapa, hatinya terasa panas saat melihat Lawren dan Wolfram berduaan.

"Lawren nikah sama gue, mana mau sama lo!" sulut Nikel yang baru saja datang. Lawren dibuat kaget olehnya.

"Emang Lawren mau sama lo?" tanya Wolfram sinis.

"Mau lah, masa nggak. Ya gak, Beb?" tanya Nikel, seraya menggandeng tangan Lawren.

Lawren yang bingung harus berbuat apa hanya terdiam mengikuti alur permainan dua pria yang berada di dekatnya. Wolfram tampak geram melihat Nikel menggandeng Lawren mesra, hatinya terbakar api cemburu.

"Shit, bisa-bisanya si Nikel mau ngambil Lawren." Wolfram sedikit menggebrak meja, melampiaskan emosinya.

"Daripada marah-marah kek gitu, mending kita ikutan foto bareng pengantin." Thalium menepuk pundak Wolfram. Pria itu pun mengangguk, mereka berjalan beriringan.

Semua anggota keluarga, dan sahabat mempelai mulai meminta foto secara bergantian. Ada yang ingin bersama yang lain, ada juga yang menginginkan berfoto dengan pengantin saja. Semua yang ada di sana, satu pun tidak boleh memposting foto mereka bersama pengantin nantinya. 

"Haus, pengen minum," ucap Selen pelan. Xenon mendengar hal itu, hanya saja dia pura-pura tidak mendengar apa yang Selen katakan.

Selen menyenggol lengan Xenon. "Ambilij gue minum, haus," ucapnya pelan.

"Hm," jawab Xenon, seraya memanggil Wolfram menggunakan isyarat. 

Merasa dipanggil, Wolfram pun datang, Xenon membisikkan sesuatu pada telinganya, Wolfram mengangguk lalu pergi untuk mengambilkan minum sesuai perintah Xenon.

"Mamah mau foto sendiri, di tengah-tengah kalian," ucap Hydrargyrum, seraya mengambil pose di tengah-tengah. Kedua mempelai tersenyum memberikan izin, lalu mereka mengambil pose yang bagus.

"Xen, gue mau foto sama Selen doang, boleh?" tanya Nikel, pria itu mengangguk.

"Biar suatu saat pas gue upload disangka gue yang nikah, udah persis kek pengantin pria 'kan gue?" Nikel bercanda, seraya mengambil posisi di samping Selen. Sedangkan Xenon, mau tak mau harus menyingkir sementara waktu.

Beberapa detik kemudian, sesi foto Selen bersama Nikel telah usai. Kini, yang merasa belum puas berfoto dengan Selen kembali menghampiri mempelai wanita tersebut, salah satunya Titanium.

"Bentar, Mah. Selen haus, biar minum dulu," ucap Xenon menengahi mereka, memberikan minum pada Selen.

Tindakan tersebut mengundang perhatian orang-orang yang ada di sana. Menurut mereka, itu hal langka yang Xenon lakukan, sehingga menjadikannya kesan romantis meskipun sederhana.

                             °°°

Malam pun tiba, semua keluarga besar dan sahabat yang datang telah pulang ke rumahnya masing-masing. Kini, tinggal Xenon, Selen, dan kedua orang tua mereka yang masih ada di hotel yang sama sejak tadi pagi.

"Jadi, apa keputusan kamu Xenon?" tanya Seng.

"Kami akan tinggal berdua di apartement," jawab Xenon santai.

Selen melotot tak percaya, pasalnya Xenon tak memberitahukannya tentang hal itu. Meskipun Selen mencintai Xenon, dan selalu mengganggunya di sekolah, ia masih ragu jika harus tinggal bersama. Senang tentu saja, tetapi masih ada keraguan di dalam hatinya.

"Bagus, papah percayakan Selen sama kamu sekarang, Nak," ucap Arsen.

"Mamah harap kamu bisa jaga Selen dengan baik," sahut Hydrargyrum.

"Jangan sakiti Selen, Xen. Ah, ya, jangan dulu berikan kami cucu, setidaknya sampai kalian lulus sekolah," ucap Titanium disertai kekehan.

                              °°°

Lawren dalam bahaya, ia masih dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Dia mengendarai mobilnya sendirian, tiba-tiba ada 2 motor mengikutinya dari belakang. Lawren sungguh takut, ia melajukan mobilnya kencang.

Usahanya sia-sia, kedua motor itu tetap dapat menghadang mobil yang dikendarai oleh Lawren. Sungguh, jantung Lawren berpacu lebih cepat, apalagi pengendara motor itu mulai turun dan menggedor kaca mobilnya.

"Ya Allah, tolong aku," ucap Lawren seraya mengangkat kedua tangannya, berdoa.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya seraya mengusap wajah.

Orang-orang yang turun dari dua motor itu sepertinya perampok, mereka terus saja menggedor kaca mobil Lawren dengan keras.

"Woy, cantik, ke luar lo!" teriak salah satu perampok itu. 

Lawren tak kehabisan akal, ia mengambil ponselnya segera, mengirimkan pesan pada Nikel untuk meminta bantuan, tak lupa Lawren mengirimkan lokasi keberadaannya sekarang. Untung saja Nikel tertulis sedang online, biasanya pria itu akan fast respon. Lawren buru-buru menyimpan ponselnya kembali.

"Gue harus mengulur waktu mereka sebelum bantuan datang," ucap Lawren.

Brak! Suara gebrakan dari bagian depan mobil Lawren yang digebrak oleh salah satu perampok tersebut. 

"Ke luar lo!" Perintah itu kembali terdengar di telinga Lawren. 

"Tenang, gue bisa dasar-dasar bela diri. Lo kuat, Ren!" Lawren menyemangati dirinya. 

Lawren membuka pintu mobil dengan keras, menghantam salah satu perampok yang berdiam di sana. 

"Sialan!" umpatan itu terlontar untuk Lawren tentunya. 

Pintu mobil dengan cepat Lawren tutup kembali, ia segera memasang tubuhnya siap siaga, wajahnya berubah menjadi datar.

"Mau apa kalian?" tanya Lawren sengit.

"Tentu aja kita mau mobil lo, buruan kasih kuncinya!" Perampok berkumis tebal maju  dengan gaya sangarnya.

Lawren langsung memasang kuda-kuda, menyerang si kumis tebal dengan tendangan kakinya.  

"Wah, boleh juga nih, Bos. Kita maen-maen dulu aja sama ni bocah," ucap salah satu temannya.

Kini, Lawren diserang oleh keempat perampok yang badannya lumayan kekar. Sungguh, Lawren tidak mungkin melawan semuanya. Ilmu bela diri Lawren hanya sebatas dasar, sedangkan keempat perampok itu menyerangnya tanpa ampun.

                               °°°

"Cepet!" Xenon mengintruksi pada Selen yang berjalan lambat.

"Ih, gandeng kek, udah tahu ini susah gaunnya," ucap Selen seraya mengerucutkan bibirnya.

"Xenon, gandeng!" rengek Selen berulang kali. Xenon masih tidak memedulikannya.

Bruk! 

Xenon yang sejak tadi berjalan santai, kini menoleh ke belakang. Selen terjatuh, akibat gaunnya yang terlalu panjang. Ya, mereka baru saja sampai di basement, dan saat ini sedang berjalan melewati lorong, untuk menuju lift yang terhubung ke lantai apartement mereka.

"Jalan tuh, lihat ke depan!" Xenon mensedekapkan tangannya di dada. 

Demi apa pun, Selen ingin sekali mengutuk Xenon saat ini juga. Pria yang dicintainya, yang baru saja menjadi suaminya itu sungguh menyebalkan.

"Udah dibilang susah, ih nyebelin banget sih, lo!"

Xenon tak mau mendengar ocehan lagi dari mulut istrinya. Dia langsung menggendong Selen ala bridal style, Selen kaget bukan main dengan tindakan tiba-tiba itu.

"Makasi, ganteng," ucap Selen seraya tersenyum manis.

                               °°°

"Ren, awas!" teriak Nikel yang baru saja sampai di lokasi Lawren. Pasalnya, Lawren hampir saja ditikam dari belakang oleh salah satu perampok, untung saja Nikel menggagalkannya. 

"Makasi, Nik," ucap Lawren tulus.

Para perampok itu geram, karena kini ada orang yang membela gadis yang sedang mereka incar. Wajah mereka merah padam, terlihat sekali kemarahannya.

"Beraninya lo, sialan!" geram si botak seraya melempar sesuatu.

Duarr!

"Nikel!"

"Lawren!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status